Artikel/Opini
Membangun Poros Maritim DuniaPADA Konferensi Tingkat Tinggi Ke-25 ASEAN di Myanmar, Presiden Joko Widodo menyampaikan visi besar Indonesia sebagai poros maritim dunia. Sebelumnya, dalam pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Beijing, Tiongkok, Presiden menyampaikan hal yang sama. Tampaknya poros maritim dunia akan menjadi salah satu pilar kebijakan pemerintah baru, yang melingkupi banyak aspek, baik pada level domestik maupun internasional.Salah satu aspek paling krusial adalah ekonomi. Pertama, poros maritim akan membangkitkan banyak sekali sektor industri turunan, selain industri transportasi laut itu sendiri. Kedua, akan meningkatkan intensitas perdagangan antarpulau yang berpotensi meningkatkan pembangunan regional. Ketiga, meningkatkan daya saing produk ekspor kita seiring dengan membaiknya sistem logistik nasional, terutama yang berbasis maritim.Poros maritim bisa menjadi jalan keluar dari kebuntuan daya saing nasional yang sudah mulai menimbulkan komplikasi jangka pendek. Investor mulai melihat ketidakmampuan bersaing produk kita menjadi beban akut bagi transaksi berjalan sehingga tingkat kepercayaan mereka pada masa depan perekonomian Indonesia juga mulai... read more..
Penulis: Enggar Paramita
Program Agroforestry and Forestry in Sulawesi (AgFor Sulawesi) resmi memulai kerjasama dengan Kabupaten Gorontalo dan Boalemo dalam upaya meningkatkan pendapatan petani skala kecil melalui pengelolaan agroforestri (kebun campur) dan kehutanan yang setara dan berkelanjutan.
Sejumlah perwakilan pemerintah daerah, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), pemangku kepentingan, institusi pendidikan, serta lembaga swadaya masyarakat menghadiri Lokakarya Pembukaan Program AgFor Sulawesi di Provinsi Gorontalo, yang dilaksanakan hari Selasa (3/6) di Hotel Amaris, Gorontalo.
James M. Roshetko, Senior Project Leader AgFor Sulawesi mengemukakan program AgFor Sulawesi selain berupaya meningkatkan sistem pertanian melalui kebun campur juga berusaha untuk lebih melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan tata ruang dan penggunaan lahan serta mendorong pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Gorontalo, mayoritas penduduk Gorontalo bekerja di bidang pertanian (Gorontalo Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Gorontalo). Selain itu pada triwulan 1 tahun 2014, sektor pertanian tercatat sebagai penyumbang tertinggi... read more..
Penulis: Enggar Paramita
Dalam rangka meningkatkan kapasitas petani dan memfasilitasi pengembangan pembibitan petani menjadi komersial, AgFor Sulawesi mengadakan kunjungan lapang ke penangkar bibit tanaman holtikultura bersertifikat di Desa Matanggorai, Kecamatan Abuki, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara hari Senin (24 Februari) lalu.
Koordinator AgFor Sulawesi untuk Sulawesi Tenggara, Mahrizal menjelaskan bahwa selama dua tahun mendampingi petani di Kabupaten Konawe, AgFor Sulawesi telah menyebarluaskan pengetahuan tentang teknik perbanyakan tanaman, pengelolaan kebun yang baik, juga pembuatan pembibitan sederhana. “Kegiatan ini merupakan tindak lanjut atas keinginan beberapa petani yang ingin menjadi penangkar bibit komersial, selain salah satu upaya mensosialisasikan keberadaan penangkar bersertifikat di Konawe sebagai penyedia bibit unggul bagi petani, ” kata Mahrizal.
Sejumlah petani kelompok binaan AgFor Sulawesi dari Kecamatan Besulutu, Lambuya, Uepai, Asinua, beserta UPTD Dinas Pertanian dan Peternakan, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K), penyuluh, kepala desa, dan masyarakat Matanggorai,... read more..
Penulis: Hendra Gunawan dan Shinta Purnama Sarie
AgFor Sulawesi berpartisipasi dalam Pekan Daerah dan Pameran Tani Kabupaten Konawe yang diselenggarakan di kantor Badan Penyuluhan, Pertanian, Peternakan, dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Konawe, Unaaha pada tanggal 16-17 Desember 2013. Kegiatan yang merupakan wujud apresiasi kepala daerah terhadap peran petani dalam mendukung kemajuan daerah diisi dengan pameran produk dan hasil tani lokal dari 19 kecamatan di Konawe, diskusi langsung dengan bupati, dan berbagai lomba.
Dalam acara ini, AgFor Sulawesi berkesempatan menyebarluaskan informasi kegiatannya di Sulawesi Tenggara melalui pembagian brosur, lembar informasi, dan sesi presentasi. Kelompok tani binaan AgFor asal desa Lawonua berperan aktif menjelaskan kegiatan kelompok kepada petani dan pengunjung lainnya. Tidak hanya itu saja, kelompok pun terlibat dalam diskusi pengembangan sektor pertanian untuk merancang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Konawe.
Selama 2 tahun terakhir AgFor Sulawesi telah memfasilitasi dan mendampingi petani di berbagai desa di Kabupaten Konawe dalam perbaikan teknik pengelolaan tanaman komoditas penting seperti kakao (cokelat... read more..
Penulis: Shinta Purnama Sarie dan Enggar Paramita
Komponen lingkungan sebagai salah satu dari tiga komponen dalam proyek AgFor Sulawesi melangsungkan pemaparan hasil analisis pengkajian kerentanan melalui Lokakarya Strategi Penghidupan Berwawasan Lingkungan pada bulan Desember 2013. Hasil analisis kerentanan berupa profil kelompok desa (cluster profile) serta informasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman (KKPA) disajikan di empat kabupaten di wilayah kerja AgFor Sulawesi, yaitu Bantaeng, Bulukumba, Konawe, dan Kolaka Timur.
Ni’matul Khasanah, peneliti sekaligus fasilitator lokakarya menyatakan bahwa secara umum lokakarya bertujuan untuk meningkatkan mata pencaharian yang berkelanjutan dan bersumber pada agroforestri dan kehutanan. Sedangkan secara khusus, lokakarya bermaksud menyatukan masyarakat dan berbagai pihak di tingkat kabupaten untuk bersama-sama menyusun strategi pengelolaan lahan dan penghidupan yang berwawasan lingkungan berdasarkan hasil temuan kajian kerentanan dan analisa KKPA.
Kajian kerentanan dilakukan dengan menggunakan metode Capacity Strengthening Approach to Vulnerability (Casava) yang dikembangkan oleh peneliti... read more..
Penulis: Enggar Paramita
November 2013 lalu AgFor Bantaeng dan Kendari menerima kunjungan rekan World Agroforestry Centre (ICRAF) asal kantor regional Afrika Barat, Alain Tsobeng. Kedatangan Alain bertujuan untuk berbagi pengetahuan dan memberikan pelatihan teknik perbanyakan vegetatif dengan menggunakan metode tanpa uap atau non-mist propagation.
“Melalui pelatihan ini kami bermaksud memperkenalkan sebuah teknologi yang efektif untuk mengembangbiakan jenis tanaman yang sulit diperbanyak dan tanaman berkualitas unggul. Kami juga ingin mengujicobakan teknologi ini dengan kondisi cuaca di Bantaeng dan Konawe,” kata James M. Roshetko, Senior Project Leader AgFor Sulawesi. “Rekan-rekan di ICRAF Afrika Barat telah berhasil mempopulerkan teknik ini ke petani, sehingga menghadirkan Alain Tsobeng untuk melakukan pelatihan ini adalah hal yang tepat,” ujar James.
Teknik non-mist propagation adalah teknik pengembangbiakkan vegetatif yang digunakan untuk mengembangbiakkan tanaman yang sulit diperbanyak dengan cara umum seperti sambung pucuk, okulasi, maupun cangkok. Pada umumnya teknik ini menggunakan propagator berupa bak kayu yang... read more..
Penulis: Shinta Purnama Sarie dan Enggar Paramita
Department of Foreign Affairs, Trade and Development Canada (DFATD), mengunjungi desa binaan AgFor Sulawesi di Bulukumba, Bantaeng, dan Jeneponto, Sulawesi Selatan Maret lalu. Lawatan yang berlangsung selama 3 hari bertujuan menilik perkembangan, sekaligus berdialog dengan para pihak yang terlibat dalam AgFor Sulawesi. “Proyek AgFor Sulawesi baru-baru ini melakukan perluasan ke wilayah baru yaitu Jeneponto dan Gowa. Sudah menjadi kewajiban kami di DFATD untuk berkunjung ke area proyek untuk memonitor pelaksanaan dan melihat kesesuaian implementasi dengan apa yang direncanakan,” kata Hari Basuki, perwakilan dari DFATD. “Selain itu kami juga ingin mendengar langsung masukkan-masukkan dari lapangan, dan juga memastikan proyek-proyek yang didukung oleh DFATD berjalan dengan harmonis," imbuhnya.
Di Bulukumba, rombongan DFATD bersama dengan mitra AgFor Sulawesi, Balang, dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan mendiskusikan tentang perkembangan Peraturan Daerah (Perda) masyarakat adat Kajang menurut rencana akan difinalisasi pada bulan April. Sejak satu tahun terakhir, komponen tata kelola proyek AgFor Sulawesi telah... read more..
Pemahaman petani tentang aspek pemasaran seringkali masih terbatas. Di desa-desa binaan AgFor Sulawesi umumnya lingkup kegiatan pemasaran yang dilakukan petani baru sekedar menjual hasil komoditas kebun. Perlakuan tambahan seperti pemrosesan dan persiapan untuk meningkatkan nilai jual komoditas belum banyak dilakukan.
Selain itu, dalam memasarkan komoditas, petani banyak mengandalkan pedagang pengumpul yang datang ke desa ketika musim panen, sehingga petani tidak mengetahui harga pasaran yang sesungguhnya. Kondisi ini menyebabkan petani kehilangan kesempatan untuk memaksimalkan pendapatan dari komoditas yang dihasilkannya. Berangkat dari kenyataan ini, AgFor Sulawesi mencoba memfasilitasi peningkatan kapasitas di bidang pelatihan.
“Dari hasil baseline study yang dilakukan pada saat awal proyek, kami mengetahui bahwa rata-rata petani belum pernah mendapat pelatihan pemasaran. Kalau pun ada yang pernah, tapi itu sudah bertahun-tahun yang lalu,” kata Aulia Perdana,Marketing Specialist di World Agroforestry Centre. “Kami juga melihat petani seringkali tidak mengetahui konsep pasar sama sekali. Oleh karena itu, pelatihan pemasaran sangatlah penting agar... read more..
Penulis: Enggar Paramita
Dalam rangka meningkatkan kapasitas petani dan memfasilitasi pengembangan pembibitan petani menjadi komersial, AgFor Sulawesi mengadakan kunjungan lapang ke penangkar bibit tanaman holtikultura bersertifikat di Desa Matanggorai, Kecamatan Abuki, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara pada 24 Februari lalu.
Koordinator AgFor Sulawesi untuk Sulawesi Tenggara, Mahrizal menjelaskan bahwa selama dua tahun mendampingi petani di Kabupaten Konawe, AgFor Sulawesi telah menyebarluaskan pengetahuan tentang teknik perbanyakan tanaman, pengelolaan kebun yang baik, juga pembuatan pembibitan sederhana. “Kegiatan ini merupakan tindak lanjut atas keinginan beberapa petani yang ingin menjadi penangkar bibit komersial, selain salah satu upaya mensosialisasikan keberadaan penangkar bersertifikat di Konawe sebagai penyedia bibit unggul bagi petani, karena memang banyak dari petani yang belum mengetahuinya. ” kata Mahrizal.
Sejumlah petani kelompok binaan AgFor Sulawesi dari Kecamatan Besulutu, Lambuya, Uepai, Asinua, beserta UPTD Dinas Pertanian dan Peternakan, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K), penyuluh, kepala desa,... read more..
Penulis: Enggar Paramita
Konsep sekolah lapang bukanlah hal baru di bidang pertanian Indonesia. Diperkenalkan tahun 1989 oleh Food and Agriculture Organization sebagai upaya pengendalian hama terpadu, sekolah lapang mengajak petani untuk belajar langsung di sawah, mengamati masalah dan penyebabnya, serta menganalisis perkembangan tanaman mereka. Pelaksanaan sekolah lapang selama bertahun-tahun di berbagai daerah di Indonesia dinilai berperan besar dalam membantu petani menekan penggunaan pestisida dan meningkatkan hasil panen.
Berbekal konsep tersebut, Endri Martini, Agroforestry Extension Specialist di World Agroforestry Centre (ICRAF) mencoba menerapkan hal serupa di desa-desa binaan AgFor Sulawesi. “Pada dasarnya saya telah membaca beberapa literatur tentang sekolah lapang ini, dan konsepnya menurut saya bagus. Bedanya kalau yang dulu pernah dilakukan terfokus pada satu jenis tanaman saja, sementara karena kita fokusnya agroforest, yaitu beragam jenis tanaman pada satu kebun, sehingga kita memfokuskan pada beberapa komoditas yang menjadi prioritas petani di desa-desa AgFor,” ungkap Endri.
Sekolah lapang agroforestri AgFor... read more..