BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Artikel/Opini

Kakao (Theobroma cacao), atau yang sering disebut sebagai makanan para dewa adalah salah satu komoditas penunjang hidup utama bagi petani di Sulawesi. Sekitar 2,2 juta petani skala kecil di Sulawesi membudidayakan kakao di lahan seluas 1,5 juta hektar, berkontribusi hingga 67% dari produksi kakao Indonesia yang notabene merupakan negara ketiga penghasil kakao terbesar di dunia. Beberapa tahun belakangan, serangan hama penyakit, disertai dengan usia pohon yang telah lanjut mengakibatkan menurunnya hasil panen. Hal ini tidak hanya merugikan, namun sanggup membuat petani frustasi, hingga memutuskan untuk beralih pada tanaman lain yang dianggap lebih menguntungkan seperti cengkeh dan merica. Namun tidak begitu dengan Nurman, seorangpetani kakao asal Gantarangkeke, Bantaeng, yangjustru semakin giat bekerja di kebun kakaonya.Sempat berprofesi sebagai sopir pete-pete jurusan Bantaeng-Banyorang, Nurman terlebih dulumencoba peruntungan dengan bertani jagung,sebelum akhirnya berfokus pada kakao.  Penulis: Enggar Paramita Baca lebih lanjut di: Baktinews edisi 107
Kala Sawah dan Gunung Mamuju Utara jadi Kebun SawitDecember 12, 2014 Wahyu Chandra, Mamuju Ati, begitu biasa dipanggil, bersama dua teman, sedang duduk di bawah pohon sawit cukup besar. Mereka bercengkrama sambil menikmati hembusan angin sepoi-sepoi. Sesekali tertawa, saling menertawakan pengalaman masing-masing. Kulit mereka terlihat coklat kusam karena terpaan matahari. Mereka warga Desa Kulu, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat, sehari-hari bekerja mengumpulkan sisa-sisa sawit yang berjatuhan di sekitar perkebunan milik PT Astra Agro Lestari (AAL). Sisa-sisa sawit, biasa disebut berondolan, bernilai rupiah bagi warga. Menurut Ati, setiap hari menyusuri sepanjang jalan sekitar perkebunan demi memungut sisa-sisa sawit, baik sekitar pohon maupun dari mobil pengangkut. Sehari, mereka bisa mendapatkan 30-40 kg sawit berondolan seharga Rp1.000 per kg. Jadi per hari penghasilan Rp30.000-Rp40.000. “Lumayan untuk menghidupi keluarga,” katanya kepada Mongabay, pertengahan November 2014. Harga sawit di pengumpul berfluktuasi, terendah Rp700 tertinggi Rp1.200.“Tergantung pengumpul mau beli berapa. Mereka macam-macam. Ada beli harga murah tapi ada yang mau beli mahal... read more..
Laporan Akhir Tahun EkonomiMenuju Kejayaan Maritim DUA bulan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, langkah penguatan Indonesia sebagai poros maritim telah dimulai. Setidaknya hal itu sudah terlihat di sektor perikanan dan kelautan. Langkah ini memang baru langkah awal dari konsep besar poros maritim. Masih banyak langkah yang harus dilakukan untuk mewujudkan poros itu. Di sektor perikanan berbagai tindakan telah dilakukan seperti penertiban izin kapal ikan pengadaan impor, dan penenggelaman kapal asing ilegal sebagai salah satu bentuk penegakan hukum di laut. Setidaknya hal ini telah menegaskan kembali kedaulatan Indonesia di laut yang selama ini banyak dimasuki kapal dan nelayan asing. Setidaknya ada tiga produk peraturan yang diterbitkan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terkait penanganan pencurian ikan, yakni Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Penghentian Sementara Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia. Selain itu, tentang Usaha Perikanan Tangkap, dan peraturan menteri tentang disiplin pegawai negeri dalam pelaksanaan kebijakan penghentian sementara (moratorium) perizinan usaha perikanan tangkap, alih... read more..
Komisi Nasional Perempuan Bekerja di Atas Bara Oleh: Maria Hartiningsih DANA  dan fasilitas terbatas bukan hambatan bagi Komisi Nasional Perempuan untuk menjalankan mandatnya secara optimal. Spektrum isu yang luas dan beragam terkait hak asasi manusia perempuan kian merebut ruang dalam diskursus publik empat tahun terakhir ini. Kerja Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan bisa menjadi kaca bagi lembaga HAM lain,” ujar Sandra Moniaga, anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia 2012-2017, menanggapi Laporan Pertangungjawaban Komisi Nasional (Komnas) Perempuan Periode 2010-2014, di Jakarta, Kamis (11/12). Diskursus isu kekerasan terhadap perempuan kian merebut ruang, setidaknya terlihat dari jumlah pemberitaan. Antara tahun 2012 dan 2014, data menunjukkan 1.262 berita terkait Komnas Perempuan mengisi ruang di media massa. Sandra sepakat dengan wakil komunitas keluarga korban pelanggaran HAM masa lalu, Uchikowati, yang menilai Komnas Perempuan sebagai lembaga HAM terbaik dibandingkan lembaga HAM lainnya. Sandra juga memuji kerja positif Komnas Perempuan, antara lain, soal akuntabilitas publik, kualitas pelayanan, dan keberanian untuk berperan sebagai ’the guardian... read more..
Hutan Sulteng Diperkirakan Habis Dalam 16 Tahun Kedepan. Akankah Terjadi?Mongabay Oleh Christopel Paino dan Syarifah Latowa, Palu | Mongabay – 53 menit yang lalu Cagar Alam Morowali, hutan konservasi yang tetap dibabat demi tambang. Siapa yang akan memulihkan kondisinya? Foto: Jatam Sulteng Relawan Orang dan Alam (ROA) Sulawesi Tengah, memprediksi bahwa hutan di Sulawesi Tengah (Sulteng) akan habis dalam kurun waktu kurang dari 16 tahun ke depan. Pernyataan tersebut didasarkan pada Dokumen Strategi Daerah REDD+ Provinsi Sulteng yang menuliskan ada 902.776 hektar luas hutan berkurang yang sudah disahkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2014-2030. “Sebenarnya masih ada hutan yang tersisa seperti kawasan lindung dan budidaya lainnya. Namun, itu semua sudah dikuasai oleh pengusaha yang sahamnya dimodali asing,” kata Gifvents, Koordinator Riset dan Kampanye ROA, Kamis (27/11/14). Dengan demikian, katanya, jika dihitung  dari tahun 2014 sampai tahun 2030 berarti 16 tahun kedepan, Provinsi Sulteng akan kehilangan hutan. Namun bisa saja perubahan di Sulteng akan lebih cepat dengan apa yang diprediksikan. Berdasarkan pantauan ROA di lapangan, banyak faktor yang mempengaruhi... read more..
Garis Wallace Makin DipertegasBahasa Diturunkan Melalui Garis IbuJAKARTA, KOMPAS — Garis Wallace tidak hanya memisahkan jenis flora dan fauna di Indonesia dengan yang ada di Asia atau Australia, tetapi juga menunjukkan dimulainya percampuran genetika manusia serta rumpun bahasa, antara Austronesia dan Papua. Garis imajiner itu terbentang mulai dari Selat Makassar hingga Selat Lombok.Guru Besar Emeritus Antropologi Universitas Arizona Amerika Serikat John Stephen Lansing, di Jakarta, Rabu (26/11), mengatakan, masyarakat di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, memiliki campuran genetika manusia Austronesia dan Papua. Makin ke timur dari Sumba, yaitu Flores, Lembata, dan Alor, bagian genetika Papua makin besar.Sumba terletak di dekat garis Wallace di sisi timur. Manusia Nusantara di barat garis, seperti Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sumatera, memiliki genetika Austronesia. Di sisi timur garis Wallace terjadi percampuran genetika Austronesia dan Papua. Genetika Papua murni tersebar di wilayah Melanesia, seperti Papua (pegunungan) dan sejumlah pulau di timur Papua.Namun, penelitian filogeni menunjukkan bahwa semua bahasa yang dituturkan masyarakat Sumba masuk rumpun bahasa Austronesia, sama... read more..
Ada Apa Dengan Adat Sembalun di Lereng Rinjani? (Bagian I)Mongabay Oleh Tommy Apriando, Yogyakarta | Mongabay – 1 jam 25 menit lalu Abdul Rahman berbadan gemuk. Rambut, kumis dan jambangnya sudah memutih. Meski berusia 58 tahun, suaranya masih lantang dan detil. Ia merupakan pemangku adat Sembalun, di kaki Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ia bercerita adat Sembalun juga bagian dari Suku Sasak. Suku sasak artinya hutan lebat, pohon lurus atau esa.  “Sembalun berasal dari kata Sembah dan Ulun. Artinya peradaban pertama atau masyarakat pertama di Lombok. Menyembah kepada yang di atas, pimpinan,  atau sembah berjamaah,” katanya. Masyarakat Sembalun merupakan masyarakat pendatang dari Persia, India dan Paqsai, yang datang pada abad ke-7. Saat ini di Sembalun, warga Sulawesi, Jawa dan Sumatera hidup sasak atau bersama. Kepada Komisioner Sidang Inkuiri Adat Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) di Aula kantor Kanwil Dephumham, Mataram, NTB, pada Jumat (14/11/2014),  Abdul Rahman menjelaskan masyarakat adat Sembalun mengenal konsep Wetu Telu. Maknanya tuhan, alam dan manusia di jalankan atas tiga pemimpin, yakni pengulu radak dan kiyai, pemangku adat dan... read more..
Janji bagi Semua Anak di DuniaOleh: Gunilla Olsson DUA puluh lima tahun lalu, pada 20 November 1989, para pemimpin dunia membuat komitmen besar. Dengan mengadopsi Konvensi Hak Anak, mereka berjanji untuk melakukan apa saja dengan segala kemampuan guna memajukan dan melindungi hak-hak semua anak di seluruh dunia.Konvensi Hak Anak merupakan perjanjian internasional yang paling cepat dan paling luas diratifikasi di sepanjang masa. Konvensi Hak Anak memberikan pandangan baru yang mendasar tentang anak. Anak tidak lagi dipandang sebagai obyek yang harus mendapatkan pengasuhan dan bantuan, tetapi mereka sekarang merupakan subyek dalam menentukan hak mereka sendiri.Indonesia merupakan salah satu negara pertama yang menandatangani Konvensi Hak Anak. Sejak saat itu, Indonesia telah memulai reformasi hukum secara komprehensif untuk menyesuaikan kerangka legislatif dengan Konvensi Hak Anak. Undang-undang terakhir yang disahkan adalah UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak.Komitmen Indonesia untuk melaksanakan Konvensi Hak Anak telah memberikan kesempatan besar kepada anak-anak untuk tumbuh sehat dan mengembangkan potensi mereka. Tingkat kematian anak balita telah menurun... read more..
Jangan Lupakan Pertanian Skala KecilOleh: Khudori PADA  Oktober lalu, FAO menerbitkan buku The State of Food and Agriculture 2014: Innovation in Family Farming. Buku itu mengulas peran penting pertanian keluarga.Saya menyebut pertanian skala kecil karena 75 persen lebih dari mereka menguasai lahan kurang dari 1 hektar. Meskipun menguasai lahan gurem, mereka berperan amat penting dalam memberantas kelaparan dan kemiskinan, serta ketahanan pangan dan gizi. Mereka meningkatkan mata pencarian, mengelola sumber daya alam, melindungi lingkungan, dan mencapai pembangunan berkelanjutan, khususnya di pedesaan. Selama ini peran itu diabaikan.Sampai saat ini 75 persen warga miskin adalah petani kecil. Porsi petani kecil di Asia 85 persen, di Indonesia 55 persen. Menggenjot investasi pada pertanian skala kecil tidak hanya memberi pangan dunia, tetapi juga menyelesaikan kemiskinan dan kelaparan.Sekitar 500 juta dari 570 juta petani di dunia adalah petani skala kecil. Sekitar 70 persen kebutuhan makan lebih dari 7 miliar penduduk bumi saat ini disumbang oleh mereka (Lowder dkk, 2014). Sisanya diproduksi industri yang membentuk sistem rantai pangan. Bumi akan dilanda kelaparan akut... read more..
AgFor Sulawesi adalah sebuah proyek lima tahun yang bekerja sama dengan masyarakat lokal, kelompok masyarakat, organisasi pelestarian, universitas, dan pemerintah untuk meningkatkan pendapatan petani melalui sistem agroforestri dan sistem pengelolaan sumber daya alam. Proyek ini berusaha mengatasi tantangan pembangunan pedesaan di Sulawesi dengan meningkatkan mata pencaharian dan badan usaha, mendukung tata kelola, dan memperkuat pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Secara khusus, AgFor Sulawesi akan membantu mengembangkan sistem agroforestri yang dinamis. Agroforestri merupakan penggabungan sistem pertanian dan kehutanan. Tanaman yang petani inginkan untuk ditanam campur dengan tanaman pangan dan hewan ternak. Pengalaman menunjukkan bahwa agroforestri terbukti dapat meningkatkan pendapatan petani dan melindungi lingkungan. Proyek AgFor Sulawesi telah dimulai sejak tahun 2011 dan didanai oleh Department of Foreign Affairs, Trade and Development Canada. Saat ini AgFor Sulawesi melakukan kegiatan di provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo. Wilayah kerja di Sulawesi Selatan mencakup Kabupaten Bantaeng, Bulukumba, Gowa, dan Jeneponto;... read more..

Pages