Artikel/Opini
Oleh Andi Fachrizal
Lahan halaman rumah sempit tak membuat Asriyadi Alexander Mering, warga Kelurahan Tanjung Hulu, Kecamatan Pontianak Timur, Pontianak, ini urung bercocok tanam. “Tak perlu mimpi besar menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi keluarga.” Begitu kata pria yang pernah aktif di dunia jurnalistik ini.
Bagaimana caranya? Mering membuat perkebunan aquaponic di halaman rumah yang sempit. Alhasil, suasana rumah menjadi sejuk, dan hijau. Kebutuhan pangan keluargapn terpenuhi bahkan menghasilkan. “Urusan dapur, amanlah. Sayur yang kita konsumsi pun semua organik. Mau makan lele atau nila, kita sudah budidaya,” katanya Selasa (1/4/14).
Mering menyulap halaman depan dan samping rumah menjadi perkebunan aquaponic skala kecil. Di bagian bawah, ada kolam ikan dari beton. Bagian atas bersusun paralon ukuran empat inchi sebagai wadah menanam aneka sayuran.
Sebenarnya, sistem perkebunan semacam ini sudah lama diadopsi sejumlah negara dengan sumber daya lahan terbatas. Ia semacam teknologi budidaya terpadu antara ikan dan tanaman. Teknologi terapan ini irit lahan dan air, hingga mudah diterapkan di perkotaan dengan lahan sempit.
Banyak keuntungan bisa dipetik dari... read more..
Jakarta, Villagerspost.com – Konsumsi ikan adalah salah satu solusi masalah kurang gizi di Indonesia. Apalagi, berdasarkan data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tahun 2002, perairan Indonesia memiliki 8500 jenis ikan atau 45% dari jumlah spesies ikan dunia. Di antara jenis ikan tersebut adalah tuna, cakalang, tongkol, tenggiri, kakap, cumi-cumi, udang, dan ikan-ikan karang semisal kerapu, baronang, dan lobster yang bernilai ekonomi tinggi.
“Kita perlu menggenjot konsumsi ikan sebagai sumber protein hewani yang gampang diperoleh dan harganya terjangkau oleh masyarakat,” kata Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Saut P. Hutagalung dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Sabtu (24/1).
Pemerintah sendiri, melalui Keputusan Presiden RI nomor 3 tahun 2014, telah menetapkan tanggal 21 November sebagai Hari Ikan Nasional. Hal ini untuk mendukung ketahanan pangan dan gizi nasional serta memanfaatkan potensi perikanan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia secara optimal dan lestari. Selain itu pemerintah melalui KKP juga menginisiasi Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARIKAN) untuk... read more..
Sungguh mengagumkan melihat bagaimana perempuan di Indonesia mampu menunjukkan peran dalam menjamin keamanan pangan bagi keluarga mereka dan juga masyarakatnya di tengah tantangan akibat perubahan iklim. Jarak yang selama ini mereka tempuh telah membuat pencapaian mereka bahkan lebih menginspirasi lagi.
Contohnya pada kasus Sitti Rahmah (41) dari Desa Pitu Sungu di Pangkep, Sulawesi Selatan. Intrusi air laut membuat wilayah pertanian di sepanjang pantai tempatnya tinggal sangat sulit ditanami, dan hal itu memaksa penduduk mengubah lahan pertanian mereka menjadi tambak udang dan rumput laut.
Setelah menerima pelatihan tentang pertanian oleh Mangrove Action Project, salah satu partner Oxfam, Rahmah menyadari adalah sangat mungkin untuk tetap bercocok tanam padi di air asin. Selain itu, Rahmah, juga menyadari dia juga bisa mengajak kaum perempuan lokal dan meyakinkan mereka untuk berpartisipasi. Ketika tanah mereka menjadi produktif Rahmah dan kaum perempuan setempat mulai untuk menanam sayuran organik yang mereka jual di pasar terdekat.
Ketika cuaca tidak mendukung untuk pertanian, para perempuan itu mengalihkan hasil laut menjadi produk olahan seperti kripik. Cuaca, suplai makanan... read more..
Jakarta, Villagerspost.com – Perjuangan panjang Sitti Rahmah, perempuan asal Pangkep, Sulawesi Selatan dalam memberdayakan kaum perempuan lokal dan menghidupkan lahan tidur di pesisir menjadi lahan penghasil pangan, tak sia-sia. Perjuangan Sitti akhirnya berbuah penghargaan dari negara yaitu Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara yang diserahkan oleh Presiden Joko Widodo, hari ini, Jumat (16/1).
Sitti mendapat penghargaan untuk kategori Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan tahun 2014. Penghargaan ini diterima bersama kelompoknya yang bernama Pita Aksi, dari desa Pitusunggu, Pangkep, Sulsel. Sitti sebelumnya sudah menerima penghargaan tersebut dari tersebut dari menteri Pertanian pada tangal 26 Desember 2014 di Subang.
Selanjutnya Ibu Sitti Rahmah kembali mendapatkan undangan dari Presiden RI untuk mengikuti temu (ramah tamah) di Istana Merdeka hari ini. “Acara ini memang kelanjutan dari penghargaan kemarin, jadi semacam bincang-bincang presiden dengan para penerima penghargaan,” kata Sitti dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com.
Perjuangan Sitti bersama para perempuan di Pita Aksi memang layak diganjar penghargaan bergengsi. Sebab, pekerjaan yang dilakukan... read more..
Kakao (Theobroma cacao), atau yang sering disebut sebagai makanan para dewa adalah salah satu komoditas penunjang hidup utama bagi petani di Sulawesi. Sekitar 2,2 juta petani skala kecil di Sulawesi membudidayakan kakao di lahan seluas 1,5 juta hektar, berkontribusi hingga 67% dari produksi kakao Indonesia yang notabene merupakan negara ketiga penghasil kakao terbesar di dunia. Beberapa tahun belakangan, serangan hama penyakit, disertai dengan usia pohon yang telah lanjut mengakibatkan menurunnya hasil panen. Hal ini tidak hanya merugikan, namun sanggup membuat petani frustasi, hingga memutuskan untuk beralih pada tanaman lain yang dianggap lebih menguntungkan seperti cengkeh dan merica.
Namun tidak begitu dengan Nurman, seorangpetani kakao asal Gantarangkeke, Bantaeng, yangjustru semakin giat bekerja di kebun kakaonya.Sempat berprofesi sebagai sopir pete-pete jurusan Bantaeng-Banyorang, Nurman terlebih dulumencoba peruntungan dengan bertani jagung,sebelum akhirnya berfokus pada kakao.
Penulis: Enggar Paramita
Baca lebih lanjut di: Baktinews edisi 107
Kala Sawah dan Gunung Mamuju Utara jadi Kebun SawitDecember 12, 2014 Wahyu Chandra, Mamuju
Ati, begitu biasa dipanggil, bersama dua teman, sedang duduk di bawah pohon sawit cukup besar. Mereka bercengkrama sambil menikmati hembusan angin sepoi-sepoi. Sesekali tertawa, saling menertawakan pengalaman masing-masing. Kulit mereka terlihat coklat kusam karena terpaan matahari.
Mereka warga Desa Kulu, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat, sehari-hari bekerja mengumpulkan sisa-sisa sawit yang berjatuhan di sekitar perkebunan milik PT Astra Agro Lestari (AAL). Sisa-sisa sawit, biasa disebut berondolan, bernilai rupiah bagi warga.
Menurut Ati, setiap hari menyusuri sepanjang jalan sekitar perkebunan demi memungut sisa-sisa sawit, baik sekitar pohon maupun dari mobil pengangkut. Sehari, mereka bisa mendapatkan 30-40 kg sawit berondolan seharga Rp1.000 per kg. Jadi per hari penghasilan Rp30.000-Rp40.000. “Lumayan untuk menghidupi keluarga,” katanya kepada Mongabay, pertengahan November 2014.
Harga sawit di pengumpul berfluktuasi, terendah Rp700 tertinggi Rp1.200.“Tergantung pengumpul mau beli berapa. Mereka macam-macam. Ada beli harga murah tapi ada yang mau beli mahal... read more..
Laporan Akhir Tahun EkonomiMenuju Kejayaan Maritim
DUA bulan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, langkah penguatan Indonesia sebagai poros maritim telah dimulai. Setidaknya hal itu sudah terlihat di sektor perikanan dan kelautan. Langkah ini memang baru langkah awal dari konsep besar poros maritim. Masih banyak langkah yang harus dilakukan untuk mewujudkan poros itu.
Di sektor perikanan berbagai tindakan telah dilakukan seperti penertiban izin kapal ikan pengadaan impor, dan penenggelaman kapal asing ilegal sebagai salah satu bentuk penegakan hukum di laut. Setidaknya hal ini telah menegaskan kembali kedaulatan Indonesia di laut yang selama ini banyak dimasuki kapal dan nelayan asing.
Setidaknya ada tiga produk peraturan yang diterbitkan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terkait penanganan pencurian ikan, yakni Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Penghentian Sementara Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia.
Selain itu, tentang Usaha Perikanan Tangkap, dan peraturan menteri tentang disiplin pegawai negeri dalam pelaksanaan kebijakan penghentian sementara (moratorium) perizinan usaha perikanan tangkap, alih... read more..
Komisi Nasional Perempuan Bekerja di Atas Bara
Oleh: Maria Hartiningsih
DANA dan fasilitas terbatas bukan hambatan bagi Komisi Nasional Perempuan untuk menjalankan mandatnya secara optimal. Spektrum isu yang luas dan beragam terkait hak asasi manusia perempuan kian merebut ruang dalam diskursus publik empat tahun terakhir ini.
Kerja Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan bisa menjadi kaca bagi lembaga HAM lain,” ujar Sandra Moniaga, anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia 2012-2017, menanggapi Laporan Pertangungjawaban Komisi Nasional (Komnas) Perempuan Periode 2010-2014, di Jakarta, Kamis (11/12).
Diskursus isu kekerasan terhadap perempuan kian merebut ruang, setidaknya terlihat dari jumlah pemberitaan. Antara tahun 2012 dan 2014, data menunjukkan 1.262 berita terkait Komnas Perempuan mengisi ruang di media massa.
Sandra sepakat dengan wakil komunitas keluarga korban pelanggaran HAM masa lalu, Uchikowati, yang menilai Komnas Perempuan sebagai lembaga HAM terbaik dibandingkan lembaga HAM lainnya. Sandra juga memuji kerja positif Komnas Perempuan, antara lain, soal akuntabilitas publik, kualitas pelayanan, dan keberanian untuk berperan sebagai ’the guardian... read more..
Hutan Sulteng Diperkirakan Habis Dalam 16 Tahun Kedepan. Akankah Terjadi?Mongabay
Oleh Christopel Paino dan Syarifah Latowa, Palu | Mongabay – 53 menit yang lalu
Cagar Alam Morowali, hutan konservasi yang tetap dibabat demi tambang. Siapa yang akan memulihkan kondisinya? Foto: Jatam Sulteng
Relawan Orang dan Alam (ROA) Sulawesi Tengah, memprediksi bahwa hutan di Sulawesi Tengah (Sulteng) akan habis dalam kurun waktu kurang dari 16 tahun ke depan.
Pernyataan tersebut didasarkan pada Dokumen Strategi Daerah REDD+ Provinsi Sulteng yang menuliskan ada 902.776 hektar luas hutan berkurang yang sudah disahkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2014-2030.
“Sebenarnya masih ada hutan yang tersisa seperti kawasan lindung dan budidaya lainnya. Namun, itu semua sudah dikuasai oleh pengusaha yang sahamnya dimodali asing,” kata Gifvents, Koordinator Riset dan Kampanye ROA, Kamis (27/11/14).
Dengan demikian, katanya, jika dihitung dari tahun 2014 sampai tahun 2030 berarti 16 tahun kedepan, Provinsi Sulteng akan kehilangan hutan. Namun bisa saja perubahan di Sulteng akan lebih cepat dengan apa yang diprediksikan.
Berdasarkan pantauan ROA di lapangan, banyak faktor yang mempengaruhi... read more..
Garis Wallace Makin DipertegasBahasa Diturunkan Melalui Garis IbuJAKARTA, KOMPAS — Garis Wallace tidak hanya memisahkan jenis flora dan fauna di Indonesia dengan yang ada di Asia atau Australia, tetapi juga menunjukkan dimulainya percampuran genetika manusia serta rumpun bahasa, antara Austronesia dan Papua. Garis imajiner itu terbentang mulai dari Selat Makassar hingga Selat Lombok.Guru Besar Emeritus Antropologi Universitas Arizona Amerika Serikat John Stephen Lansing, di Jakarta, Rabu (26/11), mengatakan, masyarakat di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, memiliki campuran genetika manusia Austronesia dan Papua. Makin ke timur dari Sumba, yaitu Flores, Lembata, dan Alor, bagian genetika Papua makin besar.Sumba terletak di dekat garis Wallace di sisi timur. Manusia Nusantara di barat garis, seperti Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sumatera, memiliki genetika Austronesia. Di sisi timur garis Wallace terjadi percampuran genetika Austronesia dan Papua. Genetika Papua murni tersebar di wilayah Melanesia, seperti Papua (pegunungan) dan sejumlah pulau di timur Papua.Namun, penelitian filogeni menunjukkan bahwa semua bahasa yang dituturkan masyarakat Sumba masuk rumpun bahasa Austronesia, sama... read more..