Artikel/Opini
Kepemimpinan dan Pelaku Kebijakan (Tanggapan Balik Opini Hasrullah)
Oleh : A.M. Sallatu
Perlu lebih ditegaskan lagi, mengapa cerdas otak patut disoal? Oleh karena para pengayom masyarakat tidak bisa hanya berpikir dan berprilaku sebagai kuasa pembuat aturan (rules supplier). Jiwa dan semangat mereka harus berada di tengah kehidupan masyarakat yang diayominya, sehingga yang mereka (para pengayom ini) butuhkan lingkungan kondusif untuk mengembangan fungsi fasilitasi, sebagai principal supplier. Disinilah cerdas otak dari kepemimpinan, yang mengindikasikan bijak dan berkarakter itu menjadi sangat mendasar pentingnya.
Rules, lebih banyak membutuhkan otak cerdas. Para pangayom karena itu perlu disadarkan dan diyakinkan bahwa kehidupan telah berkembang sangat dinamis. Kebutuhan akan principal agent harus lebih mengemuka. Untuk itu, melalui kepemimpinan, yang perlu diciptakan adalah lingkungan agar komitmen atas prinsip- prinsip dasar berkembang subur. Lingkungan seperti ini tidak akan pernah hadir dalam suasana gamang dan labil, apalagi kalau penuh dengan intrik pendiktean dan pengancaman.
Dalam kaitan semua diataslah perlu ada kehati-hatian dalam membandingkan kepemimpinan yang pernah... read more..
Musyawarah Perencanaan Pembangunan – Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Musrenbang RKPD) Provinsi Papua tahun 2020 menjadi sebuah momentum penting dalam pembangunan Papua. Ini adalah Musrenbang pertama yang diadakan dalam periode pembangunan Papua tahun 2018 – 2023. Dalam Musrenbang ini, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten menyelaraskan rencana pembangunan yang diajukan dengan mengacu pada RPJMD Papua 2018 – 2023. Menyadari pentingnya Musrenbang RKPD 2020 ini, Pemerintah Provinsi Papua melakukan sebuah pendekatan inovatif dalam menyelaraskan perencanaan pembangunan daerah dan menamakannya Musrenbang Inspirasi.
Musrenbang Inspirasi bertujuan menyediakan input bagi proses Musrenbang RKPD formal melalui pertukaran informasi dan pengetahuan antar pemangku kepentingan tentang praktik baik yang tepat guna untuk pembangunan Papua. Musrenbang Inspirasi mempertemukan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten dengan berbagai aktor pembangunan untuk saling bertukar pengetahuan tentang praktik-praktik baik pembangunan daerah.
Kepala BAPPEDA Provinsi Papua, Drs. Muhammad Musaad, M.Si dalam sambutannya menyebutkan bahwa “Musrenbang Inspirasi ini memungkinkan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten serta... read more..
Oleh: Madina Nusrat/Ryan Rinaldy/Satrio Wisanggeni
Dengan tenun, sekelompok ibu di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, melawan perdagangan orang. Di Indramayu mereka melawan melalui pendidikan.
Anggota Kabar Bumi (Keluarga Besar Buruh Migran Indonesia) Desa Tuppan, Batu Putih, Timor Tengah Selatan, NTT, menenun selendang, saat ditemui pada Jumat (5/7/2019).
Jalan berbatu dan menanjak harus ditempuh menuju tempat tinggal sekelompok ibu perajin tenun yang tergabung dalam Keluarga Besar Buruh Migran Indonesia (Kabar Bumi) di Desa Tuppan, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Mereka berkomitmen melawan perdagangan orang dengan menjadi perajin tenun.
Akses jalan yang buruk, dikelilingi tanah tandus, rasanya tidak mungkin membuat mereka mandiri secara ekonomi hanya dengan tenun. Apalagi proses pembuatan tenun memakan waktu lama dan harga jualnya di tingkat perajin masih rendah.
“Sekarang kami sudah tak izinkan anak ke Malaysia. Di Kabar Bumi, kami baku tukar pendapat (saling tukar pendapat), pengalaman susah senang di Malaysia. Jangan lagi anak-anak berangkat ke Malaysia,” tutur Fransina (49), salah satu perajin tenun itu, yang ditemui awal Juli lalu.... read more..
oleh Ebed de Rosary [Lembata] di 22 July 2019
Masyarakat di Desa Lamatokan, yang hidup di pesisir Teluk Hadakewa, Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur melakukan revitalisasi adat untuk melindungi laut yang disebut muro, atau larangan tangkap di sebuah wilayah laut untuk memberi kesempatan ikan untuk beregenerasi.
Sejak aturan muro diberlakukan, nelayan mengaku hasil tangkapan menngkat. Ikan yang semakin banyak di wilayah larangan tangkap kemudian menyebar di zona yang diperbolehkan untuk ditangkap.
Muro juga efektif dalam mencegah masuknya nelayan dari luar daerah yang melakukan pemboman, potas dan praktik penangkapan ikan tak ramah lingkungan. Peresmian muro dilakukan lewat ritual adat, suatu kearifan lokal dengan meminta restu leluhur dan sang maha pencipta.
Puluhan lelaki dan perempuan memakai busana tenun ikat berkumpul di depan Kantor Desa Lamatokan. Pagi itu (12/05) rencananya akan digelar ritual sumpah adat untuk meresmikan wilayah muro yang berada di ujung timur Desa Lamatokan.
Meski muro diberlakukan untuk wilayah pesisir laut, tapi ritual adatnya dilakukan di lokasi di wilayah perbukitan, namang namanya. Letaknya di kaki gunung api Ile Lewolotok.
Tempat ini dipercaya... read more..
Di luar Konvensi 1951, melindungi pengungsi perubahan iklim di PasifikReporter: Elisabeth Giay
Oleh Ian Fry
Tidak diakui oleh komunitas global sebagai ‘refugees’ atau ‘pengungsi’, mereka yang terbengkalai karena bencana-bencana alam akibat perubahan iklim, tidak mungkin menerima perlindungan hukum yang pantas.
Pada 2013, Ioane Teitiota dari Kiribati, meminta Pengadilan Tinggi Selandia Baru untuk mengabulkan banding yang ia ajukan, terhadap keputusan Pengadilan Tribunal Imigrasi dan Pengawal Perbatasan. Permohonan Teitiota, yang mencari suaka sebagai pengungsi perubahan iklim, telah ditolak oleh badan imigrasi negara itu.
Tribunal itu menemukan bahwa Teitiota telah melakukan apa yang mereka sebut sebagai migrasi sukarela yang adaptif atau ‘voluntary adaptive migration’, dan bahwa keputusannya untuk migrasi ke Selandia Baru tidak dapat dilihat sebagai langkah yang ‘terpaksa’.
Teitiota mengajukan banding atas penolakan ini dan proses bandingnya berakhir di Mahkamah Agung Selandia Baru. Sebelumnya, Pengadilan Tinggi negara itu telah mengemukakan bahwa, sehubungan dengan Konvensi Terkait Status Pengungsi atau Refugee Convention, Teitiota dianggap tidak menghadapi ancaman bahaya yang... read more..
oleh Bernadinus Steni* di 30 June 2019
Salah satu aspek penting dalam perdagangan pala adalah peran perempuan. Studi INOBU-AKAPe sepanjang 2018 di Kabupaten Fakfak, Papua Barat, menunjukkan sejumlah alasan faktual dan kebijakan pentingnya peran perempuan.
Tulisan ini hanya mengungkap sekilas masalah domestik yang dihadapi perempuan. Mulai partisipasi mereka dalam mata rantai pala, kebijakan pala sebagai tantangan pasar yang terkait dengan petani, pemerintah, maupun pemangku kepentingan.
Informasi yang disampaikan bukan sebagai generalisasi persoalan. Tetapi, mencerminkan situasi sekaligus mencari solusi.
Standar Pala
Petani di Fakfak, Papua Barat, mengelola pala karena bernilai ekonomi dan yang menentukan adalah pasar. Karakter pasar menerima produk pala, tidak statis, melainkan fleksibel mengikuti tuntutan konsumen dan regulasi.
Secara bersama, tuntutan tersebut menjadi ukuran yang diambil pasar sebagai standar transaksi. Perlahan, pala dihadapkan sejumlah ketentuan: kualitas dan kualifikasi, terlebih sanitasi. Salah satu yang paling umum adalah keamanan pangan.
Indonesia sudah mengembangkan standar biji pala melalui SNI 0006 – 1993 dan versi update SNI 0006-2015 yang mengatur... read more..
oleh Bernadinus Steni* di 29 June 2019
Salah satu aspek penting dalam perdagangan pala adalah peran perempuan. Studi INOBU-AKAPe sepanjang 2018 di Kabupaten Fakfak, Papua Barat, menunjukkan sejumlah alasan faktual dan kebijakan pentingnya peran perempuan.
Tulisan ini hanya mengungkap sekilas masalah domestik yang dihadapi perempuan. Mulai partisipasi mereka dalam mata rantai pala, kebijakan pala sebagai tantangan pasar yang terkait dengan petani, pemerintah, maupun pemangku kepentingan.
Informasi yang disampaikan bukan sebagai generalisasi persoalan. Tetapi, mencerminkan situasi sekaligus mencari solusi.
**
Cerita mama
Banyak perempuan di Fakfak kawin muda. Tak terkecuali mereka yang orangtuanya memiliki kebun pala. Isunya bukan semata uang. Tetapi, tidak banyak keluarga yang menempatkan pendidikan sebagai pilihan untuk meningkatkan kesadaran, atau tangga menaikkan status sosial.
Setelah tamat SD, sebagian perempuan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Opsi di kampung tidak banyak: selain bertani, berikutnya adalah menunggu waktu nikah. Alhasil, banyak yang memiliki anak di usia belia sekaligus menghadapi tugas ganda: sebagai ibu rumah tangga yang mengurus segala... read more..
National Geographic Indonesia - Senin, 24 Juni 2019 | 10:04 WIB
Nationalgeographic.co.id - Pagi itu terasa terik di Kampung Ayam, sebuah kampung di Distrik Akat, Kabupaten Asmat, dua jam perjalanan dengan longboat dari Agats. Kami berjalan ke arah timur menuju ke SD YPPK St Martinus De Porres, saat matahari berada tepat ada di depan kami, begitu menyilaukan.
Riuh rendah terdengar anak-anak bernyanyi, tidak terlalu jelas awalnya.
“Selamat datang kakak, selamat datang kakak, selamat datang kami ucapkan…”
“Selamat datang kakak, selamat datang kakak, selamat datang kami ucapkan...”
Puluhan siswa sekolah dasar menyambut kami pagi itu. Satu lagu pramuka yang kerap saya nyanyikan saat masih aktif di dalam kepengurusan organisasi tersebut. Entah mengapa, spontan air mata menetes jatuh. Mungkin karena sambutan yang begitu tulus dengan senyuman termanis dari mereka yang tidak bersepatu.
Kami datang untuk melihat Program Penyuluhan Gizi dan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang digagas oleh Pertamina Sehati bersana Dompet Dhuafa sebagai pelaksana.
Terlihat seorang wanita muda, begitu piawai memimpin jalannya kegiatan, dia memberikan penyuluhan. Gesturnya seperti warga setempat, tetapi... read more..
Posted on May 29, 2019 By Dr Leonardo Pegoraro
I recently took a three-day road trip in South Sulawesi with my senior AIC colleagues to deepen our awareness of the region ahead of our new four-year major research program, the Partnership for Australia-Indonesia Research (PAIR), which will be undertaken by a multi-disciplinary and bi-lateral team of researchers.
The trip formed a small part of PAIR’s preliminary scoping work, which looks at demographic and socio-economic characteristics, political variables, main actors and infrastructure development in South Sulawesi.
PAIR aims indeed to shed light on those communities – especially the young people among them – that will soon be impacted by a national infrastructure project currently underway: the railway line connecting the capital city, Makassar (once known as Ujung Pandang), to the city of Parepare.
On our way to Parepare from Makassar we visited some communities that live along the path of the new railway line, including in the regency of Pangkajene (Pangkep). The AIC’s Indonesia Director, and our trip planner, Kevin had arranged for us to stop in the small town of Segeri at the home of a bissu. This immediately captured our... read more..
Sumber
Papua dengan pesona alamnya kerap dijuluki “surga yang jatuh ke Bumi”. Berbagai aset pariwisata bertebaran di wilayah paling timur Indonesia itu. Meski demikian, Papua telah lama menyimpan masalah serius: angka buta huruf masyarakat Papua tertinggi di Indonesia.
Tak terkecuali dengan yang terjadi di Kampung Kobrey, Provinsi Papua Barat. Selain tingkat melek huruf yang rendah, kasus perkawinan anak juga sangat banyak. Demikian, ketika Risna Hasanudin menginjakkan kaki di sana lima tahun lalu, ia tahu ia punya pekerjaan mahaberat.
Mimpinya hanya satu: mencerdaskan anak-anak dan perempuan suku Arfak. Mereka tinggal di Pegunungan Arfak yang masih masuk wilayah Papua Barat. Yang ia temui di sana, anak-anak lebih suka bermain di hutan daripada masuk sekolah. Banyak anak akhirnya putus sekolah, dan beberapa menikah di usia dini.
"Kenapa saya memilih Papua, karena sejak kuliah sudah tertarik dengan isu-isu Papua," ujar Risna, Selasa (14/5).
Risna lantas mendirikan Rumah Cerdas Perempuan Arfak, rumah belajar yang diperuntukkan untuk kaum perempuan dan anak-anak di Papua Barat. Di sana, Risna mengajar membaca, menulis, dan berhitung. Semua kegiatan itu... read more..