BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Artikel/Opini

Akhyari Hananto 21 Mei 2018 11.39 WIB "Ke Poso? Memang sudah aman?", “Poso, daerah konflik itu?” Itulah sebagian komentar yang saya terima dari beberapa teman ketika mengetahui saya sedang bersiap-siap menuju Kabupaten Poso di Sulawesi Tengah. Mereka, yang masih saja berpikir bahwa Poso identik dengan konflik, saya jamin, pasti belum pernah menginjakkan kaki di sana. “Negeri di Awan” rasanya frase itu lah yang paling tepat menggambarkan keindahan Lembah Besoa di Lore Tengah, Kabupaten Poso. Kabut putih tipis yang menggantung menutup sebagian bukit yang mengelilingi desa Doda, udara segar zero pollution, savanna hijau membentang luas dengan ratusan sapi merumput bak lingkaran-lingkaran keputihan dari kejauhan, sungai yang mengalir bening, masyarakat yang selalu tersenyum nan ramah, what else can you ask for? Ya, Doda, bagi saya adalah sebuah negeri di awan, mengutip kalimat puitis Katon Bagaskara “dimana kedamaian, menjadi istananya” Sepanjang perjalanan dari Palu menuju Poso, mata kami dimanjakan dengan hamparan gunung dan lembah yang hijau, kelokan sungai dengan airnya yang sangat bening, sesekali menjumpai savanna hijau bak permadani yang menutup sebagian lereng bukit. Di... read more..
Catatan dari Training of Trainer Program Landasan Papua Oleh Halia Asriani Bertajuk “Training of Trainer Sinergitas Perencanaan Kampung, Puskesmas dan Sekolah untuk Peningkatan Layanan Dasar”, kegiatan ini sukses digelar di Hotel Fave Jayapura pada tanggal 11-15 November 2019. Training of Trainer (ToT) ini merupakan bagian dari kegiatan Landasan Fase II. Setelah sebelumnya program Landasan Fase I difokuskan pada peningkatan kapasitas dan tata kelola kampung dan unit layanan dasar kesehatan dan pendidikan, maka pada Landasan Fase II, program akan berfokus pada sinergitas perencanaan kampung dengan unit layanan dasar kesehatan dan pendidikan dalam menghadapi permasalahan. Hal tersebut untuk mencapai tujuan utama yaitu meningkatnya akses masyarakat di Tanah Papua terhadap pelayanan dasar (kesehatan dan pendidikan) yang berkualitas. ToT ini merupakan salah satu langkah yang dilakukan untuk menyiapkan fasilitator yang akan menularkan pengetahuan tentang konsep sinergitas di daerah dampingan. Sinergitas dalam perencanaan menjadi satu hal yang penting. Sebagaimana yang disampaikan oleh Donatus Motte, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung Provinsi Papua “Kalau pembangunan kampung... read more..
Catatan dari Training of Trainer Program LANDASAN di Papua Barat Oleh  Nyur Yawati Saya Yohanes dari RT 3, begini bapak setiap hari itu mobil masuk sa punya dusun, tong tanya kau masuk dapat ijin dari siapa, katanya kepala kampung, lalu sa pu anak-anak dari dusun itu dong berjalan kaki ke kampung 6 kilo, padahal dong punya murid itu paling banyak, dong pulang itu menangis, bapak tidak pernah pikir sa pu sekolah jarak jauh ka? sa pu kampung ini jauh juga. Lalu kau mengeluh tentang guru, bapak punya retribusi to, kenapa tak alokasikan untuk honor ka? bapak kepala kampung dan tim 11 ini macam pu mata kabur, coba turun lihat kebutuhan di sana apa, jadi bapak kepala kampung saya usul dana galian C dan retribusi itu bapak bantu, jangan cuma berharap dana kampung, tapi potensi kampung itu juga harus diperhatikan, pendidikan dan kesehatan itu penting eee… Begitulah Yohanes warga RT 3 Kampung Mandiri mengikuti musyawarah kampung yang dihadiri oleh masyarakat, perwakilan puskesmas dan sekolah, serta Tim 11. Mereka sedang melakukan musyawarah kajian kampung dengan mendengarkan pemaparan kondisi kesehatan dan pendidikan berdasarkan data dari Puskesmas dan Sekolah, juga aspirasi dan... read more..
“Guru Besar Biologi Konservasi Universitas Indonesia Jatna Suprijatna memaparkan kekayaan biodiversitas di Sulawesi di Zona Wallacea, kawasan yang memiliki kekayaan hayati dan endemisitas tertinggi di dunia, dalam acara Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta, Senin (11/11/2019). AIPI bersama Akademi Ilmuwan Muda Indonesia merekomendasikan pembangunan berbasis biodiversitas dengan tiga fokus, yaitu ekowisata, bioprospeksi untuk penemuan obat dan bioenergi, serta eksplorasi laut dalam”. JAKARTA, KOMPAS, 12 November 2019, — Kekayaan ragam hayati Indonesia berpotensi besar menopang ekonomi nasional dan membawa Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah. Tiga kegiatan berbasis keragaman hayati yang direkomendasikan menjadi tumpuan ekonomi nasional adalah ekowisata, bioprospeksi untuk pene muan obat dan bioenergi, serta eksplorasi laut dalam. Rekomendasi Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) ini dituangkan dalam buku Sains untuk Biodiversitas Indonesia, yang diluncurkan di Jakarta, Senin (11/11/2019). Penyusunan buku ini melibatkan 12 ilmuwan lintas disiplin dari AIPI dan ALMI, serta 256 kontributor dari jejaring... read more..
November 22, 2019 2.44pm WIB Hanya enam negara di Asia, termasuk India dan Cina, mampu meluncurkan satelit ke luar angkasa. Namun, Indonesia diproyeksikan segera menyusul setelah bulan ini Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengumumkan rencana pembangunan bandar antariksa di Biak, Papua. Bandar antariksa tersebut akan menjadi yang pertama di Indonesia, dan ditargetkan beroperasi pada tahun 2024. Situs peluncuran tersebut juga akan menjadi bandar non-militer pertama di Pasifik yang berlokasi dekat dengan garis khatulistiwa. Ada dua bandar antariksa yang saat ini bertempat dekat dengan ekuator, keduanya di Amerika Selatan. Pusat Antariksa Guyana milik Prancis dan Eropa sekitar 5 derajat di atas khatulistiwa, sementara Pusat Antariksa Alcantara milik Brasil berada sekitar 2 derajat di bawahnya. Bandar antariksa yang dekat dengan ekuator ideal untuk meluncurkan satelit orbit rendah, yakni dengan ketinggian orbit di bawah 2.000 km. Satelit tersebut bagus untuk transmisi data karena memiliki latensi rendah, dan juga sering dirancang sebagai satelit komunikasi atau untuk riset iklim.Bandar dekat ekuator pertama di Pasifik Ketika beroperasi, bandar antariksa di Biak... read more..
Rumah Tunggu Ibu Hamil dan Keluarga di Mabar, NTT LABUAN BAJO, KOMPAS.com—Sebanyak 2.200 ibu hamil dan keluarganya yang menunggu kelahiran di puskesmas di Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur memakai Rumah Tunggu Bersalin.  Fasilitas itu dibangun oleh Lembaga Badan Pertimbangan Kesehatan Daerah (BPKD) Kabupaten Manggarai Barat tanpa membebani APBD Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Barat. Rumah tunggu di sekitar puskesmas dibangun atas swadaya dan inisiatif dari BPKD. Sebagian juga dibangun oleh pemerintah, namu sarana di dalamnya seperti tempat tidur, kasur, dan lain sebagainya tetap dibantu oleh lembaga tersebut. Hingga 2018 lalu, sudah 8 Rumah Tunggu Bersalin dibangun secara mandiri oleh lembaga tersebut melalui partisipasi dari orang-orang Manggarai Barat maupun dari luar Manggarai Barat yang memiliki niat baik serta partisipasi sendiri dari anggota lembaga tersebut. Badan Pertimbangan Kesehatan Daerah (BPKD) Manggarai Barat, Flores Barat, Nusa Tenggara Timur adalah sebuah lembaga independen. Lembaga ini dibentuk atas dasar keprihatinan yang mendalam terhadap persoalan kesehatan di Manggarai Barat dan secara khusus, persoalan tingginya kematian ibu... read more..
Penangkapan ikan menggunakan bom dan sianida sudah dilarang di Indonesia sejak tahun 2004. Sayangnya, penegakan hukum yang lemah masih memungkinkan nelayan melakukan tindakan ilegal ini. Padahal, melindungi ekosistem kelautan dan tidak menggunakan cara-cara yang merusak lingkungan justru menjadi kepentingan nelayan. Sepanjang tahun 2016 hingga 2018, peran saya sebagai peneliti ekologi manusia LIPI membawa saya ikut serta dalam penelitian di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, yang merupakan bagian dari Coral Triangle atau Segitiga Terumbu Karang, sebuah kawasan perairan yang terbentang di enam negara di Asia Tenggara dan Pasifik dan terkenal memiliki terumbu karang yang beragam dan unik. Bersama tim CCRES, saya berkesempatan untuk tinggal bersama komunitas pesisir di tiga desa untuk mempelajari mengapa dan bagaimana sebuah komunitas nelayan di Indonesia berhenti menggunakan bahan peledak dan sianida untuk mendapatkan ikan. Penelitian kami menunjukkan bahwa beberapa individu yang sebelumnya menjalankan praktik perikanan yang merusak ternyata dapat bertransformasi menjadi pemimpin yang menginspirasi dan memengaruhi masyarakat untuk melindungi terumbu karang. Kami... read more..
Humoris . Itu kesan awal saat berjumpa dengan Adolof Andatu, Kepala Puskesmas Kombut, Kabupaten Boven Digul, Provinsi Papua. Sikap seperti itu jelas diperlukan untuk menghadapi segudang masalah yang dihadapinya sebagai orang nomor satu untuk urusan kesehatan di distrik yang sulit dijangkau itu. Masalah transportasi, itu yang pertama. Betapa tidak, Kombut adalah wilayah di perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini. Jarak dari ibu kota kabupatan Boven Digul, Tanah Merah, memang hanya sekitar 70 km. Tapi butuh waktu sekitar lima jam dari Tanah Merah menuju wilayah Kombut. Itu jika jalan kering. Jika hujan datang, waktu tempuh bukan hanya bisa bertambah, bahkan rencana perjalanan harus ditunda karena risiko terlalu besar.  Sebagian jalan kondisinya buruk. Penuh lubang dalam dengan tanah liat khas Boven Digul yang bersejarah. Sekitar 20 km dari Tanah Merah jalan memang baik. Beraspal baik. Setelahnya, jalan berlubang dalam, berbatu dan beragam masalah lainnya. Jangan harap kita bisa sering berpapasan dengan mobil lain dari arah berlawanan. Di depan dan di belakang kendaraan yang kita pakai, jarang sekali kita lihat kendaraan. Hanya sedikit kendaraan yang lalu lalang di jalur Tanah... read more..
Saat ini geoportal Satu Peta hanya dapat diakses Presiden, Wakil Presiden, Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah tirto.id - Mariah Sukmariah, 64 tahun, berdiri di hadapan area persawahan yang terbentang di Karangdan, salah satu kampung di kaki Gunung Galunggung, Jawa Barat. Ia menuturkan, saat gunung terbesar di Tasikmalaya itu meletus pada 1982, nyaris seluruh lahan di sekitarnya tertimbun pasir dan abu vulkanik. “Masyarakat sempat kesulitan mengenali tanahnya sendiri. Setelah pasir dan abu itu dikeruk, untunglah aki (kakek) ingat beberapa batang pohon kelapa yang menandai batas-batas tanah miliknya dengan batas tanah milik tetangga,” kenangnya. Dalam lingkup kecil masyarakat Karangdan, persoalan sengketa lahan antara satu warga dengan warga lain dapat dihindari dengan adanya “kesepakatan tradisional” sebagaimana di atas. Namun ketika sengketa pemanfaatan lahan menghadapkan warga dengan institusi yang lebih besar, misalnya perusahaan atau lembaga pemerintah, tentu penyelesaiannya tak cukup dengan menunjuk batang kelapa. Berhadapan dengan institusi yang lebih besar sekelas korporasi maupun lembaga pemerintah, masyarakat berarti berhadapan dengan kuatnya modal dan kekuasaan.... read more..
Ketika pertama kali bertugas mengajar di Malaumkarta pada 1997, Distrik Makbon di Kabupaten Sorong, perempuan itu harus menghadapi banyak tantangan yang tidak mudah. Salah satunya ketika harus mendapati bahwa sekolahnya kosong. Anak-anak didiknya menghilang. Mereka ikut orang tua melakukan ‘siema’. Siema adalah mencari bahan makan pokok, utamanya sagu, yang dilakukan di dusun sagu. Waktunya bisa sangat panjang, antara dua minggu bahkan tak jarang sampai sebulan. Mendapati kenyataan seperti itu, perempuan bernama Bunga Wally itu memutuskan untuk ikut ‘siema’. Tujuannya jelas, yakni ingin tahu apa saja yang dikerjakan para muridnya selama ikut orang tua mereka melakukan ‘siema’. Di sana dia mendapati bahwa anak-anak yang masih kecil, yang duduk di kelas satu sampai tiga SD, sebetulnya hanya bermain-main saja. Sedangkan yang sudah agak besar, kelas empat ke atas, memang membantu orang tua mereka. Dari situlah Bunga kemudian melakukan pendekatan kepada para orang tua. Intinya, kalau bisa, karena anakanak kecil yang berusia kelas tiga ke bawah itu hanya bermain, sebaiknya lain kali tidak usah diajak. Biarkan mereka tetap sekolah dan belajar. Sebab usia mereka sebaiknya untuk belajar... read more..

Pages