Artikel/Opini
Penulis: Hasantoha Adnan, Jhon Roy Sirait, La Ode Ali Said, dan Amir Mahmud
Madu merupakan salah satu komoditas hasil hutan yang memiliki banyak manfaat. Cairan kental berwarna cokelat keemasan ini dihasilkan oleh lebah madu (Apis dorsata) yang mengumpulkan nektar bunga dari berbagai tanaman. Tak hanya dikonsumsi langsung, madu juga digunakan sebagai campuran bahan makanan, minuman, dan sabun. Sarang madu akan menghasilkan lilin lebah (beeswax) yang dipakai untuk industri kecantikan dan obat-obatan.
Di beberapa tempat di Indonesia, madu adalah komoditas unggulan yang menyumbang pada peningkatan ekonomi masyarakat. Selain itu, madu juga menjadi bagian dari identitas sosial masyarakat adat, di mana banyak komunitas adat mempertahankan keberadaan hutannya melalui pengolahan madu yang lestari.
Daerah hulu Konaweha di Sulawesi Tenggara telah lama dikenal sebagai salah satu daerah penghasil madu hutan. Saat musim panen tiba, yakni di bulan November–Januari dan April–Mei, beribu-ribu kilogram madu dihasilkan dari hutan di daerah ini. Area penghasil madu meliputi Kecamatan Ueesi dan Uluiwoi di Kolaka Timur, serta Latoma, Asinua dan Abuki di Konawe.
Pemanenan madu umumnya masih... read more..
Penulis: Enggar Paramita
Setelah menghadirkan ahli merica dan cengkeh di desa-desa binaan, kali ini sekolah lapang agroforestri AgFor mengundang ahli kopi, kakao, dan durian untuk berbagi pengalaman dengan para petani di Sulawesi Selatan dan Tenggara.
Tahap penyebaran informasi peneliti ke petani diawali dengan mengundang Dr. Retno Hulupi dan Dr. Adi Prawoto dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia pada Oktober 2013, dan Dr. Sobir dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari 2014.
Dalam sekolah lapang kopi, Dr. Retno Hulupi mengetengahkan jenis-jenis varietas dan klon kopi, cara pemeliharaan, budi daya, pengendalian hama dan penyakit, serta penanganan pasca panen. Saat pelatihan, diketahui bahwa pengetahuan petani tentang jenis-jenis kopi seperti arabica, robusta, dan liberica masih belum memadai walaupun mereka telah menanam kopi selama bertahun-tahun. Tak hanya itu, kebiasaan memupuk dan memangkas pun belum lazim diaplikasikan. “Kopinya dibiarkan tumbuh tinggi saja dan bercabang-cabang, karena kita pikir, tidak apa-apa jika cabangnya banyak. Lalu dipupuknya juga sekali-sekali saja,” kata Amiruddin, petani kopi asal Desa Pattaneteang,... read more..
Penulis: Hendra Gunawan dan Shinta Purnama Sarie
Selama ini, ketersediaan benih pohon kayu terutama di Kabupaten Konawe dan Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara terbilang masih bergantung dari pihak lain seperti lembaga pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat. Masih rendahnya pengetahuan petani mengenai benih dan teknik perbanyakan pohon kayu serta sulitnya akses untuk memperoleh benih berkualitas ditengarai menjadi penyebabnya. Padahal lewat kemandirian, petani akan dapat meningkatkan kualitas dalam bercocok tanam pohon kayu.
Berangkat dari kondisi ini, Department of Geosciences and Natural Resource (IGN), University of Copenhagen yang diwakili oleh Frans Harum bekerjasama dengan AgFor Sulawesi dan Operation Wallacea Terpadu (OWT) mengundang Ir. Djoko Iriantono, MSc, Kepala Balai Induk Benih Makassar untuk berbagi pengetahuan tentang identifikasi benih berkualitas, teknik penyemaian, teknik perbanyakan vegetatif, dan identifikasi sumber benih di lokasi tegakan benih lokal. Pelatihan yang diadakan pada 26–30 Mei 2014 ini dihadiri oleh para petani binaan AgFor di Konawe dan Kolaka Timur, rekan-rekan OWT, perwakilan dari Dinas Kehutanan dan Taman Nasional Rawa Aopa.
Pelatihan... read more..
Penulis: Enggar Paramita
Petani asal desa wilayah binaan baru AgFor Sulawesi mengunjungi Kelompok Tani Bersatu di Desa Lawonua, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara pada 11 September 2014 lalu. Lebih dari 30 petani asal 6 desa di Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari berpartisipasi dalam kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang teknik pengelolaan kebun sekaligus memberikan peserta gambaran aktivitas proyek.
Dalam kegiatan kunjungan lapangan, AgFor menggandeng Mustakim, Agus, dan Hamsari untuk berperan sebagai fasilitator utama. Ketiganya adalah ‘champion’ atau petani penyuluh yang telah aktif berpartisipasi dalam kelompok tani binaan AgFor. Kepada para petani peserta kunjungan mereka berbagi cerita tentang pengalaman dengan AgFor Sulawesi. “Memang harus diakui bahwa pada awalnya agak berat, karena kita kerja lebih di pembibitan. Mungkin gara-gara hal ini, ada beberapa anggota yang berhenti dari kelompok, sebab berpikir kegiatan AgFor hanya menambah-nambah pekerjaan. Tapi sebenarnya kerja lebih itu hanya awalnya saja, karena setelahnya, pembibitan akan sangat bermanfaat bagi kita, jadi tempat belajar, dan juga dapat dijadikan sumber pendapatan,” jelas... read more..
Penulis: Shinta Purnama Sarie dan Enggar Paramita
Sebagai lanjutan dari serangkaian program komponen lingkungan AgFor Sulawesi yang berbasis metode Capacity Strengthening Approach to Vulnerability (CaSAVA), diskusi bertajuk ‘Lokakarya Prinsip dan Mekanisme Imbal Jasa Lingkungan’ diadakan di Fave Hotel, Makassar pada 17 Juli 2014. Lokakarya ini dihadiri oleh kelompok kerja (Pokja) imbal jasa lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Biang Loe, Bantaeng dan peneliti dari World Agroforestry Centre, Dr. Beria Leimona dan Dr. Atiek Widayati. Pokja terdiri dari pihak-pihak yang akan terlibat dalam penerapan skema pembayaran dan imbal jasa lingkungan (PIJL) di antaranya Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda), Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Pertanian dan Peternakan, Universitas Hasanuddin, Yayasan Balang, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bantaeng, petani, perwakilan dari kecamatan serta desa/kelurahan DAS Biang Loe, Badan Usaha Milik Desa (BumDes) atau Badan Usaha Milik Masyarakat (BumMas).
Lokakarya ini menyoroti salah satu visi dan misi kelompok desa yang telah disepakati pada pertemuan di bulan Desember 2013, yakni visi dan misi kelompok desa Eremerasa-... read more..
Penulis: Enggar Paramita dan Hasantoha Adnan
Memasuki bulan September, daerah hulu Sungai Konaweha di Sulawesi Tenggara mulai menggeliat. Di daerah penghasil madu hutan ini, ‘pasoema’ atau pemburu madu beserta para pengumpul bersiap menyambut kedatangan musim panen yang akan berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember. Setiap tahunnya, puluhan ton madu hutan dipanen dari sarang-sarang yang terletak tinggi di atas pepohonan . Madu lalu dikemas dalam botol plastik, dan dijual ke berbagai daerah di Sulawesi Tenggara hingga Makassar.
Selama ini, pasoema dan pengumpul cenderung menghasilkan produk yang sama dengan para pesaingnya. Upaya peningkatan kualitas dan pengembangan produk belum dianggap sebagai faktor penting, padahal, keduanya adalah kunci dari peningkatan keunggulan usaha kecil.
AgFor Sulawesi mencoba menjawab persoalan ini dengan mengadakan lokakarya pemasaran yang melibatkan pasoema dan pengumpul madu asal Kecamatan Uluiwoi dan Uesi, Sulawesi Tenggara pada 25–28 Agustus 2014 di Desa Tawanga. Topik penilaian pasar secara cepat atau rapid market assessment (RMA) menjadi materi utama pelatihan yang digagas oleh komponen tata kelola (governance) dan mata... read more..
Penulis: Enggar Paramita
Setelah resmi memulai kegiatan bulan Juni lalu, tim AgFor Gorontalo bergerak cepat mengimplementasi berbagai kegiatan guna menyusun rencana kerja. Ketiga komponen proyek, yaitu matapencaharian (livelihood), lingkungan (environment), dan tata kelola (governance) bekerja mengidentifikasi dan menetapkan desa wilayah kerja proyek, memperkuat kerja sama dengan pemerintah lokal, melakukan sosialisasi, serta menggali data melalui sejumlah survei.
Di bulan Agustus–September, komponen matapencaharian melaksanakan survei jenis pohon prioritas di 12 desa di Kabupaten Gorontalo dan Boalemo. Survei ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis pohon yang berkontribusi paling besar sebagai sumber penghidupan, dan dianggap penting oleh petani. Dengan menggunakan diskusi kelompok terfokus, petani diminta menyebutkan jenis pohon yang dianggap penting, mengemukakan alasannya, serta mengurutkan berdasarkan prioritas. Selain itu, informasi mengenai kendala yang dihadapi serta sumber bibit tanaman turut digali dalam diskusi partisipatif ini. Dalam menggelar survei, AgFor Sulawesi bekerja sama dengan lembaga lokal Jaring Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam... read more..
Penulis: Enggar Paramita
Agroforestry and Forestry in Sulawesi (AgFor Sulawesi) dan Pemerintah Kabupaten Boalemo menandatangani Nota Kesepahaman yang menegaskan komitmen kedua pihak untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui pengelolaan agroforestri (kebun campur) dan kehutanan yang setara dan berkelanjutan.
Penandatanganan dilakukan di Hotel Putra Tunggal, Tilamuta, Boalemo, 5 November 2014, dan merupakan tindak lanjut dari lokakarya peluncuran proyek yang dilangsungkan bulan Juni lalu.
Nota Kesepahaman selain menjadi perwujudan kesungguhan kolaborasi juga mengetengahkan lingkup kerja sama kedua pihak yang di antaranya meliputi kegiatan peningkatan kapasitas, pelatihan, dan penelitian agroforestri; penyebaran dan pertukaran informasi agroforestri; pemberdayaan masyarakat berbasis agroforestri; dan peningkatan tata kelola sumber daya alam dan ekosistem secara berkesinambungan dan lestari.
Dr James M. Roshetko, Senior Project Leader AgFor Sulawesi mengatakan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman, diharapkan AgFor dan Pemkab Boalemo dapat aktif bekerja sama dengan menyinergikan rencana kegiatan, sehingga dapat saling mendukung dan menguntungkan.... read more..
Insight: G20 needs economic reform for long-term growthTony Abbott, Canberra | Insight | Thu, November 13 2014, 9:11 AM
In a few days, the leaders of G20 economies will arrive in Australia for the Brisbane Summit.
Six years ago, the impacts of the global financial crisis reverberated throughout the world. While those crisis years are behind us, we still struggle with its legacy of debt and joblessness.
The challenge for G20 leaders is clear — to lift growth, boost jobs and strengthen financial resilience. We need to encourage demand to ward off the deflation that threatens the major economies of Europe.
The managing director of the International Monetary Fund, Christine Lagarde, has urged us to find new momentum with more growth, more jobs, better growth and better jobs.
This means creating the right conditions for the private sector to succeed. It means having the willingness to use investment in infrastructure to boost growth.
We cannot let recovery stall, which is why I will be asking G20 leaders in Brisbane to do more.
At the 2011 G20 Summit, leaders discussed the necessity of political will. Leaders understood that the G20 is at its most effective when we commit to action... read more..
Ketika mendengar namanya disebut Presiden Jokowi (Joko Widodo) untuk menduduki jabatan sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, penulis memerhatikan dengan seksama, dan benar adanya dia adalah Susi Pudjiastusti. Penulis mengenal sosok ini karena membaca beberapa artikel tentangnya. Dia membangun usaha dalam bisnis perikanan mulai dari nol hingga mempunyai maskapai penerbangan Susi Air.
Perempuan hebat dan luar biasa. Tentu dia seorang yang cerdas, bahkan genius sebenarnya. Jika kecerdasan yang digunakan untuk mengelompokkan orang-orang cerdas dan genius itu merujuk pada kategori Howard Gardner, maha guru pendidikan Amerika Serikat yang terkenal. Kecerdasannya dibuktikan selama sekitar 33 tahun membangun bisnis perikanan dan maskapai penerbangan.
Jangan salah! Hanya orang-orang cerdas yang bisa mengembangkan bisnis dari nol dan mempunyai kemampuan menggerakkan (memanejemeni) sumber daya manusia beraneka latar belakang untuk bekerjasama.
Pendidikan dan Sekolah
Kalau Susi tidak menginjakkan kaki sampai di Perguruan Tinggi (PT), itu benar! Tapi bukan berarti Susi tidak berpendidikan atau tidak terdidik. Orang menjadi terdidik tidak harus menempuh semua strata pendidikan formal, dari... read more..