Pemahaman petani tentang aspek pemasaran seringkali masih terbatas. Di desa-desa binaan AgFor Sulawesi umumnya lingkup kegiatan pemasaran yang dilakukan petani baru sekedar menjual hasil komoditas kebun. Perlakuan tambahan seperti pemrosesan dan persiapan untuk meningkatkan nilai jual komoditas belum banyak dilakukan.
Selain itu, dalam memasarkan komoditas, petani banyak mengandalkan pedagang pengumpul yang datang ke desa ketika musim panen, sehingga petani tidak mengetahui harga pasaran yang sesungguhnya. Kondisi ini menyebabkan petani kehilangan kesempatan untuk memaksimalkan pendapatan dari komoditas yang dihasilkannya. Berangkat dari kenyataan ini, AgFor Sulawesi mencoba memfasilitasi peningkatan kapasitas di bidang pelatihan.
“Dari hasil baseline study yang dilakukan pada saat awal proyek, kami mengetahui bahwa rata-rata petani belum pernah mendapat pelatihan pemasaran. Kalau pun ada yang pernah, tapi itu sudah bertahun-tahun yang lalu,” kata Aulia Perdana,Marketing Specialist di World Agroforestry Centre. “Kami juga melihat petani seringkali tidak mengetahui konsep pasar sama sekali. Oleh karena itu, pelatihan pemasaran sangatlah penting agar petani tidak sekedar tahu jual-beli saja,” ujarnya.
Pelatihan pemasaran AgFor Sulawesi dilakukan 2 tahap di beberapa desa binaan di Bantaeng dan Bulukumba, Sulawesi Selatan. Dalam menyelenggarakan pelatihan, AgFor Sulawesi bermitra dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Hasanuddin Makassar yang diwakili oleh Dr. Jusni, SE., M.Si sebagai nara sumber pelatihan.
Di tahap pertama, materi berfokus pada pengertian awal pasar, pemasaran serta dasar-dasar pemasaran. Guna mempermudah pemahaman, Dr. Jusni menggunakan metode permainan yang mengajak peserta untuk belajar berbisnis.
Dalam permainan, petani dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok ditugaskan membuat topi kertas yang melambangkan komoditas yang hendak dijual. Kelompok diberikan modal awal, diminta mengalokasikan dana untuk keperluan bahan baku topi, serta diwajibkan melakukan pencatatan pemasukkan dan pengeluaran untuk mengetahui arus kas. Kelompok lalu ditantang untuk mengembangkan modal yang dimiliki dengan cara menjual produk.
Dalam berjalannya permainan, terlihat kelompok-kelompok yang mempunyai jiwa wirausaha, dan yang masih mencoba mencari peluang. Antar anggota kelompok kerap berdiskusi untuk menentukan strategi agar modal terus bertambah. Pada akhir permainan, dilakukan penghitungan modal akhir yang dimiliki tiap kelompok.
Penggunaan permainan digunakan untuk memberikan petani gambaran nyata tentang cara berbisnis. Selain itu poin-poin penting seperti perencanaan dalam memasarkan suatu produk, cara membaca peluang bisnis, dan kekuatan pemasaran secara berkelompok juga disisipkan agar dapat diterapkan.
Selang beberapa waktu dari pelatihan dasar, pelatihan tahap kedua diselenggarakan dengan mengundang peserta dari desa yang terlibat sebelumnya. Kali ini, pelatihan mengutamakan pada aspek kewirausahaan, di mana dengan menggunakan metode permainan serupa, peserta dilatih untuk mempertajam naluri bisnis, mengetahui resiko dunia wirausaha, dan cara-cara memasuki dunia usaha.
Diskusi hangat terjadi antara peserta dan nara sumber. Beberapa rekan petani mengemukakan keinginannya untuk menjadi wirausaha, dan mengkonsultasikan kepada nara sumber langkah apa yang harus diambil. “Yang terpenting, kita harus mempunyai pandangan tidak sekedar menjual apa yang ada di kebun, tapi menjual apa yang dibutuhkan oleh konsumen atau pasar,” ujar Dr. Jusni dalam penjelasannya. “Pilihlah usaha yang kita kuasai, dan jangan lupa untuk terus meningkatkan kualitas produk,” tambahnya.
Setelah dua tahap pelatihan, pelatihan pemasaran AgFor Sulawesi berikutnya akan lebih berfokus pada komoditas yang dihasilkan masing-masing desa. “Nanti akan lebih spesifik ke komoditas yang mereka punya, misalnya cengkeh di Pattaneteang, dan kopi di Campaga. Kita akan membahas tentang marketing mix-nya, mulai dari product, price, place, promotion, packaging,kemudian mengarahkan pada bagaimana melakukan segmenting, targeting, branding, juga positioning dengan cara yang sederhana," kata Aulia. Ia juga menambahkan tujuan akhir komponen pemasaran agar dapat menghubungkan petani dengan mitra usaha potensial dan pasar. “Harapannya adalah kita dapat membekali petani agar menjadi wirausahawan yang mandiri,” kata Aulia.
Pelatihan pemasaran selain berlangsung di Sulawesi Selatan akan diselenggarakan di Sulawesi Tenggara.
- Log in to post comments
- 300 reads