BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Artikel/Opini

Wajegeseng Hijau Berseri“Apalah Arti Sebuah Nama”, seringkali kita mendengar kalimat itu. Namun bagi pemuda dan masyarakat Wajegeseng hal itu tidak benar, karena menurut mereka nama memiliki arti yang begitu besar. Bisa bermakna doa dan harapan, bahkan bisa menjadi goal pembangunan. Nama yang disandangkan akan menjadi motivasi mereka untuk terus berbuat yang lebih baik bagi kemajuan desa. Setidaknya hal itulah yang mendasari pemilihan nama Wajegeseng Hijau Berseri  untuk CLC (Community Learning Center/Pusat Belajar Masyarakat),  kata  Berseri merupakan singkatan dari Bersih, Sehat, dan Asri. Namanya yang disepakati saat proses Rembuk Hijau Warga Desa Wajegeseng pada tanggal 25 Januari 2016 ini menggambarkan mimpi dan tujuan desa. Bukan hal yang mudah memang, tapi dengan semangat dan kemauan serta komitmen Wajegeseng Berseri bisa terwujud. Usaha mencapai itu tidak hanya dilakukan saat ini saja melainkan dari jauh sebelumnya. Tidak jarang kepala desa atau kepala dusun menetapkan sanksi sosial  misalkan saja untuk mengurangi BABS (Buang Air Besar Sembarangan), jika ada kedapatan BABS akan di foto dan di pajang di tempat umum. Sanksi ini ternyata cukup ampuh dan... read more..
Desa Aik Bual memang desa yang kaya akan sumber daya alam, tidak hanya kehutanan dan perkebunan dengan  keanekaragaman hayati yang cukup kompleks namun juga air yang menjadi tumpuan pertanian tidak hanya untuk Desa Aik Bual saja tetapi juga beberapa desa tetangga. Air tersebut tertampung dalam satu lokasi yang disebut dengan Embung. Karena terletak di Dusun Bual, maka embung tersebut dinamakan Embung Bual. Di Pulau Lombok, keberadaan embung merupakan salah satu sistem irigasi yang dikembangkan, dimana embung tersebut berfungsi untuk menampung air selama musim penghujan berlangsung. manfaatnya sangat terasa jika musim kemarau tiba, di mana sawah-sawah masih bisa diairi oleh aliran air embung tersebut. Selain sebagai irigasi, Embung juga dipergunakan  untuk budidaya ikan. Selama ini ikan yang ada di Embung Bual bisa dinikmati oleh siapa saja bahkan tidak jarang ada yang berasal dari Lombok Timur   datang untuk memancing. Perkembangbiakan ikan di Embung Bual cukup cepat namun disertai juga dengan pertumbuhan ganggang di dasar embung yang juga cepat. Sehingga akan menutup permukaan embung. Melihat kondisi tersebut perlu dilakukan bersih embung. Kegiatan tersebut... read more..
Indonesia Sudah Terdampak Bencana IklimAtasi Perubahan Iklim, Indonesia Hitung Pengurangan EmisiIkon konten premium Cetak | 25 Januari 2016 Ikon jumlah hit 421 dibaca Ikon komentar 0 komentar JAKARTA, KOMPAS — Indonesia sudah terdampak perubahan iklim dengan kenaikan suhu berkisar 0,16-1,44 derajat celsius. Kekeringan di beberapa tempat juga menyebabkan ketidakpastian musim tanam padi pertama tahun ini. Perubahan iklim juga ditandai kekacauan pola iklim di Tanah Air.Petani sedang menggemburkan tanah di wilayah Bayalangu, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (23/1). Perubahan iklim yang ditandai dengan minimnya curah hujan telah mengakibatkan musim tanam pertama atau rendeng mundur hingga dua bulan. Petani pun terancam tak dapat menanam padi pada musim tanam gadu yang jatuh saat musim kemarau.Kompas/Abdullah Fikri Ashri Petani sedang menggemburkan tanah di wilayah Bayalangu, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (23/1). Perubahan iklim yang ditandai dengan minimnya curah hujan telah mengakibatkan musim tanam pertama atau rendeng mundur hingga dua bulan. Petani pun terancam tak dapat menanam padi pada musim tanam gadu yang jatuh saat musim... read more..
Indonesia Affected by Climate DisasterTo End Climate Change, Indonesia Calculates Emission ReductionUpdate | January 25, 2016 11:45 JAKARTA, KOMPAS — Indonesia is already affected by climate change with temperatures having risen by between 0.16 and 1.44 degrees Celsius. Drought in some places has caused uncertainty for farmers in the initial rice planting season this year. Climate change is also characterized by chaos in weather patterns in the country. Climate change, also characterized by low rainfall, has led to a two-month delay in the first planting season and farmers are at risk of not being able to grow rice during the gadu, the dry planting season. A senior lecturer at the Oceanography Department of the Bogor Agricultural Institute (IPB)'s Maritime Science and Technology School, Alan Koropitan, Saturday (23/1/2016), that there was no doubt climate change had already occurred, without people being aware of its gradual impacts. The effects of climate change are apparent, for example, in the increasing frequency and strength of tropical cyclones. Earlier, the storms never took place in tropical countries like Indonesia. However, as they intensified, their tails can now reach... read more..
PEMBANGUNAN BERKELANJUTANRencana Aksi Perlu Segera DisiapkanIkon konten premium Cetak | 22 Januari 2016 Ikon jumlah hit 22 dibaca Ikon komentar 0 komentar JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah diminta segera menyiapkan rencana aksi untuk mewujudkan target penurunan kesenjangan ekonomi. Itu disertai dengan upaya konkret untuk meningkatkan mutu hidup masyarakat menengah ke bawah. "Indonesia berkontribusi besar menggagas agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), terdiri dari 17 tujuan dan 169 program. Namun, Indonesia harus menyiapkan pelaksanaannya dengan melibatkan publik," kata Senior Program Officer International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) Hamong Santono, saat memaparkan catatan awal tahun INFID, Rabu (20/1), di Jakarta. Dalam rencana pembangunan nasional, pemerintah menargetkan penurunan indeks gini rasio (indikator ketimpangan ekonomi) 0,41 saat ini menjadi 0,36 tahun 2019. Pada 2016, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Sofyan Djalil menyatakan target penurunan indeks gini 0,39. Untuk mewujudkan SDG dan mengurangi kesenjangan ekonomi, pemerintahan perlu menyusun kerangka regulasi untuk penerapan, kelembagaan, dan akuntabilitas program SDG... read more..
Kemiskinan MultidimensiPemda Kembangkan Strategi PengentasanIkon konten premium Cetak | 20 Januari 2016 Ikon jumlah hit 227 dibaca Ikon komentar 0 komentar JAKARTA, KOMPAS — Di tengah masalah kemiskinan multidimensi di Tanah Air, sejumlah pemerintah daerah telah mengembangkan berbagai strategi untuk menanganinya. Keberhasilan mereka dimulai dari basis data yang memadai hingga program yang tepat sasaran. Ford Foundation, Lembaga Pemikir Prakarsa, dan Litbang Kompas melakukan riset kemiskinan di Indonesia dan menghasilkan Indeks Kemiskinan Multidimensi (IKM). Pengukuran ini menggunakan tiga dimensi, yaitu kesehatan, pendidikan, dan standar hidup yang terdiri atas 11 indikator, antara lain sanitasi, akses air bersih, melek huruf, dan akses gizi bagi anak balita. Laporan penelitian itu menunjukkan kemiskinan multidimensi terkecil adalah DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, Kepulauan Riau (Kepri), dan Jawa Tengah. Sejumlah kepala daerah yang berhasil menangani masalah kemiskinan yang ditemui Kompas, Selasa (19/1), mengatakan, secara umum identifikasi masalah utama menjadi kunci penanganan kemiskinan. Keberhasilan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman, DI Yogyakarta, menurunkan... read more..
KEMISKINAN MULTIDIMENSIFasilitas Dasar Jadi Masalah Utama19 Januari 2016 JAKARTA, KOMPAS — Karakteristik kemiskinan multidimensi di Indonesia didominasi oleh dimensi standar hidup atau fasilitas dasar, yaitu sumber penerangan, air bersih, sanitasi, dan bahan bakar untuk memasak. Keempat indikator ini ditemukan hampir di semua provinsi. Salah satu kesimpulan laporan penelitian kerja sama Ford Foundation, Lembaga Pemikir Prakarsa, dan Litbang Kompas menyebutkan, keempat indikator itu berkontribusi cukup besar terhadap kemiskinan multidimensi di Indonesia. Riset ini menggunakan tiga dimensi untuk pengukuran dengan total indikator sebanyak 11. Dimensi kesehatan menggunakan indikator akses air bersih, sanitasi, asupan gizi anak balita, dan akses pada layanan kesehatan maternal. Dimensi pendidikan meliputi keberlanjutan pendidikan, melek huruf, dan akses pada layanan pendidikan prasekolah. Dimensi standar hidup meliputi sumber penerangan, bahan bakar memasak, kondisi atap, lantai, dan bangunan, serta status kepemilikan rumah. Pengukuran dan penghitungan yang dilakukan menghasilkan Angka Kemiskinan Multidimensi, Keparahan Kemiskinan Multidimensi, dan Indeks Kemiskinan Multidimensi.... read more..
GBHN dan Amandemen UUDBambang Kesowo19 Januari 2016 Ikon jumlah hit 92 dibaca Ikon komentar 0 komentar Hanya dalam hitungan hari sejak Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri melontarkan pemikiran dalam rakernas partai tentang dibutuhkannya kembali Garis-garis Besar Haluan Negara, muncul begitu banyak tanggapan terhadapnya. Ada yang mengatakan tidak perlu. Ada yang menyimak dengan sikap kritis. Ada lagi yang mengingatkan perlunya ide tersebut dikelola dengan baik agar tak menjadi bola liar, dan menjadi alat tawar-menawar politik. Sekalipun begitu, banyak pula yang setuju dengan gagasan itu demi keberlanjutan gerak dan pencapaian sasaran, dan demi efisiensi sumber daya, penyelenggaraan negara ini dapat diberi tuntunan yang satu, sama untuk semua, dan berlaku baku. Usulnya juga jelas dan konkret: agar GBHN diadakan kembali. Masalahnya, bagaimana mewujudkannya. Karena ketiadaan GBHN saat ini berawal dari peniadaan ketentuan dalam UUD, logikanya, ya, mesti mengembalikannya ke dalam UUD. Konsekuensi logika tadi, mengubah lagi UUD. Masalahnya bukan mungkin atau tak mungkin. Banyak yang malah mengantisipasi dengan pertanyaan: akan sesederhana itukah langkah yang diperlukan, atau... read more..
Sumba: Pulau dengan sasaran 100% energi terbarukan     2 Desember 2015 Pulau Sumba bertekad bahwa dalam waktu lima tahun ke depan akan menggunakan 100 persen energi terbarukan. Sampai beberapa waktu lalu, sebagian besar dari 700.000 penduduknya tidak memiliki akses ke sumber listrik, dan kini proyek energi bersih mengubah kehidupan mereka. Umbu Hinggu, seorang tokoh adat Sumba, mengatakan dia tidak pernah bermimpi air terjun di hutan yang terletak di dekat desanya dapat menghasilkan sumber listrik. Sampai kemudian, empat tahun lalu, sebuah kelompok lokal membantu mereka untuk membangun sebuah pembangkit listrik tenaga air skala kecil atau mikro hidro yang menyediakan sumber listrik bagi 350 rumah. “Itu cukup untuk penerangan di seluruh rumah, televisi dan sebuah lemari es. Listriknya stabil selama 24 jam. Ini membuat saya bangga,” jelasnya. Sisa energi yang tidak digunakan dijual ke Perusahaan Listrik Negara PLN, menghasilkan uang lebih dari 7 juta per bulan. Generasi baru Pada tahun 2010 studi yang dilakukan oleh peneliti dari dua lembaga internasional Hivos dan Winrock, menemukan warga Sumba yang memiliki jaringan listrik di rumah mereka, kurang dari 25 persen... read more..
PEMBANGUNANWarga Sulit Keluar dari KemiskinanIkon konten premium Cetak | 18 Januari 2016 Ikon jumlah hit 191 dibaca Ikon komentar 1 komentar JAKARTA, KOMPAS — Angka kemiskinan mengalami penurunan sejak 2012. Akan tetapi, sejumlah warga di beberapa tempat menunjukkan mereka masih sulit keluar dari keadaan miskin. Berbagai masalah masih menyelimuti mereka. Untuk mengetahui kesulitan warga terbebas dari kemiskinan, Kompas tinggal bersama warga desa di Sumatera Utara, Lampung, Banten, dan Nusa Tenggara Barat akhir pekan lalu. Tolok ukur kemiskinan yang digunakan adalah Indeks Kemiskinan Multidimensi yang dibuat Ford Foundation, lembaga pemikir Prakarsa, dan Litbang Kompas. Di dalam pengukurannya ada 11 indikator yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan standar hidup. Kampung Unte Mungkur, Desa Satahi Nauli, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, berjarak sekitar 12 jam dari Medan. Untuk mencapai desa itu bisa dengan kendaraan dan disambung dengan naik sampan dari Kolang selama satu jam. Pagi hari warga berbondong-bondong menaiki sampan untuk menjual hasil bumi, seperti pisang, pinang, ubi, dan getah karet, ke kota kecamatan. Unte Mungkur merupakan salah... read more..

Pages