Artikel/Opini
KEMISKINAN MULTIDIMENSIFasilitas Dasar Jadi Masalah Utama19 Januari 2016
JAKARTA, KOMPAS — Karakteristik kemiskinan multidimensi di Indonesia didominasi oleh dimensi standar hidup atau fasilitas dasar, yaitu sumber penerangan, air bersih, sanitasi, dan bahan bakar untuk memasak. Keempat indikator ini ditemukan hampir di semua provinsi.
Salah satu kesimpulan laporan penelitian kerja sama Ford Foundation, Lembaga Pemikir Prakarsa, dan Litbang Kompas menyebutkan, keempat indikator itu berkontribusi cukup besar terhadap kemiskinan multidimensi di Indonesia.
Riset ini menggunakan tiga dimensi untuk pengukuran dengan total indikator sebanyak 11. Dimensi kesehatan menggunakan indikator akses air bersih, sanitasi, asupan gizi anak balita, dan akses pada layanan kesehatan maternal. Dimensi pendidikan meliputi keberlanjutan pendidikan, melek huruf, dan akses pada layanan pendidikan prasekolah. Dimensi standar hidup meliputi sumber penerangan, bahan bakar memasak, kondisi atap, lantai, dan bangunan, serta status kepemilikan rumah.
Pengukuran dan penghitungan yang dilakukan menghasilkan Angka Kemiskinan Multidimensi, Keparahan Kemiskinan Multidimensi, dan Indeks Kemiskinan Multidimensi.... read more..
GBHN dan Amandemen UUDBambang Kesowo19 Januari 2016 Ikon jumlah hit 92 dibaca Ikon komentar 0 komentar
Hanya dalam hitungan hari sejak Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri melontarkan pemikiran dalam rakernas partai tentang dibutuhkannya kembali Garis-garis Besar Haluan Negara, muncul begitu banyak tanggapan terhadapnya.
Ada yang mengatakan tidak perlu. Ada yang menyimak dengan sikap kritis. Ada lagi yang mengingatkan perlunya ide tersebut dikelola dengan baik agar tak menjadi bola liar, dan menjadi alat tawar-menawar politik. Sekalipun begitu, banyak pula yang setuju dengan gagasan itu demi keberlanjutan gerak dan pencapaian sasaran, dan demi efisiensi sumber daya, penyelenggaraan negara ini dapat diberi tuntunan yang satu, sama untuk semua, dan berlaku baku. Usulnya juga jelas dan konkret: agar GBHN diadakan kembali.
Masalahnya, bagaimana mewujudkannya. Karena ketiadaan GBHN saat ini berawal dari peniadaan ketentuan dalam UUD, logikanya, ya, mesti mengembalikannya ke dalam UUD. Konsekuensi logika tadi, mengubah lagi UUD. Masalahnya bukan mungkin atau tak mungkin. Banyak yang malah mengantisipasi dengan pertanyaan: akan sesederhana itukah langkah yang diperlukan, atau... read more..
Sumba: Pulau dengan sasaran 100% energi terbarukan
2 Desember 2015
Pulau Sumba bertekad bahwa dalam waktu lima tahun ke depan akan menggunakan 100 persen energi terbarukan.
Sampai beberapa waktu lalu, sebagian besar dari 700.000 penduduknya tidak memiliki akses ke sumber listrik, dan kini proyek energi bersih mengubah kehidupan mereka.
Umbu Hinggu, seorang tokoh adat Sumba, mengatakan dia tidak pernah bermimpi air terjun di hutan yang terletak di dekat desanya dapat menghasilkan sumber listrik.
Sampai kemudian, empat tahun lalu, sebuah kelompok lokal membantu mereka untuk membangun sebuah pembangkit listrik tenaga air skala kecil atau mikro hidro yang menyediakan sumber listrik bagi 350 rumah.
“Itu cukup untuk penerangan di seluruh rumah, televisi dan sebuah lemari es. Listriknya stabil selama 24 jam. Ini membuat saya bangga,” jelasnya.
Sisa energi yang tidak digunakan dijual ke Perusahaan Listrik Negara PLN, menghasilkan uang lebih dari 7 juta per bulan.
Generasi baru
Pada tahun 2010 studi yang dilakukan oleh peneliti dari dua lembaga internasional Hivos dan Winrock, menemukan warga Sumba yang memiliki jaringan listrik di rumah mereka, kurang dari 25 persen... read more..
PEMBANGUNANWarga Sulit Keluar dari KemiskinanIkon konten premium Cetak | 18 Januari 2016 Ikon jumlah hit 191 dibaca Ikon komentar 1 komentar
JAKARTA, KOMPAS — Angka kemiskinan mengalami penurunan sejak 2012. Akan tetapi, sejumlah warga di beberapa tempat menunjukkan mereka masih sulit keluar dari keadaan miskin. Berbagai masalah masih menyelimuti mereka.
Untuk mengetahui kesulitan warga terbebas dari kemiskinan, Kompas tinggal bersama warga desa di Sumatera Utara, Lampung, Banten, dan Nusa Tenggara Barat akhir pekan lalu. Tolok ukur kemiskinan yang digunakan adalah Indeks Kemiskinan Multidimensi yang dibuat Ford Foundation, lembaga pemikir Prakarsa, dan Litbang Kompas. Di dalam pengukurannya ada 11 indikator yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan standar hidup.
Kampung Unte Mungkur, Desa Satahi Nauli, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, berjarak sekitar 12 jam dari Medan. Untuk mencapai desa itu bisa dengan kendaraan dan disambung dengan naik sampan dari Kolang selama satu jam.
Pagi hari warga berbondong-bondong menaiki sampan untuk menjual hasil bumi, seperti pisang, pinang, ubi, dan getah karet, ke kota kecamatan.
Unte Mungkur merupakan salah... read more..
NAMA Pulau Flores berasal dari bahasa Portugis, ”Copa de Flores” yang berarti Tanjung Bunga. Nama ini secara resmi dipakai sejak tahun 1636 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Hendrik Brouwer. Flores sendiri punya nama asli Nusa Nipa yang artinya Pulau Ular.
Pulau yang memiliki luas sekitar 14.300 kilometer persegi ini merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau ini dibagi menjadi delapan kabupaten. Kabupaten Flores Timur yang beribu kota di Larantuka ada di ujung timur, sementara Kabupaten Manggarai Barat dengan ibu kota Labuan Bajo ada di ujung barat.
Flores memiliki kekayaan alam dan budaya yang luar biasa. Sejumlah gunung berapi aktif yang ada di pulau ini membuat wilayah ini cukup subur untuk lahan pertanian. Gunung Kelimutu di Kabupaten Ende yang memiliki danau kawah tiga warna merupakan keajaiban alam tiada dua.
Hamparan padang sabana di Nagekeo dan Ngada serta lembah pegunungan di Ruteng menghadirkan pemandangan alam yang memesona. Penemuan fosil manusia purba di Liang Bua yang berada di lembah pedalaman Ruteng semakin mengukuhkan Flores sebagai tempat kehidupan sejak ribuan tahun lalu.
Suku bangsa di Flores merupakan perpaduan Melayu,... read more..
Jaya Wahono, Anggota Masyarakat Pegiat Energi Biomassa Hutan Indonesia
Bank Dunia mengeluarkan laporan soal problem kesenjangan sosial dan ekonomi yang semakin membesar di Indonesia pada Desember 2015. Tingkat kesenjangan di Indonesia ditengarai naik lebih pesat dibanding banyak negara Asia Timur lainnya. Pada 2003-2010, 10 persen penduduk terkaya di Indonesia menikmati pertumbuhan tingkat konsumsi sebesar 6 persen per tahun setelah disesuaikan dengan inflasi. Adapun tingkat konsumsi 40 persen penduduk termiskin tumbuh kurang dari 2 persen per tahun.
Akibat kesenjangan ini, manfaat dari pertumbuhan pembangunan lebih banyak dinikmati oleh 20 persen masyarakat terkaya. Sekitar 80 persen penduduk atau lebih dari 205 juta orang semakin jauh tertinggal, baik dari segi pendapatan maupun kemampuan, untuk berpartisipasi dalam pembangunan nasional.
Menurut World Bank, setidaknya ada tiga implikasi utama akibat kemiskinan akut di Indonesia: (1) Rendahnya pendapatan dan aset untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, tempat tinggal, pakaian, kesehatan, dan pendidikan; (2) Ketidakmampuan untuk bersuara dan ketiadaan kekuatan di depan institusi negara dan... read more..
Praktek agroforestri (kebun campur) berbasis kopi di Konawe, Sulawesi Tenggara, dengan naungan pohon-pohonan sudah jarang ditemukan. Hal ini terutama karena harga kopi yang sempat menurun sehingga menyebabkan petani beralih ke komoditas lain yang menguntungkan, yaitu kakao. Bantuan yang diberikan oleh pemerintah pun terfokus pada pengembangan tanaman kakao, dan sangat sedikit sekali penyuluhan diberikan seputaran kopi. Sehingga, kopi tidak menjadi komoditas yang menjadi sumber penghasilan utama petani. Saat ini kopi lebih banyak ditemukan sebagai pembatas kebun, terutama jenis kopi Liberika.
Namun sejak tahun 2012, AgFor melakukan penyuluhan tentang budidaya kopi melalui program Sekolah Lapang Agroforestri yang didalamnya mengajarkan budidaya dari 5 jenis komoditas utama di Konawe, yaitu kopi, kakao, merica, cengkeh dan durian. Ahli-ahli kelima jenis komoditas tersebut didatangkan dari Balittro untuk merica dan cengkeh, Puslitkoka untuk kakao dan kopi dan Pusat Kajian Buah Tropika untuk durian. Penjelasan yang diberikan oleh ahli kopi dari Puslitkoka tentang kesuksesan menanam kopi di bawah naungan pepohonan yang dilakukan oleh kelompok tani hutan di Bandung, menginspirasi... read more..
Mewujudkan Cita-cita Desa dari Pemanfaatan Slurry
“Selamat datang di Desa Pemenang Barat dan Salam Puasalaba” demikian Kepala Desa Bapak M. Sukri menyambut sekaligus membuka Pelatihan Pemanfaatan Bio Slurry dan Pengembangan Duckweed yang dilaksanakan pada tanggal 14 Januari 2016 berlokasi di Sekretariat Kelompok Tani Montong Bae Dusun Montong Bae Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara. Peserta yang hadir terdiri dari user, anggota kelompok tani/peternak, kelompok wanita tani dan pemuda.Puasalaba adalah motto dari Desa Pemenang Barat yang merupakan akronim dari Pintu Utara Aman Sejahtera Lahir dan Bathin. Motto yang sekaligus juga menjadi visi misi desa ini bukanlah suatu hal yang muluk melihat sumber daya alam yang dimiliki oleh desa ini sangat potensial hanya yang terpenting bagaimana mengembangkan, mengolah dan memanfaatkan segala potensi yang mereka miliki untuk mencapai kesejahteraan baik lahir maupun bathin.Desa yang memiliki luas wilayah 4000 Ha ini sebagian besar didominasi oleh pegunungan dengan luas mencapai 2000Ha. Perkebunan dan persawahan seluas 1.162 Ha dn sisanya adalah pemukiman warga. Keseriusan pemerintah desa untuk mewujudkan hal tersebut... read more..
Mengutip amanat Nawacita, di mana negara Indonesia harus dibangun dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Dalam hal ini menjadikan desa berperan penting sebagai pilar kemajuan negara. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan peran serta masyarakat terutama kaum muda yang merupakan generasi penerus yang memiliki semangat tinggi serta sangat terbuka terhadap hal-hal baru. Kaum muda baik perempuan ataupun laki-laki tidak hanya berarti muda dari segi usia saja. Melainkan mereka yang memiliki komitmen kuat untuk membangun desa, bersedia menggali pengetahuan dengan muatan lokal, serta bersedia menggerakkan masyarakat di dalam menyelesaikan masalah krisis sosial ekologi.Peda saat pelaksanaan Rapid Assessment (RA) peneliti tidak hanya mengidentifikasi berbagai jenis dan sumber pengetahuan pada desa dampingan saja melainkan juga melakukan identifikasi kaum muda yang memiliki komitmen untuk membangun desa. Melalui proses tersebut terpilih kaum muda baik laki-laki ataupun perempuan mewakili masing-masing dusun di 4 Desa dampingan (Lombok tengah dan Lombok Timur) yang berjumlah 50 orang. Kaum muda tersebut selanjutnya disebut dengan Pandu Tanahair... read more..
Pada tanggal 13 – 14 Januari 2016 bertempat di Embung Bual Desa Aik Bual Lombok Tengah, telah dilaksanakan workshop Persiapan Participatory Assessment. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menyamakan persepsi semua peserta tentang hasil sementara Rapid Assessment (RA), termasuk didalamnya mengenai latar belakang, tujuan dan output dari Participatory Assessment (PA) di dua desa dampingan Konsorsium Hijau di Kabupaten Lombok Tengah yaitu Desa Wajegeseng dan Desa Aik Bual. Peserta yang hadir dalam workshop ini adalah para Pandu Tanahair di dua desa dampingan, aparat desa, serta beberapa spesialis dalam bidang pertanian terpadu, energi baru terbarukan serta kewirausahaan hijau.Partcipatory assessment ini merupakan metode penelitian yang dilaksanakan oleh Pandu Tanahair bersama fasilitator yang berdasarkan pada satu titik berangkat dan tujuan yang sama yaitu kapasitas komunitas pedesaan yang terlibat. Penelitian dilakukan atas dasar kemampuan komunitas dalam melakukan observasi dan penyebarluasan hasil observasi. Mempelajari berbagai pengetahuan yang berkembang di masyarakat yang bisa saja lahir dari pengalaman mengelola sumber daya alam, awig-awig yang mereka miliki dalam menjaga... read more..