BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Pengembangan modal manusia adalah kunci masa depan Indonesia

Pengembangan modal manusia adalah kunci masa depan Indonesia
CAMILLA HOLMEMO|SEPTEMBER 26, 2019

Pada tanggal 15 Juli 2019, dalam pidato pertamanya sejak terpilih kembali sebagai Presiden Republik Indonesia, Presiden Joko Widodo menyatakan prioritas program kerjanya secara jelas — “Kami ingin menempatkan prioritas kami pada pengembangan modal manusia. Pengembangan modal manusia adalah kunci untuk masa depan Indonesia.”

Di Indonesia, kondisi modal manusia saat ini — pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan serta kesehatan yang dimiliki seseorang sepanjang hidup mereka — perlu mendapat perhatian yang besar. Skor Indonesia pada Human Capital Index tahun 2018 adalah 0,53. Ini berarti, secara rata-rata, seorang pekerja Indonesia pada generasi mendatang hanya akan memiliki produktivitas sebesar 53% dari  potensi penuhnya bila ia menyelesaikan pendidikan dan memiliki akses penuh terhadap kesehatan. Walaupun seorang anak Indonesia hari ini secara umum akan menyelesaikan pendidikan selama 12,3 tahun saat ia berusia 18 tahun, secara rata-rata ia hanya akan menerima pembelajaran setara  7,9 tahun sekolah karena rendahnya mutu pendidikan. Selain itu, hampir sepertiga anak-anak Indonesia mengalami stunting, yang berarti mereka berisiko mengalami keterbatasan kognitif dan fisik seumur hidup.

Komitmen pemerintah Indonesia dan kepemimpinan Presiden Joko Widodo untuk mempercepat pengembangan modal manusia telah membawa perbedaan yang besar. Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah telah mengalokasikan sumber daya yang besar dan menerapkan beberapa program untuk meningkatkan pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial. Walau Indonesia terus belajar dari keberhasilan negara lain, seperti pengurangan stunting di Peru, peningkatan capaian pembelajaran di Vietnam, dan program perlindungan sosial yang sukses di Meksiko dan Filipina, Indonesia juga bisa melihat kisah sukses program pengembangan modal manusia dari negara sendiri. Komitmen Indonesia untuk mengatasi stunting secara serius dan tersebar luas membuat negara-negara lain mulai datang untuk melihat dan belajar secara langsung. Hanya beberapa minggu yang lalu, pemerintah menerima rekan-rekan dari India, Bhutan dan Sri Lanka untuk belajar tentang upaya pengurangan stunting juga bagaimana menerapkan dan mengawasi semua konvergensi, koordinasi dan reformasi manajemen yang diperlukan untuk mengatasi masalah stunting yang kompleks.

Semua orang harus gotong royong dan bekerja sama, seperti di video pendek https://youtu.be/Mw1ryuYec8g

Program stunting menyoroti pentingnya kepemimpinan dan komitmen di semua tingkat pemerintah, dan bagaimana koordinasi program dan sumber daya berbagai lembaga pemerintah membantu keluarga dan anak-anak menerima semua layanan yang mereka butuhkan untuk memaksimalkan modal manusia mereka. 

Saya beruntung dapat menyaksikan bagaimana program ini membuawa perbaikan untuk  anak-anak yang lahir dan tumbuh dewasa hari ini. Beberapa minggu yang lalu, saya bertemu dengan Ibu Ifa, seorang Kader Pembangunan Manusia di Desa Tangkilsari di Jawa Timur. Tugasnya adalah bekerjasama dengan desa-desa setempat untuk menutup kesenjangan layanan yang bisa menyebabkan stunting. Hanya dalam satu tahun, Desa Tangkilsari memiliki lebih dari dua kali lipat jumlah Dana Desa yang dialokasikan secara khusus untuk kegiatan pengurangan stunting — dari Rp 35 juta pada 2018 menjadi Rp 78,2 juta pada 2019. Dana tersebut dipakai untuk memberi makanan tambahan bagi ibu hamil dan bayi, kelas gizi, dan biaya untuk Kader Pembangunan Manusia seperti Ibu Ifa dan guru PAUD. Desa Tangkilsari sudah melihat peningkatan yang signifikan dalam tingkat pertumbuhannya: pada tahun 2018, 39 anak di bawah usia 5 tahun mengalami stunting, sedangkan pada tahun 2019 turun menjadi 25 anak.

Tahun lalu, saya bertemu dengan Ibu Nur, Kader Pembangunan Manusia di Desa Dakung, Lombok. Ia juga telah banyak melakukan kegiatan yang mengesankan untuk membantu banyak keluarga guna memastikan bahwa anak-anak mereka tidak terhambat pertumbuhannya. Hanya dalam enam bulan, ia bekerja dengan kepala desa untuk memastikan bahwa 50 sambungan air dibangun dan bahwa total Dana Desa sebesar Rp 253 juta dialokasikan untuk mendukung keluarga yang berisiko terhambat pertumbuhannya. Ibu Ifa dan Ibu Nur, keduanya memainkan peran penting dalam strategi nasional pemerintah untuk mempercepat pencegahan stunting. Diluncurkan pada tahun 2017 dengan menyatukan 23 kementerian di bawah kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden, strategi ini berfungsi sebagai model untuk menutup kesenjangan modal manusia di Indonesia.

Video berikut menjelaskan tingkat komitmen pemerintah https://youtu.be/Mw1ryuYec8g

Presiden Jokowi benar ketika beliau menyatakan bahwa pengembangan modal manusia menjadi kunci masa depan Indonesia. Sementara itu, program stunting menunjukkan kemungkinan apa yang dapat dicapai. Sekarang saatnya untuk juga menangani, dengan tingkat komitmen, koordinasi dan kemitraan yang sama, krisis pembelajaran yang sulit dihilangkan di Indonesia dan mutu hasil kesehatan yang belum  merata. Peningkatan sistem pendidikan dasar dan kejuruan akan menjadi kunci bagi pertumbuhan dan perkembangan Indonesia di masa depan. Dengan peningkatan pada sektor tersebut, diharapkan agar generasi muda Indonesia lulus dengan keterampilan yang tepat untuk Industri 4.0 dan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk bersaing demi pekerjaan yang baik.

Untuk mencapainya, perlu fokus pada peningkatan pembelajaran siswa. Inisiatif Kualitas Pendidikan Nasional dapat dikaitkan dengan penguatan sistem penilaian pembelajaran siswa, dan mencakup data pengeluaran terkait sektor pendidikan di semua tingkat pemerintah untuk mempromosikan transparansi, efektivitas, dan efisiensi pada sektor ini. Pada bidang kesehatan, peningkatan pajak tembakau akan memiliki manfaat kesehatan langsung, dan pemasukan tersebut bisa dipakai untuk memperkuat layanan kesehatan preventif dan menerapkan sistem perlindungan sosial yang kuat.

Terdapat banyak bukti global yang menunjukkan bahwa investasi untuk menutup kesenjangan modal manusia bersifat produktif dan menunjukkan hasil yang signifikan. Di Nigeria, pendapatan pekerja naik 10% dalam beberapa minggu setelah berpartisipasi dalam program pengujian dan pengobatan malaria. Di Kenya, program pemberantasan penyakit cacingan menyebabkan berkurangnya absensi sekolah untuk anak-anak dan peningkatan pendapatan pekerja dewasa sebesar 20% Di Indonesia, sebuah penelitian menemukan bahwa anak-anak Indonesia yang mengalami stunting pada tahun 1993 menunjukkan fungsi kognitif yang lebih rendah sebagai orang dewasa muda pada tahun 2014-15, mengalami pendidikan formal yang lebih singkat, juga memiliki pendapatan yang lebih rendah saat dewasa. Diperkirakan jika Indonesia bisa menutup kesenjangan antara skor Human Capital Index saat ini dan skenario ideal kesehatan penuh dan pendidikan pada tingkat 4% per lima tahun, nilai tengah rata-rata di antara negara-negara dalam basis data, perkiraan PDB per kapita akan menjadi 7,1% lebih tinggi pada tahun 2050[1].

Menutup kesenjangan modal manusia berarti bahwa akan terdapat lebih banyak anak Indonesia terlahir sehat, siap untuk belajar saat mulai sekolah, mampu memaksimalkan apa yang mereka pelajari, mendapat pekerjaan yang lebih baik, dan tetap sehat sepanjang hidup mereka. Secara keseluruhan, pencapaian ini akan memberi semua orang Indonesia kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup bagi diri mereka sendiri, keluarga mereka, masyarakat mereka, dan bagi generasi mendatang.

 [1] Hasil-hasil ini berdasarkan model situasi ekonomi yang ada dalam paper berikut: Collin, Matthew Edward; Weil, David Nathan. 2018. The Effect of Increasing Human Capital Investment on Economic Growth and Poverty : A Simulation Exercise (English). Policy Research working paper; no. WPS 8590. Washington, D.C. : World Bank Group.

Sumber: https://blogs.worldbank.org/id/eastasiapacific/pengembangan-modal-manusia-adalah-kunci-masa-depan-indonesia