BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Most Recent

Laporan Tahunan 2016 The SMERU Research Institute

DEWAN REDAKSI
Asep Suryahadi
Widjajanti Isdijoso
Syaikhu Usman
Nuning Akhmadi
Nina Toyamah

REDAKSI

Pengumpul Data
Ratri Indah Septiana
Felisita Lethe

Editor
Budhi Adrianto
Gunardi Handoko
Liza Hadiz

Desainer Grafis
Novita Maizir

Desainer Infografis
Stevanus Yulyanto
Ruhmaniyati
Ahmad Zuhdi Dwi Kusuma
Nurmala Selly Saputri
Novita Maizir

Staf Distribusi
Heru Sutapa

Foto Sampul
Palmira Permata Bachtiar

Menilai Dampak Politik Bantuan Tunai Bersyarat

Beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia, telah bereksperimen dengan bantuan tunai bersyarat (BTB) untuk rumah tangga miskin selama beberapa tahun terakhir. Sejak 2007, Indonesia telah menjalankan program percontohan BTB secara acak (PNPM Generasi) di 1.625 desa dengan mendistribusikan dana ke masyarakat alih-alih ke rumah tangga, dan Badan Perwakilan Desa (BPD) mengalokasikan dana tersebut untuk berbagai proyek publik setelah mendapatkan masukan dari masyarakat.

Menjelaskan Heterogenitas Kemiskinan Daerah: Bukti Dari Indonesia Pada Era Desentralisasi

Penelitian ini menyajikan bukti dari Indonesia mengenai bagaimana periode pertumbuhan ekonomi negara ini akhir-akhir ini berkontribusi pada penanggulangan kemiskinan pada tingkat daerah, dengan penekanan khusus pada peran desentralisasi. Sepanjang dekade terakhir, Indonesia telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam penanggulangan kemiskinan, dari 23% penduduk pada 1999 menjadi kurang dari 12% pada 2013.

Ketimpangan Elite Capture dan Penargetan Program Perlindungan Sosial

Makalah ini menyelisik hubungan antara ketimpangan, elite capture, dan kinerja penargetan dua program perlindungan sosial terbesar di Indonesia, yakni Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Kedua program itu berbeda dalam hal metode penargetan. Penargetan dalam program Raskin terdesentralisasi, sedangkan penargetan dalam BLT lebih terpusat. Dengan menggunakan data Survei Sosial-Ekonomi Nasional (Susenas) 2009 dan Sensus Pendataan Potensi Desa (Podes) 2008, kami menemukan bahwa peningkatan rasio Gini tidak terkait secara signifikan dengan perubahan galat inklusi baik di dalam Raskin maupun BLT, yang menandakan adanya elite capture di kedua program ini. Namun, kenaikan sebesar 0,01 poin dalam rasio Gini yang memiliki kaitan dengan penurunan sebesar 0,55 persen dalam galat eksklusi BLT, meski elastisitasnya lebih kecil dalam program Raskin dengan hanya 0,50 persen, menyiratkan jumlah elite capture yang lebih besar dalam program BLT.

Penilaian Kebijakan Guru Untuk Meningkatkan Kualitas Guru dan Mengurangi Ketidakhadiran Guru

Untuk menghindari jebakan pendapatan menengah, Indonesia harus mulai menggeser perekonomiannya menuju produk-produk bernilai tinggi yang mengharuskan adanya angkatan kerja dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang makin bertambah. Ini berarti Indonesia harus mencurahkan upaya lebih serius untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikannya. Saat ini hanya 37% guru yang mempunyai kualifikasi mengajar sebagaimana ditetapkan oleh Undang-Undang Guru Tahun 2005, dan sekitar 15% guru mangkir mengajar pada setiap hari kerja di seluruh Indonesia.

Pages