Praktik Baik SDGs Desa: Studi Kesetaraan Gender, Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan di 10 Desa, INFID Indonesia
Kegiatan penyusunan Buku Praktek Baik SDGs Desa ini dilakukan pada sepuluh Desa di Pulau Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara selama periode Mei – Juli 2022. Sepuluh desa tersebut antara lain Banjararum, Kuanek, Pringgasela Selatan, Babakan Gebang, Ajaobaki, Banjarharjo, Batutulis, Oesena, Sidorejo dan Pugung Raharjo. Dukungan penulisan buku dilakukan atas kerjasama INFID dan Ford Foundation di Indonesia. Isi dokumen ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab INFID dan penulis, dan tidak mencerminkan pendapat dari Ford Foundation di Indonesia.
Penulisan buku menggunakan pendekatan kualitatif ( place-based community research) dengan pengumpulan data melalui Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dan wawancara mendalam. Jumlah informan yaitu 107 orang, 54 diantaranya laki-laki, dan 53 perempuan. Sumber data lainnya yang digunakan yaitu data profil sepuluh desa. Adapun pengolahan data kualitatifdilakukan dengan menggunakan aplikasi Nvivo.
Untuk memastikan kualitas, kegiatan peer review instrumen dilakukan di awal sebelum penggalian data informasi. Setelah pengolahan data selesai, kemudian dilakukan diskusi terbatas (expert meeting) dengan melibatkan Sekretariat SDGs Nasional di Bappenas dan Badan Pengembangan Informasi Desa Kemendesa PDTT pada 28 Juni 2022 di Jakarta
Selama ini, pendekatan “hasil” dengan skor capaian kuantitatif menjadi sentral dalam melihat SDGs. Padahal, SDGs Desa membicarakan 83.000 desa di Indonesia yang memiliki ragam karakter dengan permasalahan yang berbeda-beda. Pendekatan “hasil” baik digunakan untuk melihat agregat dan melakukan komparasi. Namun demikian, pendekatan “proses” juga penting untuk digunakan. Mengingat pendekatan proses mampu melihat secara lebih dalam dan detail berbagai upaya serta dinamika dalam mencapai tujuan SDGs tersebut. Jika semangat SDGs desa adalah kontekstualisasi, maka pendekatan kualitatif menjadi relevan dalam melengkapi berbagai indikator kuantitatif yang sudah ada.
Laporan ini berupaya untuk menutup ketimpangan (gap) tersebut, dengan berusaha menampilkan proses dinamis dari desa dalam mencoba menerapkan / mencapai tujuan- tujuan SDGs Desa. Tidak semua hal tentu dapat digambarkan secara akurat dengan “angka- angka” dan “persentase” seperti yang biasa digunakan dalam pendekatan hasil (output). Banyak hal yang bersifat subjektif – yang merupakan hasil konstruksi subyek – terhadap proses-proses pembangunan yang terkadang luput untuk didengar dan didokumentasikan.
Oleh karena itu, narasi yang ditampilkan dalam buku ini menunjukkan bagaimana dinamika proses pencapaian SDGs di level desa tidaklah semulus atau semudah yang direncanakan. Tantangan riil di lapangan inilah yang penting dipotret untuk melengkapi gambaran makro- kuantitatif dari berbagai indikator SDGs Desa yang sudah disusun oleh Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Attachment | Size |
---|---|
62f9eb67ef650447326010.pdf | 4.96 MB |