Mengenal Kelompok Last Mile dalam Upaya Memberantas Perilaku BABS
Unicef melalui Yayasan BaKTI
Empat dari 24 kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan belum bebas dari praktik BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Ada fakta menarik tentang hambatan yang menyebabkan keempat daerah yang dimaksud belum bebas dari praktik BABS. Sejak tahun 2020 capaian akses sanitasi jambannya sudah di atas angka 80% (Monev STBM Kemenkes, Desember 2020). Namun jadi melambat, bahkan cenderung stagnan, dalam perjalanan mencapai akses 100% sanitasi
Fakta-fakta yang menjadi penghambat itu terungkap dari studi kelompok Last Mile (kelompok terakhir warga yang belum memiliki akses sanitasi jamban sehat keluarga) yang dilaksanakan pada tahun 2020-2021 di kabupaten Pangkep, Maros dan Jeneponto. Studi tersebut bertujuan untuk menemukenali pokok masalah dan faktor penyebab masih adanya sebagian warga masyarakat yang belum mengakses sanitasi jamban sehat.
Studi mengambil sample masing-masing satu kecamatan yang terendah capaian akses Stop BABS-nya di ketiga kabupaten tersebut yakni Kec. Labakkang Kab. Pangkep, mewakili karakteristik wilayah daratan dan pesisir (capaian ODF 92.04%), Kec. Tompobulu Kab Maros (capaian ODF 76.22%) dan Kec. Arungkeke Kab. Jeneponto (capaian ODF 82.43%) dengan karakteristik wilayah pesisir.
Hasil studi kualitatif yang dilaksanakan itu terungkap faktor penyebab sebagian warga masyarakat kelempok Last Mile melakukan praktik BABS yakni (1) faktor predisposing (internal warga) antara lain belum menempatkan jamban sebagai kebutuhan prioritas, mengharapkan bantuan, dan kepemilikan lahan; (2) faktor reinforcing (ekternal warga Last Mile) seperti sinergitas lintas sektor, kebijakan dan penganggaran pembangunan sarpras air bersih dan sanitasi bagi semua warga; serta (3) faktor enabling seperti akses air bersih dan tofografi wilayah.
Studi juga merekomendasikan beberapa langkah strategis dan inisiatif yang diharapkan dapat berkontribusi untuk penyelesaian masalah kelompok Last Mile antara lain: perlunya sinergitas sektor terkait di tingkat lapangan (camat, desa/lurah, Babinsa, sanitarian, Promkes, PIS-PK, fasilitator, BPMD, dan OPD terkait).
Temuan dan rekomendasi studi kemudian menjadi penting untuk diekspos guna dipahami bersama tentang kelompok Last Mile dan menjadi rujukan perumusan rencana aksi oleh segenap stakeholder program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Oleh karena itu dalam rangka mengkonfirmasi hasil studi maka sejumlah pertemuan bertingkat sudah dilaksanakan dari provinsi, kabupaten dan kecamatan.
Guna menyebarluaskan tentang fakta kelompok Last Mile, yang membutuhkan dukungan bantuan sarana akses jamban sehat, agar perilaku BABS dapat tereliminasi dan atau semua kabupaten di Sulsel dapat mencapai Stop BABS atau Open Defecacion Free (ODF) maka Unicef melalui Yayasan BaKTI membuat Infografis yang memuat fakta-fakta penting tentang eksistensi kelompok Last Mile.
Attachment | Size |
---|---|
Infografis Kelompok Last Mile-20422-20 April.pdf | 413.22 KB |