BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Bahasa Ibu Menjadi Fondasi Literasi Siswa Kelas Awal

Oleh PRADIPTA PANDU

Pemahaman bahasa Indonesia yang rendah kerap menjadi penghalang siswa di daerah dalam proses pembelajaran. Sistem pengajaran dengan pendekatan transisi bahasa ibu menjadi fondasi untuk meningkatkan literasi ini.

Kemampuan literasi merupakan sebuah dasar bagi seorang siswa khususnya di kelas awal dalam menempuh pendidikan. Namun, meningkatkan kemampuan literasi siswa kelas awal khususnya di daerah terpencil masih kerap menjadi tantangan. Sebab, para siswa ini biasanya lebih memahami bahasa ibu mereka dibandingkan bahasa indonesia.

Setiap guru dan instansi pendidikan pun perlu menerapkan sistem pengajaran terbaik bagi siswa kelas awal di daerah terpencil untuk meningkatkan literasi mereka. Salah satu upaya tersebut dilakukan melalui sistem pembelajaran dengan pendekatan transisi bahasa ibu.
Salah satu sekolah yang telah melakukan sistem pengajaran dengan pendekatan transisi bahasa ibu yakni Sekolah Dasar (SD) Inpres Wudu di Kelurahan Rega, Boawe, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sistem pembelajaran ini sudah dilakukan oleh guru SDI Wudu sejak 2021 khususnya untuk siswa kelas 1-3.

Menurut Kepala Sekolah SD Inpres Wudu Bergita Pawe Dede saat ditemui awal Februari lalu, sistem pembelajaran ini diterapkan karena guru sempat mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi dalam bahasa Indonesia. Data profil belajar siswa di SD Inpres Wudu tahun 2017 menunjukkan, sebanyak 80 persen siswa kelas awal sehari-harinya merupakan penutur bahasa ibu.

Pada awal 2020, Pemerintah Kabupaten Nagekeo dan program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi)juga melakukan analisis situasi pembelajaran di tingkat SD. Hasilnya, kemampuan siswa kelas awal dalam membaca dan berhitung dasar sudah cukup baik tetapi masih kurang pada aspek pemahamanyang lebih komprehensif.

Latar belakang tersebutlah yang mendasari SD Inpres Wudu menjadi salah satu sasaran program pembelajaran dengan pendekatan bahasa ibu selama satu tahun pada 2021. Pembelajaran bahasa ibu adalah program kolaborasi yang melibatkan Pemkab Nagekeo dan Inovasi yang merupakan program kemitraan Pemerintah Australia dengan Indonesia.

Sebelum program tersebut diimplementasikan ke siswa kelas awal, para guru mendapat sejumlah pelatihan yang didukung Yayasan Sulinama. Pelatihan yang diberikan menekankan bahwa strategi pembelajaran tersebut dapat berbeda-beda untuk setiap kelas. Kemudian, pemberian materi mengacu pada buku ramah cerna kata (RCK) dari tahap 1 hingga 12.

Hasil monitoring dan evaluasi menunjukkan, program ini telah berhasil meningkatkan keterampilan literasi dasar secara signifikan.
Dalam implementasinya, setiap guru mengelompokkan siswa sesuai dengan kemampuan pemahaman bahasa Indonesianya. Guru juga melakukan penilaian secara periodik guna mengetahui peningkatan kemampuan bahasa Indonesia termasuk literasi siswa.

Proses pembelajaran dengan pendekatan bahasa ibu ini juga mengubah sistematika pengenalan huruf. Siswa tidak lagi mendapat pengenalan huruf dari vokal dan konsonan. Akan tetapi, terlebih dahulu siswa dikenalkan dengan huruf A, M, N, I, dan T. Kelima huruf tersebut dikenalkan karena sering dipakai dalam bahasa nage sebagai bahasa ibu para siswa.

Proses pengenalan kelima huruf tersebut ditekankan tidak hanya melalui lisan, tetapi juga tulisan. Setiap siswa akan diarahkan untuk menulis berbagai kata benda maupun kata lainnya yang mudah dikenali dengan dasar kelima huruf tersebut.

“Pelatihan yang diikuti selama satu tahun sangat menarik. Sebelum ada program ini, masih banyak siswa kelas awal yang belum lancar membaca. Setelah ada pendampingan, terdapat perubahan yang sangat signifikan karena huruf diajarkan secara bertahap,” kata Bergita.

Program penggunaan bahasa nage sebagai bahasa pengantar di kelas awal SDdan pendidikan anak usia dini (PAUD) tidak sia-sia. Hasil monitoring dan evaluasi menunjukkan, program ini telah berhasil meningkatkan keterampilan literasi dasar secara signifikan.

Khusus untuk siswa PAUD, mereka menjadi lebih siap untuk naik ke jenjang SD. Sementara kemampuan membaca siswa kelas awal SD meningkat di setiap kategori yakni mengenal huruf, membaca lancar, dan membaca pemahaman hingga hampir 100 persen.

Kurikulum merdeka

Proses pembelajaran melalui pendekatan bahasa ibu mudah diterima oleh para guru seiring dengan penerapan Kurikulum Merdeka. Melalui kurikulum ini, para guru dapat lebih optimal memberikan materi karena mereka diberikan keleluasaan untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik.

Berdasarkan catatan Pemkab Nagekeo, antusiasme satuan pendidikan dasar di Nagekeo untuk menerapkan Kurikulum Merdeka terbilang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan hampir seluruh SD sudah mendaftar untuk Implementasi Kurikulum Merdeka secara mandiri.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT Linus Lusi menyebut bahwa sertiap guru perlu terus belajar dan beradaptasi untuk memberikan sistem pembelajaran terbaik bagi siswa. Peran guru inilah yang juga menjadi tujuan dan semangat dari Kurikulum Merdeka.

“Kurikulum Merdeka memungkinkan guru menerapkan sistem pembelajaran dengan pendekatan bahasa ibu untuk siswa dengan kendala literasi bahasa indonesia yang rendah. Daerah lain di NTT seperti Sumba Timur juga menerapkan sistem pembelajaran ini,” katanya.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Zulfikri Anas mengatakan, bahasa ibu sangat penting digunakan dalam proses pembelajaran di kelas awal. Sebab, bahasa ibu memiliki kekuatan kosa kata yang menuntun pemahaman ke konsep asli dari kata atau kalimat tersebut.

“Bahasa ibu yang dituturkan guru kepada siswa menunjukkan konsep kata yang dituju secara jelas. Sementara bila menggunakan bahasa Indonesia, siswa akan mencerna terlebih dahulu makna dari kata tersebut. Dalam konteks ini, bahasa ibu menjadi katalisator atau jembatan konseptual dalam rangka anak mengembangkan literasinya,” tuturnya.

Sistem pembelajaran dengan pendekatan bahasa ibu tidak hanya dapat membantu meningkatkan literasi siswa. Lebih jauh, sistem pembelajaran ini pada akhirnya juga dapat turut melestarikan bahasa ibu di setiap daerah karena akan selalu dituturkan oleh guru ke siswa dan diturunkan dari generasi ke generasi.
 
Editor:
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN

 Sumber: https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/04/29/bahasa-ibu-menjadi-fondasi-literasi-siswa-kelas-awal?utm_source=newsletter&utm_medium=mailchimp_email&...