BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Akuisisi Pengetahuan Lokal Buka Ruang Peneliti Muda

Perkembangan teknologi dan kemudahan penyebaran informasi menuntut basis data penelitian dibuka bagi publik. Kondisi ini membuka ruang peneliti muda yang tidak memiliki modal untuk mendapatkan referensi data.

Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN

JAKARTA, KOMPAS — Program akuisisi pengetahuan lokal oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN dapat membuka ruang bagi para peneliti muda. Program yang telah berlangsung selama empat tahun ini berfokus pada pendokumentasian dan penyebarluasan konten pengetahuan lokal.

Upaya ini didasarkan pada kekayaan warisan budaya, adat istiadat, dan keanekaragaman hayati di Indonesia yang belum dimanfaatkan secara optimal. Pengetahuan lokal itu, menurut BRIN, dapat memberi petunjuk, melestarikan, dan meningkatkan literasi masyarakat.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, program akuisisi pengetahuan lokal (APL) bertujuan memastikan bahwa seluruh kekayaan pengetahuan sumber daya alam dan budaya lokal di Indonesia dapat terjaga dan tersimpan dalam bentuk audiovisual dan buku. Semua pihak, baik masyarakat maupun peneliti muda, dapat berkontribusi.

”Kumpulan pengetahuan ini diharapkan dapat menginspirasi periset ataupun peneliti untuk dijadikan ide penelitian mereka,” ujarnya dalam acara ”Kick Off: Program Akuisisi Pengetahuan Lokal BRIN” secara daring yang diakses di Jakarta, Rabu (1/2/2023).

Karya yang dapat dikumpulkan mulai dari rekaman video tarian khas daerah hingga ramuan-ramuan tradisional untuk mengobati penyakit tertentu. BRIN akan membeli lepas hak edar dari karya yang diterima, kemudian diubah menjadi public domain atau dapat diakses secara tak terbatas oleh masyarakat umum.

Tahapan program APL di antaranya penerimaan, verifikasi administrasi, penilaian, penetapan, dan pengumuman. Tim penilai terdiri dari ahli bidang tertentu dan sedikitnya satu orang untuk satu karya. Perolehan nilai akan menentukan jumlah insentif yang dapat diterima sesuai dengan peringkat, tingkat C (50-60 persen), tingkat B (70-80 persen), dan tingkat A (90-100 persen).

Kearifan lokal yang ada itu perlu dipetakan dan menjadi target utama pencapaian. Pengetahuan yang dikumpulkan harus relevan dan berguna untuk kehidupan masyarakat.

Jumlah insentif untuk kategori buku berada dalam rentang Rp 6 juta-Rp 20 juta, sedangkan kategori audiovisual Rp 5 juta-Rp 20 juta. Penerima insentif ditetapkan berdasarkan keputusan Deputi Fasilitas Riset dan Inovasi BRIN. Pada 2022, program APL mengakuisisi 529 karya, tetapi hanya 253 karya yang mendapatkan insentif. Total realisasi anggaran untuk insentif mencapai Rp 3,29 miliar.

Dari jumlah karya yang menerima insentif, sebanyak 200 karya berbentuk audiovisual dan 53 berbentuk buku. Secara spesifik, sebanyak dua penerima dari perusahaan, empat penerima dari sekolah, lima penerima dari kementerian atau lembaga, 66 penerima dari perguruan tinggi, 76 dari komunitas, dan 90 penerima lainnya dari perorangan.

Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN, Agus Haryono, menuturkan, sejumlah skema akan dibuka dalam upaya kolaborasi seperti Call for Content Creator dan Bengkel Karya Audiovisual, Call for Book Chapter, dan Call for Book Paper. Tema yang diusung di antaranya kesehatan, pangan dan energi, sosial dan humaniora, serta sumber daya alam dan keanekaragaman hayati.

Menurut Ketua Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) Gunadi, program APL ini telah dirasakan manfaatnya bagi mahasiswa, masyarakat, maupun peneliti. Bagi peneliti muda, program ini membuka ruang untuk publikasi ilmiah, insentif penelitian, dan sumber ide.

”Buku-buku hasil dari peneliti muda dapat dibeli hak edarnya oleh BRIN untuk diakses masyarakat luas. Program ini juga dapat menjadi ruang pertukaran ide dari masyarakat dan para peneliti,” tambahnya.

Perkembangan teknologi dan mudahnya penyebaran informasi menuntut basis data penelitian dibuka bagi publik. Kondisi ini memudahkan peneliti muda yang tidak memiliki modal untuk mendapatkan referensi data.

Pengembangan
Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia Cecep Darmawan mengapresiasi niat dan arah program APL. Namun, pada tahap eksekusinya masih ada ruang untuk perbaikan dan pengembangan.

Menurut dia, BRIN sebaiknya tidak mengumpulkan secara buta pengetahuan lokal yang ada di masyarakat. ”Kearifan lokal yang ada itu perlu dipetakan dan menjadi target utama pencapaian. Pengetahuan yang dikumpulkan harus relevan dan berguna untuk kehidupan masyarakat,” tutur Cecep.

Ekosistem riset dan inovasi juga perlu berbasis ilmu pengetahuan yang mengedepankan pembuktian ilmiah sehingga tahap verifikasi dan penilaian menjadi krusial. Hal ini untuk mencegah potensi penyalahgunaan dan penyebaran informasi yang salah.

Sumber: https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/02/01/akuisisi-pengetahuan-lokal-buka-ruang-peneliti-muda?utm_source=newsletter&utm_medium=mailchimp_email&u...