BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Pre-departure workshop di Jakarta

10 anak muda dari kawasan timur Indonesia dengan latar belakang organisasi dan LSM yang bergerak dibidang pendidikan, lingkungan, perlindungan perempuan dan anak, dan pembangunan masyarakat telah terpilih untuk ikut dalam program INSPIRASI (Indonesia Young Leaders Program) di Selandia Baru. Mereka adalah Vuadi Gennaio Mailoa dari Lembaga Kajian dan Advokasi untuk Pemberdayaan Perempuan (Gasira)-Maluku, Nur Rina Maskayanti dari Banuamentor Palu, Benyamin Wompere dari Komunitas Waryesi Biak, Yuliana Magdalena Benu dari Jaringan Perempuan Indonesia Timur (JPIT) NTT, Zulkhaidir Purwanto dari WastEducation Makassar, Nursyarif Ramadhan dari Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (PerDIK) Makassar, Muhammad Syukron Anshori dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Sumbawa, Diana Debi Timoria dari Solidaritas Perempuan Dan Anak (SOPAN) - Sumba, Rima Melani Bilaut dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) NTT, dan Alfian Al Ayubbi Pelu dari Lembaga Informasi Perburuhan Sedane (LIPS).

Mengawali perjalanan 6 bulan program belajar di Selandia Baru, para peserta INSPIRASI 2019 dipersiapkan dengan sejumlah kiat bagaimana beradaptasi dengan kehidupan di Selandia Baru. Mereka mengikuti kegiatan Pre-Departure Workshop selama 3 hari dari tanggal 18 – 20 Juni di Jakarta yang di atur oleh Kedubes Selandia Baru.  Bersama alumni Inspirasi 2018 dan beberapa Alumni Purna Caraka Muda Indonesia - Kanada, para peserta dipersiapkan untuk menjadi seorang duta muda yang akan memperkenalkan keragaman Indonesia di Selandia Baru.

 

Pada acara pembukaan, peserta disambut langsung oleh Sekretaris Deputi Bidang Pengembangan Pemuda dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, Bapak Drs. Imam Gunawan, MAP.  Dalam sambutannya, Pak Imam Gunawan memaparkan bagaimana peranan pemuda dalam pembangunan Bangsa dan diharapkan para peserta dapat menghubungkan pekerjaan mereka dengan visi pemerintah terhadap pemuda.

Ibu Mike mewakili NZ Embassy & Committee memberikan sekilas informasi umum tentang New Zealand dan menceritakan tentang program ini dan bagaimana program ini telah berjalan dengan baik di tahun sebelumnya.

Di sela-sela materi, peserta juga dilatih untuk sebuah penampilan seni oleh bapak Humala P. Siahaan yang sering disapa Kak Mala. Setelah memastikan asal provinsi peserta, kak Mala meminta untuk menuliskan lagu daerah masing-masing provinsi. Terdapat beberapa lagu yang dituliskan tetapi tidak semuanya dinyanyikan. Yang dinyanyikan hanya lagu Ie Ie dari NTT, Yamko Rambe Yamko dari Papua, Alosi Ri Palo Dua dari Sulawesi Selatan, serta Buka Pintu dari Maluku. Semua lagu daerah tersebut diikuti dengan lagu Tanah Airku ciptaan ibu Sud dan Kebyar-kebyar ciptaan Gobloh. Performence lalu ditutup dengan lagu Sajojo yang diikuti dengan gerakan menari bersama.

Setelah itu acara dilanjutkan dengan sesi pagelaran budaya. Didalam sesi ini peserta merefleksikan kembali keunikan dari budaya daerah masing-masing dan menciptakan sebuah pementasan budaya yang mewakili beberapa daerah di Indonesia Timur. Diakhir acara, para peserta mengikuti sesi team building untuk mempersiapkan mereka menjadi tim yang solid selama proses belajar di Selandia Baru.

Pada hari kedua, beragam topik dipaparkan kepada peserta dari beragam narasumber antara lain Dr. Dorien Kartikawangi, KOMNAS HAM, Prof. Syarief Hidayat, Rita M. Darwis. Dimulai dari pemahaman lintas budaya (cross cultural understanding), HAM dan implementasinya di Indonesia, Kebijakan Politik di Indonesia serta Konflik dan stress management.

 

DR. Dorien Kartikawangi, Dosen Universitas Atmajaya berbagi pengetahuan tentang standar perilaku dan pemahaman lintas budaya. Hal ini sangat penting mengingat semua peserta akan mengalami aktivitas yang berbeda dengan aktivitas yang biasa dilakukan di daerah masing-masing saat berada di New Zealand. Peserta diharapkan mampu menghadapi tantangan yang akan ada dan menjadi terbuka tapi tetap berkarakter. Berbagi hal baru akan ditemui tidak perlu dipertentangkan, tetapi dipahami. Perlu untuk melihat hal tersebut sebagai bagian dari budaya yang menjaga keseimbangan sosial.  Sementara Bapak Abdre Wahyu, yang merupakan perwakilan komnas HAM menyampaikan materi tentang Penerapan HAM di Indonesia. Komnas HAM sedang berusaha menghidupkan tugas dan tanggung jawab mereka terhadap warga negara yakni memenuhi, melindungi dan menghormati hak asasi setiap warga negara. 

Dalam materi politik lokal,Prof. Syarif Hidayat yang merupakan seorang peneliti di LIPI memberikan gambaran tentang situasi politik di Indonesia. Dalam penjabarannya, beliau menjelaskan tentang relasi negara dan masyarakat di Indonesia. Masih ditemukan berbagai kesenjangan dalam relasi tersebut namun harapannya adalah Indonesia terus berbenah diri agar membenarkan relasi yang ada.

Para peserta juga diberikan materi manajemen project untuk perubahan sosial yang memberikan gambaran tentang situasi Indonesia timur. Materi ini dibawakan oleh Bapak Sandra Nahdar yang memberikan pemahaman tentang perspektif budaya yang ada di seluruh Indonesia, tentang bagaimana setiap budaya hidup dan bertahan dengan caranya masing-masing di setiap daerah. Setiap aktivitas masyarakat selalu dilakukan dengan alasan yang bisa dipertanggungjawabkan.  Sementara pak Wishler Manalu dari kementrian Pemuda dan Olahraga menyempatkan diri untuk berbagi tentang program-program kepemudaan di Indonesia. Beliau berharap, 10 peserta inspirasi 2019 bisa memberikan dampak yang baik bagi negara. Melalui sesi ini, para peserta diharapkan bisa menghubungkan  peranan mereka di komunitas dengan membantu program pengembangan yang telah dilakukan pemerintah.

Semua sesi ini diharapkan memberikan sebuah pemahaman dasar tentang realita politik di Indonesia dan menyikapi perbedaan yang ada antara dua negara ini.  Sesi hari kedua di tutup dengan pementasan budaya dan makan malam bersama dengan perwakilan dari Kedutaan Selandia Baru, Sumi Subrahamian.

Pada hari terakhir pembekalan, Rita M. Darwis membawakan materi konflik dan manajemen stres. Materi ini bertujuan untuk mempersiapkan peserta terhadap kemungkinan mengalamai stress saat berada di negara yang baru dan memiliki aktivitas yang berbeda. Salah satu cara yang disarankan oleh Rita untuk mengatasi stress dan konflik adalah melakukan apa yang disukai seperti mendengar lagu, membaca, menulis, jalan-jalan dan sebagainya untuk menyibukkan diri sehingga tidak memikirkan stres dan konflik yang ada.

Selain dibekali dengan sejumlah materi dari para narasumber terpilh, peserta juga dibekali dengan tips dan trik serta pengalaman dari angkatan sebelumnya. Tirsa Wendry Kailola dari Hekaleka Maluku dan Fauzan Ade Azizie dari Tenoon Makassar yang merupakan alumni program ini pada tahun 2018 membagikan pengalaman mereka tentang kehidupan sehari-hari baik di host family maupun di kampus. Mereka juga berbagi tentang pentingnya manajemen waktu serta memanfaatkan kesempatan sebagai peserta inspirasi untuk belajar sebanyak-banyaknya di New Zealand.

Kegiatan ini ditutup dengan doa bersama dan para peserta langsung bertolak untuk berangkat ke Selandia Baru. Semoga kegiatan pembekalan ini akan membantu mereka dalam proses belajar di Selandia Baru. **