BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

TV Publik Jadi Teladan

TV Publik Jadi Teladan
Program Tayangan Baru Incar Penonton Muda
Ikon konten premium Cetak | 28 Agustus 2015 Ikon jumlah hit 47 dibaca Ikon komentar 0 komentar

JAKARTA, KOMPAS — Lembaga penyiaran publik merupakan media yang berpihak kepada negara dan masyarakat, bukan pemerintah. Oleh sebab itu, dibutuhkan program berbobot agar bisa dijadikan tolok ukur tayangan positif dan bermutu bagi masyarakat serta pengemasan yang menarik.

Untuk mencapai kondisi itu, lembaga penyiaran publik Televisi Republik Indonesia (TVRI) melakukan revitalisasi untuk menyegarkan kembali citra televisi nasional yang akan berusia 53 tahun pada 30 Agustus mendatang. "Sudah 1,5 tahun TVRI berada di bawah manajemen baru," ujar Direktur Program dan Berita TVRI Markus Prasetyo di Jakarta, Kamis (27/8).

Mantan pembawa acara yang akrab disapa Kepra itu menjabarkan, terjadi pembenahan program guna menarik penonton baru, terutama anak muda. Caranya dengan menguatkan tayangan berita, ficer, dokumenter, dan acara-acara kesenian.

"TVRI pusat siaran setiap hari selama 22 jam. Di dalamnya, terdapat empat segmen acara yang diproduksi stasiun TVRI di 29 provinsi agar penonton menyadari kekayaan budaya bangsa dan meningkatkan rasa persatuan," tutur Kepra.

Anak muda didekati dengan tayangan musik independen Taman Buaya Beat Club, acara musik yang disiarkan langsung setiap Senin hingga Kamis pukul 22.00 WIB. Acara itu hanya menampilkan pemusik independen ataupun ternama yang jenis musiknya tidak mengikuti selera pasar.

Umumnya, pemusik jenis itu kurang mendapat tempat untuk tampil dan menjangkau masyarakat dalam cakupan luas. Beberapa tayangan baru yang lain adalah Indonesia Hijau, Galeri Tenun, serta Wakil Rakyat Bermalam yang menampilkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat menginap di rumah penduduk.

Acara lama yang diolah kembali antara lain Taman Indria yang menampilkan anak-anak berbakat dan diselingi dengan pesan-pesan moral, salah satunya untuk cinta bangsa. Dulu, acara itu dipandu Ibu dan Bapak Kasur, sekarang diteruskan Shahnaz Haque.

Kepra mengungkapkan, TVRI masih konsisten memberi ruang kepada rakyat yang tinggal di pedesaan melalui program Salam dari Desa. Hal itu bertujuan agar informasi yang mengalir kepada penonton tidak hanya dari perkotaan, tetapi juga dari wilayah di pedalaman dan pinggiran.

Reorientasi tujuan

Pada kesempatan berbeda, pakar komunikasi dan dosen pascasarjana Program Studi Ketahanan Nasional Universitas Indonesia, Puspitasari, mengatakan, tayangan bermutu hanya bisa diproduksi oleh sumber daya manusia (SDM) yang andal dan kreatif. SDM andal dan profesional merupakan orang-orang kreatif yang mampu memproduksi materi menarik, tidak sekadar mengikuti tayangan stasiun televisi lain yang laku di pasar.

Di samping itu, diperlukan visi dan misi kelembagaan yang jelas. Segmentasi pasar, jenis tayangan yang sesuai, serta idealisme lembaga penyiaran perlu ditentukan. Salah satu upaya untuk mengetahui segmentasi pasar adalah dengan survei untuk mengetahui kebutuhan masyarakat.

"Birokrasi juga harus dikurangi agar kinerja lembaga dalam memproduksi materi bermutu lebih efektif dan efisien," kata Puspitasari.

Seperti yang diberitakan Kompas, 24 Agustus 2015, masyarakat Indonesia kekurangan tayangan televisi bermutu. Namun, mereka merasa tak memiliki pilihan karena nyaris semua stasiun televisi swasta menayangkan program serupa. Penayangan program biasanya mengikuti hasil survei lembaga pemeringkatan.

(DNE)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/08/28/TV-Publik-Jadi-Teladan

Related-Area: