BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Padi Gogo LIPI Berpotensi di Konawe

Padi Gogo LIPI Berpotensi di Konawe
Benih Unggul Silangan Dipadu Pupuk Organik

KONAWE SELATAN — Padi gogo yang dikembangkan para peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Inpago LIPI Go 1 dan Inpago LIPI Go 2, berpotensi dikembangkan di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Pada panen perdana, Kamis (20/3), satu hektar lahan berpotensi menghasilkan tujuh ton gabah.

”Hasilnya jauh di atas padi gogo lokal, baik jumlah bulir maupun usia tanam,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Konawe Selatan Ari Sismanto pada panen perdana padi gogo LIPI di Desa Ahuangguluri, Kecamatan Baito, Kamis. Panen perdana di lahan seluas 20 hektar itu, antara lain, dihadiri Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara Moch Saleh, Kepala LIPI Lukman Hakim, dan Wakil Bupati Konawe Selatan Soetoharjo Pondiu.

Di Konawe Selatan, hasil panen padi gogo lokal 2,6 ton per hektar dengan usia tanam 150 hari. Pada lokasi panen perdana, hamparan padi lokal berusia tanam sama dengan padi gogo LIPI (113 hari) tampak bulir-bulir padinya masih hijau. Adapun hamparan padi LIPI Go 1 dan 2 sudah menguning dan siap dipanen.

Padi gogo merupakan jenis padi yang dibudidayakan di lahan kering atau ladang. Varietas gogo LIPI ini jenis produktif di lahan kering.

Berdasarkan hasil uji lapangan di sejumlah daerah, seperti Sukabumi, Lampung, dan Merauke, per hektar menghasilkan 6 ton. ”Rata-rata per hektar yang kami uji di Takalar dan Maros, Sulawesi Selatan, hasilnya 4 ton,” kata Satya Nugroho, Kepala Laboratorium Genomik dan Perbaikan Mutu Tanaman Puslit Bioteknologi LIPI.
Teknis budidaya

Budidaya padi gogo LIPI memadukan benih unggul silangan (padi gogo Way Rarem dengan padi gogo Vandana dari IRRI) dengan penggunaan pupuk organik hayati, BioVam dan BioPlus. Praktiknya, pemupukan ini dipadukan dengan pupuk kimia 50 persen.

”Selain produktivitasnya tinggi, prosesnya mengurangi ongkos produksi,” kata peneliti mikroba pada Puslit Bioteknologi LIPI, Hermastini Sukiman. Kedua jenis pupuk itu memanfaatkan peran jamur dan mikoriza untuk membantu tanaman memperoleh nutrisi, baik dari unsur hara tanah maupun udara yang mengandung nitrogen.

”Sejauh ini, kami puas dengan hasilnya. Di sini cekaman kekeringannya dahsyat,” kata inventor padi gogo LIPI Enung Sri Mulyaningsih. Timnya berharap bisa menguji lagi di tempat lain.

Demi keberlanjutan program penanaman padi gogo unggul dengan teknik pemupukan organik hayati, tim LIPI memberikan pelatihan teknis pembuatan pupuk tersebut kepada kelompok-kelompok tani. Salah satu yang diharapkan petani, seperti diungkapkan para petani yang hadir, adalah pengembangan padi lokal Tolaki yang digemari masyarakat, tetapi berumur tanam 150 hari.

”Kami, para peneliti, selalu siap. Tugas kami adalah bagaimana agar teknologi turut membantu menyejahterakan masyarakat,” kata Lukman Hakim. (GSA)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005577186