BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Masyarakat di Kaki Gunung Rinjani Belum Dilibatkan

"Geopark" Harus Sejahterakan
Masyarakat di Kaki Gunung Rinjani Belum Dilibatkan
28 Januari 2016

MATARAM, KOMPAS — Perjuangan Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, untuk masuk jejaring taman bumi atau geopark dunia perlu mengarah pada peningkatan kesejahteraan warga. Pemberdayaan itu penting guna menepis sebagian anggapan taman bumi sekadar proyek mercusuar.
Para orangtua yang menunggu anaknya pulang sekolah mengamati banner sosialisasi taman bumi (geopark) Rinjani di TK Kita di kaki Gunung Rinjani, Desa Sembalun Lawang, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Rabu (27/1). Banyak warga belum tahu tentang pengusulan Gunung Rinjani menjadi taman bumi dunia.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWOPara orangtua yang menunggu anaknya pulang sekolah mengamati banner sosialisasi taman bumi (geopark) Rinjani di TK Kita di kaki Gunung Rinjani, Desa Sembalun Lawang, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Rabu (27/1). Banyak warga belum tahu tentang pengusulan Gunung Rinjani menjadi taman bumi dunia.

Penelusuran Kompas ke sejumlah warga dan pelaku wisata di Kecamatan Sembalun, Lombok Timur dan Kecamatan Bayan, Lombok Utara, Rabu (27/1), sosialisasi terkait pengelolaan taman bumi global atau Global Geopark Network (GGN) Rinjani belum menyentuh semua kalangan. Informasi yang dipahami sebagian besar warga masih sangat terbatas.

"Saya baru beberapa kali mendengar soal geopark. Itu pun tak menyeluruh. Kalau masyarakat umum mungkin hanya tahu dari beberapa papan penanda bertuliskan geopark di beberapa lokasi wisata," kata Martawi, Ketua Lembaga Adat Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun.

Papan-papan penanda terkait geopark memang sudah terlihat di sejumlah lokasi wisata di lereng gunung setinggi 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu, di antaranya di dua pintu masuk resmi pendakian Rinjani di Sembalun dan Senaru. Papan penanda juga dijumpai di obyek wisata Pantai Tebing, air terjun Sendang Gile, dan air terjun Benang Kelambu.

Renadi, Ketua Pengelola Pariwisata dan Adat Budaya Bayan, menuturkan, selama ini masyarakat di lereng Rinjani khawatir tidak mendapatkan dampak positif dari status jejaring taman bumi global. Pasalnya, tidak banyak pegiat wisata adat yang dilibatkan dalam kegiatan sosialisasi mengenai taman bumi Rinjani.

"Yang pasti, kami berharap status geopark dunia bisa meningkatkan perekonomian pelaku wisata di desa-desa di sekitar Rinjani. Selama ini sebenarnya sangat banyak potensi budaya dan alam, tetapi tidak banyak mendapatkan perhatian dari pemerintah," ujar Renadi yang juga anggota komunitas adat Masjid Kuno Bayan, masjid tertua di Pulau Lombok.

Pelibatan warga

Sumatim, pemilik Rinjani Homestay di Senaru, menyatakan cukup optimistis dengan masuknya Rinjani dalam pengelolaan jejaring taman bumi dunia UNESCO sektor pariwisata di Lombok akan terdongkrak pesat. Pasalnya, promosi wisata akan lebih tersebar ke seluruh negara sehingga akan meningkatkan kunjungan wisatawan.

"Akhir-akhir ini banyak wisatawan ke Pulau Lombok untuk berkunjung ke pantai-pantai saja. Mereka menganggap Rinjani hanya sekadar wisata naik gunung. Padahal, lereng Rinjani banyak menyimpan kekayaan alam dan budaya yang bisa dieksplorasi," ujarnya.

Hingga kini, Indonesia baru memiliki dua situs yang ditetapkan sebagai jejaring taman bumi dunia, yakni Gunung Batur di Bali dan Pegunungan Sewu di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Beberapa situs pernah diusulkan menjadi kawasan taman bumi global seperti kaldera Danau Toba di Sumatera Utara dan Gunung Kerinci di Jambi. Namun, belum memenuhi standar penilaian tim pemantau UNESCO.

Ketua Dewan Pelaksana Harian Geopark Rinjani-Lombok Misbahid Haraha mengatakan, pelibatan masyarakat dalam pengelolaan Rinjani secara berkelajutan merupakan pekerjaan rumah utama seluruh pemangku kepentingan. Untuk mempercepat kesepahaman di antara masyarakat, pihaknya berupaya membimbing beberapa warga menjadi tokoh penggerak dan agen perubahan di masyarakat.

"Nantinya, mereka akan kami ajak studi banding dan belajar bagaimana pengelolaan kawasan geopark berbasis masyarakat yang cukup berhasil seperti di Gunung Kidul," ujarnya.

Kepala Sub Bagian Tata Ruang dan Sumber Daya Alam Bappeda NTB Samsudin mengungkapkan, seluruh dokumen usulan (dossier) taman bumi Rinjani-Lombok sudah dikirimkan ke UNESCO. Menurut rencana, tahun ini tim dari UNESCO akan datang untuk mencocokkan data di dokumen dengan kondisi riil di lapangan.

"NTB sangat serius menangani geopark Rinjani. Lima pemerintah kabupaten/kota bahkan menandatangani nota kesepakatan untuk menjadikan geopark sebagai salah satu program prioritas. Kami juga membentuk dewan pelaksana harian yang diisi kalangan profesional untuk mempermudah pendekatan ke berbagai kalangan," ungkapnya.

Kawasan taman bumi Rinjani seluas 2.800 kilometer persegi terbentang di Kabupaten Lombok Timur, Utara, Tengah, Barat dan Kota Mataram. Gunung Rinjani memiliki keunikan geologi, terutama dengan keberadaan Gunung Barujari yang menjulang di tengah kaldera Segara Anak. Di dalam kawasan taman bumi Rinjani tercatat 50 situs geologi dan nongeologi.

"Selain itu, tradisi dan budaya yang tumbuh di sekitar Rinjani juga begitu unik. Kini, tinggal menyiapkan sumber daya masyarakatnya supaya lebih mampu mengelola kawasan hutan dan melestarikan budaya untuk mendukung kelangsungan pariwisata geologi ini," jelas Samsudin.

(GRE)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2016/01/28/Geopark-Harus-Sejahterakan

Related-Area: