Memetakan Lanskap Industri Media Kontemporer di Indonesia
Laporan Berseri
Engaging Media, Empowering Society:
Assessing Media Policy and Governance in Indonesia
through the Lens of Citizens’ Rights
Terbit pertama kali dalam Bahasa Inggris pada bulan Maret 2012.
Edisi Bahasa Indonesia ini diterbitkan di Indonesia, Desember 2013 oleh
Centre for Innovation Policy and Governance
Jl. Siaga Raya (Siaga Baru), Komp BAPPENAS No 43. Pejaten Barat,
Pasar Minggu Jakarta Selatan 12510, Indonesia.
www.cipg.co.id
Pada tahun 2011, terjadi sejumlah merger dan akuisisi antar kelompok media di Indonesia. Indosiar Visual Mandiri (Indosiar) dibeli oleh Elang Mahkota Teknologi, perusahaan induk dari Surya Citra Televisi (SCTV). CT Group, perusahaan induk dari Trans TV dan Trans 7, membeli detik.com—salah satu perusahaan media online terbesar di Indonesia. Selain itu, beberapa kelompok media kecil seperti beritasatu.com dibeli oleh Lippo Group. Tentunya, praktik-praktik ini tidak berakhir di sini. Sejumlah akuisisi dan merger akan terus terjadi di masa mendatang, mengingat pertumbuhan industri media di Indonesia. Terlebih lagi, industri media di Indonesia sudah mengarah ke industri yang oligopolistik dan hegemonik. Bersamaan dengan pertumbuhan industri media yang sangat cepat, konsentrasi kepemilikan media tidak bisa dihindari, dan menjadi nyata terlihat dalam penelitian ini. Konglomerasi menjadi ciri perkembangan industri media di Indonesia, membuat khalayak menjadi hanya sekadar konsumen, bukan warga negara yang memiliki sejumlah hak terhadap media. Ada implikasi ganda dari pola perkembangan industri media saat ini: pertama, pola perkembangan industri media dewasa ini telah membahayakan peran publik di dalam bermedia; kedua, pola ini membuat peran warga negara seolah tidak berarti dalam dalam proses pembentukan cara kerja media.
Attachment | Size |
---|---|
industri-media-1.pdf | 2.32 MB |
- Log in to post comments
- 422 reads