Sartam, Petani Gorontalo Berpredikat Pejuang Lingkungan Internasional
oleh Christopel Paino [Gorontalo] di 6 May 2019
- Sartam, petani dari Desa Puncak Jaya, Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato, yang berbatasan dengan kawasan hutan, dinobatkan sebagai BirdLife Nature’s Hero Award 2019 oleh Birdlife
- International, sebuah lembaga konservasi yang berbasis di Cambridge, Inggris
- Sartam adalah petani yang mempraktikkan pertanian ramah lingkungan dengan menerapkan kaidah konservasi, menghibahkan satu hektar kebun dan tanamannya kepada kawanan monyet yang oleh sebagian orang dianggap hama
- Pemerintah Daerah Kabupaten Pohuwato juga memberikan penghargaan kepada Sartam dan ”Tani Kakao Mandiri”, sebuah kelompok tani yang menerapkan pola budidaya tanaman kakao berkelanjutan sebagai inspirator lingkungan
- Masyarakat di Kabupaten Pohuwato adalah penghasil kakao dengan potensi pengembangan lahan sekitar 2.400 hektar
Seorang petani asal ujung barat Provinsi Gorontalo mendapatkan penghargaan dari lembaga internasional sebagai pejuang lingkungan.
Sartam, lelaki asal Desa Puncak Jaya, Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato, kampung yang berbatasan dengan kawasan hutan, mendapat penghargaan internasional. Petani tangguh ini dinobatkan sebagai BirdLife Nature’s Hero Award 2019 oleh Birdlife International, sebuah lembaga konservasi berbasis di Cambridge, Inggris.
Kisah Sartam [68] bermula ketika Mongabay Indonesia mewawancarainya pada Kamis, 8 November 2018. Saat itu, Sartam “turun gunung” ke Marisa, Ibu Kota Kabupaten Pohuwato. Ia bersama petani lain menghadiri peresmian Pusat Pengembangan Ekonomi dan Pelestarian Terpadu Bentang Alam Popayato-Paguat yang dibuat Burung Indonesia untuk Program Gorontalo.
Burung Indonesia mengarahkan fokus pekerjaan pada pelestarian jenis-jenis burung terancam punah dan habitatnya. Desa Puncak Jaya, tempat Sartam bermukim, adalah satu dari enam desa dampingan Burung Indonesia.
Amsurya Warman Amsa, Manager Program Burung Indonesia untuk Gorontalo mengatakan, Sartam adalah petani kakao yang kesehariannya telah menerapkan pola pertanian ramah lingkungan. ”Lahan berbukit berpadu tanah kurang subur tidak menjadi penghalang,” ungkapnya.
Sartam mempraktikkan pertanian ramah lingkungan dengan kaidah konservasi melalui pengelolaan lahan dengan membuat terasering. Selain itu, tanaman campur antara kakao sebagai komoditi utama diselingi pohon buah, kayu, dan tumpang sari seperti jahe, kunyit, cabai, terong, aren, juga pisang.
Pola pertanian yang disebut Sartam sebagai agroforestry dan tumpang sari ini dapat mengoptimalkan hasil kebunnya, sehingga mampu membiayai hidup sehari harinya. Bahkan, membiyai pendidikan anaknya hingga perguruan tinggi.
Namun seperti petani umumnya, dekat kawasan hutan, kebun Sartam sering disatroni kawanan monyet yang sering dianggap sebagai hama.
Kepada Mongabay Indonesia, Sartam menjelaskan bahwa ia telah membuat “resolusi konflik” dengan kawanan monyet tersebut. Dia memutuskan untuk “menghibahkan” satu hektar kebun dan tanamannya untuk kawanan monyet. Dari sisi lingkungan, pertanian yang diterapkan Sartam telah menjamin keutuhan ekosistem dan keragaman hayati.
Inspirator Lingkungan
Selain lembaga internasional, Sartam juga mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pohuwato. Apresiasi ini diberikan dalam Rapat Paripurna di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah [DPRD] Pohuwato, Kamis, 2 Mei 2019. Sartam didapuk sebagai inspirator lingkungan.
Tidak hanya Sartam. Penghargaan serupa diberikan kepada kelompok ”Tani Kakao Mandiri” di Kecamatan Taluditi, Desa Makarti Jaya.
”Tani Kakao Mandiri” merupakan kelompok tani yang berkomitmen menerapkan pola budidaya kakao berkelanjutan. Prinsip ramah lingkungan ditonjolkan seperti menanam pohon penaung, mengurangi pupuk kimia, meningkatkan pupuk organik, menerapkan sistem tanam tumpang sari, hingga mengintegrasikan tanaman kakao dengan usaha peternakan.
“Kedua penerima penghargaan ini merupakan petani desa di Kecamatan Taluditi,” ujar Amsurya.
Menurut Amsurya, pertanian berkelanjutan telah menghasilkan kualitas biji kakao terbaik dengan mutu Standar Nasional Indonesia (SNI). Jika sebelumnya produksi petani hanya 900 kg per hektar per tahun, saat ini mencapai 1,500 kg per hektar per tahun. Pada 2016 dan 2017, kelompok ”Tani Kakao Mandiri” telah memasarkan bersama biji kakao skala internasional.
Di 2018 dan 2019, kelompok ini terus meningkatkan kualitas biji kakao dengan metode fermentasi. Kualitas biji ini sangat diminati pasar nasional maupun internasional. Bahkan sudah dipasarkan oleh produsen cokelat Masson di Bali dan Fossa di Singapura. Fossa pun menjadikan biji kakao dari Taluditi sebagai produk coklat ”single origin” yang dipasarkan di luar Singapura.
Dengan prestasi tersebut, Bupati Kabupaten Pohuwato, Syarif Mbuinga, menyampaikan apresiasi kepada Burung Indonesia yang telah menjadi mitra pembangunan strategis bidang lingkungan hidup. “Khususnya bagi masyarakat di pinggiran hutan,” kata Syarif Mbuinga, usai memberikan penghargaan kepada Sartam dan Kelompok “Tani Kakao Mandiri” pada Kamis, 2 Mei 2019.
Motivasi petani
Amsurya menjelaskan, kriteria penerima penghargaan Birdlife International adalah memiliki pengaruh terhadap peningkatan kesadartahuan isu konservasi, spesies kunci dan habitatnya, serta mendukung terciptanya penghidupan masyarakat berkelanjutan.
Sartam terpilih sebagai BirdLife Nature’s Hero Award 2019 dengan menyisihkan kandidat negara lain yang merupakan mitra BirdLife, baik sosok [individu] atau kelompok yang memiliki kontribusi terhadap pelestarian keanekaragaman hayati.
“Kami berharap prestasi Pak Sartam menjadi contoh dan motivasi petani lain mengelola kebun ramah lingkungan,” ungkapnya.
Menanggapi prestasi yang ia raih, Sartam mengaku bangga, dan berterima kasih kepada semua pihak. “Semoga petani lain bisa termotivasi. Saya berharap banyak petani yang berhasil mengelola lahan secara lestari dan hidup rukun dengan satwa di sekitar kebun terutama monyet hitam atau Macaca hecki, burung rangkong, dan babi hutan,” ungkapnya.
Tekad Budiyono, penerima penghargaan inspirator lingkungan dari kelompok “Tani Kakao Mandiri”, merasa bahagia karena cokelat di Kecamatan Taluditi dilirik pasar internasional. “Saya berharap, petani kakao mendapat dukungan semua pihak, baik pemerintah maupun non-pemerintah, agar kami dapat meningkatkan kualitas biji kakao. Juga, mendukung pelestarian alam di sekitar desa,” ujarnya.
Kemitraan
Untuk level Provinsi Gorontalo, masyarakat di Kabupaten Pohuwato merupakan penghasil kakao dengan pengembangan lahan sekitar 2.400 hektar. Dengan potensi tersebut, Burung Indonesia menjalin kemitraan dengan masyarakat sebagai bagian penting meningkatkan nilai tambah petani sekaligus pelestarian lingkungan.
Inisiasi kemitraan dilakukan sejak 2015 dengan masyarakat di Kecamatan Taluditi untuk pengelolaan budidaya kakao berkelanjutan. Kerja sama tersebut telah mengaktifkan kembali kelompok tani dan meningkatkan produksi kakao secara kuantitas maupun kualitas.
Data Burung Indonesia menyebutkan, varietas yang ditanam petani binaan mereka adalah klon unggul Sulawesi 01 dan 02, yang tidak hanya hasil produksinya lebih tinggi tapi juga tahan hama dan penyakit. Masa panen sepanjang tahun, dengan waktu panen raya Mei sampai Juli.
Burung Indonesia telah bekerja sama dengan 22 kelompok tani yang tersebar di 8 desa dengan total wilayah 606 hektar. Potensi kakao di daerah ini mencapai 574 ton per hektar per tahun. Dari total 575 petani di Kecamatan Taluditi, 27 orang telah memproduksi biji kakao berkualitas SNI. Produksi total adalah 52 ton dan rata-rata panen 1,5 ton per hektar setiap tahun.
Manfaat kemitraan adalah kepastian harga kakao, memperpendek rantai pasok, serta produksi biji kakao sesuai SNI meningkat.
- Log in to post comments