BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Pandu Tanah Air untuk Kemakmuran Hijau

Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan dari kegiatan sebelumnya yaitu Rapid Assessment (RA) yang telah dilaksanakan pada bulan November tahun lalu sekaligus mengevaluasi temuan-temuan krisis sosial ekologi yang diperoleh dalam RA oleh peserta yang terdiri dari aparat desa lokasi program serta anggota Pandu Tanah Air yang selanjutnya akan digunakan untuk penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang nantinya akan dilaksanakan oleh Pandu Tanah Air dalam 12 hari ke depan. Pandu Tanah Air adalah sebutan bagi alumni Kursus Dasar Nasional yang beranggotakan generasi muda (usia 15 hingga 35 tahun) dari tiap daerah mitra Konsorsium Hijau yang telah dilaksanakan di Jogjakarta Desember lalu.  Pandu Tanah Air diharapkan dapat membangun kesadaran dini dan mampu menjadi agent of change dengan turun langsung ke lapangan, menggerakan kemampuan komunitas menuju kemakmuran hijau.

Temuan-temuan krisis ekologi di masing-masing desa berbeda. Di Desa Kumbang krisis ekologi yang dihadapi adalah terkait isu berkurangnya cadangan air, kondisi tersebut diakibatkan oleh aktivitas penebangan hutan  yang berdampak pada penggundulan hutan dan bencana banjir pada tahun 2014. Selain itu kurang terawatnya infrastruktur air bersih yang berakibat pada distribusi air yang tidak merata ditambah lagi dengan permasalahan limbah ternak sapi yang belum dikelola dengan baik.

Lain halnya yang terjadi di Desa Lendang Nangka Utara, krisis ekologi yang dihadapi terkait dengan kerusakan ekosistem akibat penambangan batu apung dan batu hitam yang telah di mulai sejak tahun 1988. Penambangan ini menyebabkan rusaknya kesuburan tanah serta berkurangnya debit air bahkan beberapa tanaman palawija sudah tidak mampu lagi tumbuh pada areal yang telah terkena limbah batu apung tersebut.
Tidak hanya mengkaji mengenai krisis ekologi saja,  pada RA juga diidentifikasi potensi-potensi yang dimiliki oleh desa tersebut. Seperti di Desa Kumbang sangat berpotensi untuk dikembangkan kewirasahaan Hijau. Sedangkan di Lendang Nangka Utara memiliki potensi lahan (baik lahan basah maupun lahan kering) yang cukup luas serta populasi sapi yang mencapai 2.057 ekor merupakan peluang untuk pengembangan energi baru terbarukan.
Workshop ini juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai alternatif pengelolaan sumber daya alam untuk mengatasi masalah ekologi yang terjadi dengan mendatangkan para pakar, diantaranya, Prof. Sri Tejowulan dari Universitas Mataram yang menyampaikan materi mengenai Pengelolaan Sumber Daya Alam Khususnya Pengelolaan Lahan Kering Dengan Sistem Terintegrasi. Bapak Marzuki dari Yayasan Mitra Membangun Masyarakat Sejahtera (YM3S) Lombok Timur yang menyampaikan materi tentang Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi sebagai Energi Alternatif serta Bapak Mansur, Ketua Koperasi Bintang Muda Lombok Timur yang menyampaikan materi tentang Pengusahaan Hutan Rakyat Berbasis Koperasi.  

Diharapkan dari serangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan serta berbagai informasi yang telah diperoleh akan membantu para Pandu Tanah Air untuk saling belajar tentang Pengetahuan Hijau yang berkembang di masyarakat untuk dapat didokumentasikan dan didistribusikan  sehingga menjadi pembelajaran yang dapat diimplementasikan untuk mencapai keseimbangan lingkungan. Demikian disampaikan oleh Bapak Suharyana, Monitoring and Evaluation Manager Konsorsium Hijau saat menutup workshop yang dilaksanakan pada tanggal 11-12 Januari 2016 bertempat di Green Orry Inn Lombok Timur.