BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Pesta di Daerah Bersanding Galau Wisatawan

Pesta di Daerah Bersanding Galau Wisatawan
Cetak | 24 Februari 2016 735 dibaca 0 komentar
Kapal Kelud melintas di perairan Belawan, Medan, Sumatera Utara, Selasa (23/2). Kapal milik PT Pelni ini akan menjadi salah satu kapal yang disiapkan melayani wisatawan untuk menikmati gerhana matahari total pada 9 Maret 2016.
Kapal Kelud melintas di perairan Belawan, Medan, Sumatera Utara, Selasa (23/2). Kapal milik PT Pelni ini akan menjadi salah satu kapal yang disiapkan melayani wisatawan untuk menikmati gerhana matahari total pada 9 Maret 2016.KOMPAS/AUFRIDA WISMI WARASTRI

Gerhana matahari total pada 9 Maret 2016 tinggal dua minggu lagi. Sejumlah daerah berupaya menyambut kedatangan wisatawan. Namun, sebagian wisatawan justru masih kesulitan mencari akomodasi dan tiket menuju sejumlah daerah yang dilintasi jalur totalitas gerhana.

Sejak pertengahan Februari lalu, Ratna (34), yang bekerja di salah satu instansi pemerintah, kesulitan mencari tiket sesuai tanggal yang diinginkan rekan-rekannya untuk mengamati gerhana matahari total (GMT) di Ternate, Maluku Utara. ”Bahkan, beberapa waktu sebelumnya, tiket pesawat untuk tanggal tertentu yang dibeli melalui situs daring selalu tidak ada penerbangan,” katanya, Selasa (23/2).

Kondisi itu membuat Ratna dan teman-temannya dihadapkan pada kondisi sulit, memilih maskapai yang kurang nyaman atau memperpanjang waktu kunjungan ke Ternate. Oleh karena izin dari kantor terbatas, kekurangnyamanan pun dipilih.

Selain tiket pesawat, persoalan hotel di sejumlah daerah juga mulai menghadapi masalah. Budi (38), warga Tangerang Selatan, Banten, kesulitan mencarikan hotel bagi sejumlah tamu yang akan ia bawa ke Tanjungpandan, Belitung, Kepulauan Bangka Belitung (Babel), untuk menyambut GMT. ”Semua hotel berbintang dan sejumlah wisma sudah penuh, khususnya untuk 8-9 Maret,” katanya.

Salah satu kota di lintasan jalur totalitas gerhana yang masih cukup mudah diakses dan tersedia penginapan cukup banyak adalah Palembang, Sumatera Selatan. Hingga pekan lalu, tiket dari Jakarta menuju Palembang pada sehari sebelum gerhana masih banyak tersedia dengan harga murah. ”Hotel juga masih tersedia, tetapi harganya terus naik,” kata Santiko (40), warga Serpong, Tangerang Selatan.

Berbagai keterbatasan akses dan akomodasi membuat kunjungan wisatawan ke sejumlah lokasi terganggu. Padahal, pengembangan destinasi wisata tak akan berhasil tanpa dukungan akomodasi-akses memadai.

Kesulitan itu juga dialami pengelola biro wisata. Menyambut meningkatnya minat kunjungan ke Ternate dan Belitung untuk menyaksikan GMT, Dwidaya Tour menjual paket liburan ke sana. ”Namun, yang kami jual hanya paket tur daratnya, tanpa tiket pesawat. Penerbangan terbatas sehingga tak bisa diblok,” kata Manajer Pemasaran Dwidayatour Yanty Wijaya.

Kondisi serupa terjadi pada pemesanan hotel. Pengelola hotel hanya memberikan jatah kamar terbatas dengan batas waktu ketat. Jika batas waktu terlewati, biro wisata akan kehilangan jatah pesanan.

Meski demikian, CEO Citilink Albert Burhan mengatakan kursi penerbangan ke sejumlah daerah tujuan pengamatan GMT masih banyak hingga pekan lalu. ”Untuk penerbangan 6-8 Maret masih banyak yang belum terjual,” katanya. Hal itu salah satunya dipicu banyak wisatawan membatalkan kunjungan karena tingginya tarif hotel.

Lokasi pengamatan

Di Indonesia bagian barat, gerhana terjadi sesaat setelah Matahari terbit. Karena itu, lokasi pengamatan GMT di wilayah Sumatera hingga Kalimantan Tengah harus memiliki medan pandang yang luas dan bebas ke arah timur. Kondisi itu membuat pantai dan perbukitan jadi lokasi pengamatan favorit.

Di Kabupaten Bangka Tengah, Babel, lokasi pengamatan disediakan mulai dari Pantai Penyak hingga Pantai Terentang yang membujur sejauh 25 kilometer. ”Dari segi akses, daya tampung, dan hiburan, Pantai Terentang di Koba paling direkomendasikan,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bangka Tengah Zaidi.

Di Kabupaten Belitung, lokasi pengamatan terbaik berada di bukit-bukit yang disiapkan warga dan pemerintah. Bagi yang ingin mengamati dari tepi laut, Pantai Tanjung Kelayang dan Pantai Tanjung Tinggi yang jadi lokasi pembuatan film Laskar Pelangi bisa jadi pilihan.

Di Palembang, pemerintah menyiapkan 11 lokasi pengamatan, seperti kawasan Jembatan Ampera yang akan ditutup 12 jam, Benteng Kuto Besak, arena ski air di Jakabaring Sport City (JSC), dan Pulau Kemaro di tengah Sungai Musi. ”Sekitar 500 wisatawan dan peneliti Malaysia memesan lokasi pengamatan di arena ski air JSC,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel Irene Camelyn Sinaga.

Selain Palembang, kota lain yang bisa dijadikan alternatif pengamatan gerhana di Sumsel adalah Sungsang (Banyuasin) dan Sekayu (Musi Banyuasin).

”Sebenarnya, hanya duduk di atas rumah pun masyarakat Palembang bisa menyaksikan gerhana asalkan medan pandang ke arah Matahari pagi tak terhalang,” kata Kepala Humas Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Jasyanto.

Suguhan wisata

Selain lokasi pengamatan, pemerintah daerah di jalur totalitas gerhana juga menyelenggarakan berbagai kegiatan seni, festival, dan aneka pergelaran untuk membuat wisatawan betah berlama-lama di sana.

Di Ternate, Maluku Utara, penyelenggaraan Festival Legu Gam yang dilaksanakan tiap April untuk menghormati ulang tahun mendiang Sultan Mudaffar Sjah akan dimajukan. ”Puncak acara bertepatan dengan momen GMT,” kata Ketua Panitia Ternate Solar Eclipse M Tauhid Seoleman.

Berbagai kemeriahan juga diselenggarakan di Palu, Sulawesi Tengah. Selain pawai budaya dan pementasan musik etnik, ada pula lomba perahu dayung. Kegiatan berpusat di Lapangan TVRI Sulteng dan Anjungan Pantai Talise di tepi Teluk Palu.

Sementara di Poso, wilayah yang identik dengan konflik keamanan, akan digelar Festival Kawania di Kalora, Poso Pesisir Utara. Selain itu, wisatawan bisa juga mengunjungi patung megalitikum di Lembah Napi dan Lembah Besoa, Danau Poso, hingga Air Terjun Saluopa.

Selain atraksi, kebersihan destinasi wisata tak bisa diabaikan. Banyak tempat wisata di Palangkaraya, Kalteng, terlihat kumuh dan jorok. ”Kebersihan dan ketersediaan toilet memang masih masalah,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng Yuel Tanggara.

Berbagai kendala menyambut boom wisatawan menunjukkan pengembangan destinasi wisata tidak bisa oleh pemerintah saja. ”Semua pihak saling terkait, baik masyarakat maupun penyedia transportasi dan akomodasi,” kata Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia Babel Agus Pahlevi. Kesiapan daerah harus dibarengi sektor lain, termasuk kemudahan mengakses tiket pesawat dan penginapan. (RAM/RAZ/DKA/VDL/FRN/ARN/MZW)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2016/02/24/Pesta-di-Daerah-Bersanding-Galau-Wisatawan

Related-Area: