BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Pers Diharapkan Bangun Optimisme Masyarakat

Pers Diharapkan Bangun Optimisme Masyarakat
Runik Sri Astuti dan Mohammad Nasir
Siang | 9 Februari 2016 13:26 WIB Ikon jumlah hit 83 dibaca Ikon komentar 0 komentar

MATARAM, KOMPAS — Media massa dan seluruh pihak yang terlibat dalam dunia pemberitaan diharapkan membangun optimisme masyarakat, bukan pesimisme. Kepercayaan diri dan harapan positif bisa menjadi modal bagi bangsa Indonesia memenangkan persaingan global.

HAl aitu dikemukakan Presiden Joko Widodo dalam sambutan pada acara puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2016 di Pantai Kuta, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Selasa (9/2/2016).

Puncak acara HPN dihadiri sejumlah menteri di antaranya Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan Indonesia Puan Maharani, Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri Pendidikan Anies Baswedan, dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono. Selain itu hadir Gubernur NTB Zaenal Majdi dan sejumlah duta besar seperti Dubes Jepang, Vietnam Laos, Slowakia, dan Korea Utara.

"Seluruh insan pers diharapkan membangun optimisme publik dan meningkatkan etos kerja masyarakat. Bukan sebaliknya, memengaruhi masyarakat menjadi pesimisme, bahkan banyak terjebak pada berita sensasional," kata Joko Widodo.

Presiden mengatakan, pemberitaan yang cenderung memojokkan, menghakimi dan berdasarkan opini semata tanpa menampilkan fakta dan membangun optimisme, akan melemahkan etos kerja masyarakat.

Apabila etos kerja lemah, masyarakat menjadi tidak produktif. Saat ini dtengarai sudah muncul ketidakpercayaan kepada pemerintah maupun upaya yang dilakukan.

Pada era kompetisi antarnegara yang semakin kompetitif, kepercayaan sangat penting untuk menarik para pemodal besar berinvestasi di Indonesia. Pers diyakini mampu menumbuhkan kepercayaan investor dengan cara membangun persepsi yang baik di masyarakat.

Ketua Dewan Pers Bagir Manan mengatakan, HPN 2016 menjadi momentum terbaik bagi seluruh insan pers dari berbagai pelosok negeri untuk mendengar langsung dan mengetahui seluk beluk agenda pemerintah terutama perjalanan menuju tercapainya tujuan bernegara, yakni mewujudkan kesejahteraan umum berdasarkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

"Keingintahuan pers didasarkan pada keyakinan untuk menjadikan agenda pemerintahan menjadi agenda yang juga dimiliki rakyat," kata Bagir Manan.

Tanpa mengurangi makna perencanaan dan program yang baik, keberhasilan pembangunan akan tercapai apabila rakyat mengerti dengan baik rencana yang disusun. Supaya rakyat mengerti diperlukan komunikasi secara teratur dan terus menerus. Media merupakan sarana terbaik yang akan mengomunikan berbagai program pemerintah kepada masyarakat.

Bagir menambahkan, banyak peran positif yang bisa dilakukan pers dalam pembangunan bangsa. Salah satunya, menjadi pendamping terpercaya pemerintah dalam upaya memberantas gerakan radikalisme, terorisme, dan narkoba di Indonesia. "Media memiliki peran strategis dalam menyampaikan informasi dan mencerdaskan masyarakat," katanya.

Menurut Bagir, ketika pers secara kritis memberitakan kebijakan pemerintah, dampaknya adalah muncul keluhan pers kebablasan. Hal itu merupakan konsekuansi idealisme dan tanggung jawab kepada bangsa dan negara.

Sementara itu, Zaenal Majdi mengatakan, pihaknya berharap pers menyuarakan kebenaran berdasarkan fakta. Pers, menurut dia, merupakan mitra strategis pemerintah dalam pembangunan daerah.

Perang melawan katarak

HPN 2016 yang dipusatkan di NTB juga ditandai dengan peluncuran program "Perang Melawan Katarak". "Sudah saatnya kita berperang melawan katarak. Indonesia sekarang menempati urutan pertama terbanyak penderita katarak. NTB merupakan provinsi dengan katarak terbanyak di Indonesia," kata Teguh Santosa, Ketua Panitia Pelaksana HPN 2016.

Karena itu, kata Teguh, setelah berkonsultasi dengan Menteri Kesehatan RI, bakti sosial kesehatan HPN tahun ini difokuskan pada operasi katarak. "Mari kita berperang melawan katarak," kata Teguh.

Kordinator tim operasi katarak Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Provinsi NTB dr Handomi dalam pidato menjelaskan, angka kejadian katarak di NTB tertinggi di dunia, mencapai 4 persen dari jumlah penduduk atau 27.000 orang. Penanganan katarak di NTB perlu dikeroyok beramai-ramai supaya berkurang jumlahnya.

Operasi katarak gratis yang dilakukan panitia HPN selama tiga hari menjelang puncak acara HPN, 9 Februari, telah melayani 325 orang. Sebanyak 125 orang dilayani di Rumah Sakit Umum Kabupaten Bima Sondosia bekerja sama dengan PT Sido Muncul (Tbk), dan sekitar 200 orang dilayani di RSUD Lombok Praya bekerja sama dengan Pundi Amal SCTV dan Peduli Kasih Indosiar. SCTV dan Indosiar juga melakukan sunatan massal.

Senior Public Relation PT Sido Muncul (Tbk), Nanik R Sunarso dalam sambutan mengatakan, operasi katarak yang berlangsung di Bima merupakan komitmen Sido Muncul dalam berperang melawan katarak. Bantuan operasi katarak gratis tidak hanya dilakukan di Bima, tetapi juga di berbagai daerah hingga mencapai ribuan orang.

Penjabat Bupati Bima Bacharudin yang hadir dalam operasi katarak mengharapkan semua pihak ikut memerangi katarak di Bima. "Kami berharap CSR perusahaan-perusahaan memberi perhatian pada operasi katarak," kata Bacharudin. Ia meminta Kepala Dinas Kesehatan Bima Hebdin Umar dan Direktur RSUD Kabupaten Bima Adi Winarko memberi perhatian serius dalam pelayanan masyarakat penderita katarak.

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2016/02/09/Pers-Diharapkan-Bangun-Optimisme-Masyarakat

Related-Area: