BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Guru Agen Perubahan Bangsa, Kualitas Pendidik Perlu Ditingkatkan

Guru Agen Perubahan Bangsa, Kualitas Pendidik Perlu Ditingkatkan
Siang | 22 Januari 2016 15:19 WIB 76 dibaca 0 komentar

PENGANTAR:

Laporan tim wartawan KOMPAS tentang kehidupan guru di daerah, yang dimuat secara berseri dalam 9 tulisan, meraih penghargaan Adinegoro untuk kategori liputan mendalam. Berikut tulisan keenam yang dimuat di halaman 1 harian KOMPAS, Rabu, 25 November 2015.

JAKARTA, KOMPAS - Guru adalah agen perubahan. Berkat bimbingan mereka, para tokoh mampu mencapai kesuksesan di berbagai bidang kehidupan. Namun, hingga kini, kualitas pendidik di negeri ini justru masih menjadi persoalan. Perlu terobosan mendasar untuk meningkatkan kualitas guru.

Perayaan Hari Guru Nasional berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (24/11), atau sehari lebih cepat daripada jadwal semestinya, yaitu setiap 25 November. Hadir dalam acara itu Presiden Joko Widodo, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, serta ribuan guru dari sejumlah daerah.

Dalam sambutannya, Presiden mengungkapkan, sebagai pendidik, guru memiliki peran penting tidak hanya di kelas atau saat proses pembelajaran berlangsung, tetapi juga membentuk dan memengaruhi karakter anak atau peserta didiknya. Dengan posisi itu, semestinya guru menanamkan nilai-nilai, seperti etos kerja, kerja keras, kedisiplinan, integritas, optimisme, dan gotong royong, hingga menjadi kebiasaan.

”Guru yang ceria dan optimistis bisa membuat anak-anak ikut bersemangat,” ujarnya.

Saat memasuki Istora, Joko Widodo diberi tahu Anies Baswedan bahwa ada guru-gurunya di SMP dan SMA yang diundang datang. Jokowi menyatakan kaget saat dibisiki Anies. Di hadapan peserta, Presiden memanggil satu per satu nama gurunya. Ada Nurhayati, guru Biologi; Parmi Sarwoto, guru di SMP; Sudadi, guru Biologi di SMA; Sihwinarni; dan Ning, guru Kimia.

”Dulu nilai pelajaran Kimia saya paling bagus. Kalau enggak percaya, tanya kepada Bu Ning. Banyak yang enggak percaya, sih, saya pandai,” kata Jokowi disambut tawa hadirin.

Guru berpengaruh

Sebagaimana dilakukan Presiden, sejumlah tokoh dari beragam bidang juga memberikan kesaksian betapa beberapa guru sangat memengaruhi, bahkan mengubah, dirinya sehingga mencapai kesuksesan. Sejak pekan lalu, Kompas merangkum kesaksian sejumlah tokoh itu tentang guru mereka.

Wakil Presiden Jusuf Kalla, misalnya, mengenang dua guru yang memengaruhi jalan hidupnya. Keduanya adalah Nondji (almarhum), guru kelas saat di Sekolah Rakyat Manurunge, Bone, Sulawesi Selatan, yang kini menjadi SD Negeri 7 Manurunge, dan seorang ustaz yang akrab disapa Ustaz Hasan, guru SMP Kalla di SMP Perguruan Islam Datumuseng, Makassar.

”Pak Nondji mengajarkan saya kedisiplinan. Kalau ada kesalahan mengerjakan PR (pekerjaan rumah) berhitung, apalagi jika tidak mengerjakan, sudah pasti tangan kami dipukul penggaris sehingga tidak ada lagi murid yang tak mengerjakan PR,” ujarnya.

Ustaz Hasan, lanjut Wapres, tidak hanya mengajarkan Islam, tetapi juga toleransi dan keterbukaan menerima pendapat berbeda. Keterbukaan, toleransi, dan mewujudkan perdamaian dengan sesama itulah yang kini diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari sebagai Wapres RI.

Penulis novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata, menilai, Muslimah, guru SD Muhammadiyah Kampung Gantong, Belitung Timur, Kepulauan Bangka Belitung, sebagai sosok yang penting dalam hidupnya. Guru itu menyuntikkan semangat belajar sehingga ia dan teman-temannya selalu tidak sabar menunggu hari Senin tiba untuk bersekolah. ”Meski tidak punya fasilitas (yang baik), semangat belajar anak-anak sangat luar biasa. Semuanya ternyata bermuara pada guru,” ujarnya.

Pengalaman itu yang menginspirasi Andrea sehingga ia melahirkan novel Laskar Pelangi yang meledak di pasaran, diterjemahkan ke dalam 40 bahasa, dan dibuat menjadi film.

Pandji Pragiwaksono (36), komika, penulis, dan penyanyi hip hop, mengatakan, pola pikirnya terhadap situasi di sekitar berubah karena Agus Dewa, guru Sosiologi/Antropologi di Kolese Gonzaga, Jakarta. ”Pak Dewa adalah orang pertama yang menyuntikkan topik-topik sosial politik kepada diri saya,” ucapnya. Ajakan berpikir kritis itu sangat penting.

Tingkatkan mutu

Di tengah kenangan akan peran guru, muncul juga kritik terhadap kualitas guru. Merujuk pada hasil uji kompetensi guru 2014, lebih dari 1,3 juta guru dari total 1,6 juta guru yang mengikuti uji kompetensi ternyata memiliki nilai ujian di bawah 60 dari rentang 0 hingga 100. Dari ujian ini, hanya 192 guru, sebagian besar guru SMP, yang mencapai nilai 90-100. Hampir 130.000 guru memperoleh nilai antara 0 dan 30. Mereka umumnya lemah dalam penguasaan materi ajar dan kemampuan mendidik (Kompas, 8/7).

Untuk mengatasi masalah kualitas guru, pada peringatan Hari Guru Nasional di Istora Senayan, Anies Baswedan mengingatkan guru untuk menjadi pembelajar serta saling belajar dan berbagi pengalaman praktik terbaik. Dengan menjadi pembelajar, guru akan bisa meningkatkan kompetensi diri dan kualitas pembelajaran di kelas.

”Masyarakat harus lebih mengapresiasi guru, terutama guru yang menghasilkan karya. Guru yang mulia adalah guru yang berkarya,” kata Anies.

(LUK/HAR/INU/WAD/IVV/ABK/DNE/JOG/MED)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2016/01/22/Guru-Agen-Perubahan-Bangsa-Kualitas-Pendidik-Perl

Related-Area: