Dorong Promosi Kesehatan
Deteksi Dini Kanker Diusulkan Masuk JKN
Ikon konten premium Cetak | 21 Agustus 2015 Ikon jumlah hit 49 dibaca Ikon komentar 0 komentar
NUSA DUA, KOMPAS — Pemerintah perlu meningkatkan alokasi anggaran edukasi kesehatan agar pemahaman masyarakat terhadap kanker dan penyakit tak menular lainnya meningkat. Hal itu seiring dengan rencana pemerintah memasukkan penanggulangan penyakit tidak menular dalam tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDG.
"Anggaran promosi kesehatan perlu ditambah," kata Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany, dalam jumpa pers hasil riset beban sosioekonomi karena kanker di Asia Tenggara, Kamis (20/8) di Nusa Dua, Bali.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek menyatakan, pemerintah akan memasukkan penanggulangan penyakit tak menular dalam program pencapaian target SDG. Itu karena jumlah penyakit tak menular, seperti kanker dan penyakit kardiovaskular, meningkat sehingga membebani anggaran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Terkait target SDG, koalisi masyarakat sipil yang tergabung dalam Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak mengeluarkan 13 rekomendasi di Jakarta, kemarin. Ketua Panitia Simposium GKIA Asteria Aritonang menyatakan, salah satu poin yang direkomendasikan adalah meningkatkan kesadaran dan pengetahuan warga tentang kesehatan melalui pendekatan secara individu dan kelompok.
Dengan meningkatnya kesadaran warga terhadap kesehatan, tiap daerah harus meningkatkan standar layanan minimal. "Misalnya, dalam penanganan persalinan. Kalau bisa tak ditangani satu orang saja, tetapi satu tim. Jadi, jika terjadi komplikasi, bisa segera ditangani," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Johari Angkasa Johari.
Deteksi dini
Hasbullah menyatakan, seiring meningkatnya anggaran fungsi kesehatan 2016, pemerintah diminta mengalokasikan anggaran edukasi warga dengan berkampanye kesehatan lewat media. "Alokasikan anggaran setidaknya Rp 2 triliun untuk edukasi masyarakat," ujarnya.
Informasi yang diperoleh dari kampanye kesehatan bisa mendorong kesadaran warga untuk menghindari faktor risiko dan mendeteksi dini penyakit tak menular. Misalnya, kanker yang terdeteksi pada stadium awal punya peluang keberhasilan terapi lebih baik dan beban ekonomi lebih rendah dibandingkan jika terdeteksi pada stadium lanjut.
Kini upaya promosi kesehatan tak bisa bergantung pada pembiayaan JKN oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Sebab, iuran JKN belum memadai dan pembiayaan kesehatan yang ditanggung fokus ke pengobatan. Setelah iuran kepesertaan JKN naik, seharusnya deteksi dini kanker bisa dimasukkan dalam manfaat peserta.
"Tahun depan, pemerintah berkomitmen agar penapisan hipotiroid ditanggung BPJS Kesehatan. Untuk kanker seharusnya bisa, misalnya deteksi dini kanker payudara bagi peserta berusia 35 tahun ke atas dan kanker usus besar," ucap Hasbullah.
Studi ASEAN Cost in Oncology (Action) yang dilakukan George Institute for Global Health merekomendasikan negara- negara di Asia Tenggara meningkatkan anggaran deteksi dini kanker. Tujuannya, menekan beban ekonomi akibat kanker.
Studi kohor longitudinal pada 2012-2014 itu melibatkan 9.513 pasien kanker selama setahun setelah mereka didiagnosis di sejumlah rumah sakit di 8 negara ASEAN, yaitu Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Pemimpin investigator pada Action Study, Prof Mark Woodward, memaparkan, hasil studi menunjukkan, diagnosis kanker bagi pasien di Asia Tenggara bisa jadi bencana. Sebanyak 75 persen pasien, dalam setahun setelah didiagnosis, berujung pada kematian dan kesulitan finansial. Biaya terapi kanker yang tinggi bisa memiskinkan pasien dan keluarganya. Makin tinggi stadium kanker saat diagnosis, kian tinggi pula biaya yang dibutuhkan.
Semakin tua usia pasien, kian rendah pendapatan dan tingkat pendidikan pasien. Pasien yang tak punya jaminan kesehatan adalah kelompok pasien yang kemungkinan besar meninggal dan kesulitan ekonomi.
Nirmala Bhoo-Pathy, ahli epidemiologi kanker dari University of Malaya, menambahkan, pasien berpenghasilan 1.100 dollar AS sebulan atau kurang akan kesulitan membayar pengobatan. Karena itu, pencegahan dan deteksi dini penting dalam penanggulangan kanker. (ADH/B06)
Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/08/21/Dorong-Promosi-Kesehatan
-
- Log in to post comments
- 159 reads