BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Penyakit Tidak Menular Jadi Tantangan

Target SDG Bertambah
Penyakit Tidak Menular Jadi Tantangan
20 Agustus 2015

JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah memasukkan penanggulangan penyakit tidak menular ke dalam program pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG). Hal itu seiring meningkatnya jumlah penderita penyakit tak menular, seperti obesitas, kanker, dan penyakit jantung.

"Isi konsep yang disiapkan hampir sama dengan sebelumnya. Bedanya ada tambahan, kalau dulu tak ada penyakit tak menular, sekarang kami tambahkan," kata Menteri Kesehatan Nila Moeloek seusai menghadiri simposium yang diprakarsai Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak, Rabu (19/8) di Jakarta.

Penyakit tak menular menjadi masalah serius dilihat dari besarnya biaya Jaminan Kesehatan Nasional untuk mengobati penderita. Tahun 2014, total biaya terapi pasien kardiovaskuler (penyakit jantung dan pembuluh darah) Rp 3,5 triliun dan total biaya terapi kanker Rp 1,5 triliun.

Maka dari itu, penyakit tak menular ditambahkan dalam daftar penyakit yang harus diberantas dan dicegah dalam SDG yang ditargetkan tercapai pada 2030. "Intinya tetap memprioritaskan kesehatan," ujarnya.

Sebelumnya, dalam MDG yang akan berakhir September 2015, targetnya, pemberantasan penyakit menular, seperti HIV dan malaria.

Nila mengakui, sejumlah poin MDG tak tercapai, misalnya angka kematian ibu (AKI) dan bayi tinggi, terutama di Jawa. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012, AKI 359 orang per 100.000 kelahiran hidup, meningkat dibandingkan tahun 2007 yang tercatat 228 orang per 100.000 kelahiran. Itu seiring tingginya angka pernikahan usia dini yang memicu remaja putri putus sekolah.

Padahal, ibu punya tugas penting, seperti mendidik dan menjaga kesehatan anaknya, menjaga kesehatan personal dan menyediakan lingkungan yang sehat bagi keluarganya. Jadi, perempuan seharusnya berpendidikan dan matang secara fisik dan mental saat berkeluarga.

Akses kesehatan

Program kesehatan juga terkendala minimnya akses kesehatan dan berbenturan dengan tradisi di sejumlah daerah. Kemenkes masih menemukan ibu melahirkan tanpa bantuan tenaga medis. Bahkan, ada yang harus mengurus persalinan sendiri di hutan karena tradisi masyarakat, seperti yang terjadi di Kabupaten Boven Digoel, Papua.

Untuk itu, masyarakat sipil diharapkan turut membantu meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Menurut Nila, organisasi nonpemerintah (NGO) berperan penting mengedukasi warga, khususnya di daerah yang tak terjangkau pemerintah.

"Pemerintah dan NGO harus berjalan bersama dan punya tujuan sama agar target ini tercapai. Tak mungkin kami (pemerintah) bekerja sendiri. Para NGO diperlukan karena amat membantu, terlebih di daerah," kata Nila.

Nila mengapresiasi sejumlah kegiatan organisasi nonpemerintah dalam peningkatan kesehatan ibu dan anak. Beberapa aktivitas itu antara lain posyandu percontohan, penyebaran poster tentang kesehatan sekaligus dijelaskan kepada warga.

Pernyataan Menkes itu disambut baik koalisi NGO yang tergabung dalam Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak. Wahdini Hakim, anggota staf senior program gizi dari Save the Children, dalam risetnya mengungkapkan pentingnya peran lembaga internasional dan lokal mendorong pemberian ASI di enam negara, yakni Banglades, Brasil, Indonesia, Nigeria, Filipina, dan Inggris.

Di enam negara itu ditemukan lima faktor yang memengaruhi komitmen politik negara, yakni kerja sama, lingkungan yang mendukung, implementasi program, advokasi dan komunikasi, dukungan tenaga kesehatan, dan organisasi profesi. "Jadi, masyarakat sipil bisa memengaruhi komitmen politik negara," katanya.

Peran masyarakat sipil dalam mendukung upaya kesehatan ibu dan bayi terjadi di sejumlah daerah. Di Lampung, misalnya, ada program lelaki peduli keluarga untuk membentuk ayah yang melindungi dan mendampingi keluarga tanpa kekerasan.

Ketua Panitia Simposium Praktik Cerdas Asteria Aritonang menjelaskan, dalam simposium itu dipaparkan 50 praktik terbaik oleh LSM dari 16 provinsi berupa presentasi, pameran, dan poster. "Praktik cerdas itu karena ada inovasi teknologi, kepeloporan pendidikan, peningkatan kemampuan warga, dan kerja sama antarsektor," ujarnya. (B06)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/08/20/Target-SDG-Bertambah

Related-Area: