BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Wilayah Terpencil Diprioritaskan

ENERGI BARU TERBARUKAN
Wilayah Terpencil Diprioritaskan
Ikon konten premium Cetak | 8 April 2015 Ikon jumlah hit 16 dibaca Ikon komentar 0 komentar

WAINGAPU, KOMPAS — Wilayah terpencil di Indonesia diprioritaskan untuk mengembangkan sumber energi baru terbarukan sebagai pembangkit listrik. Selain sumber daya angin, air, dan sinar matahari yang melimpah, ongkos yang dikeluarkan juga tidak mahal. Energi baru terbarukan terus didorong untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyampaikan hal itu dalam peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) La Au di Desa Laimbonga, Kecamatan Kahaungu Eti, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa (7/4). Turut hadir di acara itu Duta Besar Norwegia untuk Indonesia, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Rida Mulyana, dan Sekretaris Daerah Kabupaten Sumba Timur Juspan.

PLTMH La Au mulai beroperasi pada 2013 dengan kapasitas 13.000 watt dan dipakai untuk menerangi 26 unit rumah yang dihuni 78 kepala keluarga. Ada juga Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Kamanggih di Desa Kamanggih, Kecamatan Kahaungu Eti yang beroperasi sejak 2013 dan berkapasitas 10.000 watt untuk menerangi 22 rumah.

Menurut Sudirman, hal yang paling penting adalah semangat untuk terus memberdayakan energi baru terbarukan. Dengan demikian, tak bergantung pada energi fosil yang suatu saat bakal habis dan tak lestari.

"Di wilayah-wilayah terpencil di Indonesia, pemanfaatan energi baru terbarukan untuk listrik harus diprioritaskan. Sebab, sumber daya kita melimpah, seperti angin, air, dan tenaga matahari. Pemanfaatan energi baru terbarukan juga untuk mendorong kemandirian energi," katanya.

Sekretaris Daerah Kabupaten Sumba Timur Juspan menambahkan, rasio elektrivikasi di Kabupaten Sumba Timur sekitar 58 persen. Artinya, dari jumlah penduduk yang sebanyak 280.000 jiwa, baru 58 persen atau sekitar 162.400 jiwa yang menikmati listrik. Dari rasio elektrivikasi sebesar itu, sumber energi baru terbarukan menyumbang sekitar 5 persen saja.

"Kami menargetkan pada 2025 nanti sebagian besar daya listrik di Sumba Timur berasal dari energi baru terbarukan," ujar Juspan.

Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi pada Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, Pulau Sumba pada 2010 ditetapkan sebagai proyek percontohan pemanfaatan energi baru terbarukan. Pasalnya, di pulau ini melimpah sumber daya angin, air, dan sinar matahari. Di samping itu, rasio elektrivikasi di Sumba secara rata-rata terbilang rendah sehingga cocok untuk pengembangan energi baru terbarukan.

"Tak cukup dukungan pemerintah, perlu dukungan swasta dan perbankan untuk mendanai proyek semacam ini," kata Rida.

David Depabineweli, warga Desa Kamanggih, mengaku PLTMH La Au sangat bermanfaat. Kini, ia bisa menikmati listrik mulai pukul 18.00 hingga pukul 06.00. (APO)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/04/08/Wilayah-Terpencil-Diprioritaskan

Related-Area: