Diskusi Provinsi JiKTI – Provinsi Sulawesi Tenggara
- Tema: “Peningkatan Daya Saing Komoditas Unggulan Provinsi Sulawesi Tenggara melalui Regional Manajemen Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” – kerjasama dengan BAPPEDA Provinsi Sulawesi Tenggara
- Hari dan Tanggal pelaksanaan: Jum’at, 10 Oktober 2014
- Tempat pelaksanaan: Plaza Inn Hotel, Kendari, Sultra
- Penanggungjawab: Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si|Focal Point JiKTI Sulawesi Tenggara
- Deskripsi pelaksanaan:
Diskusi Provinsi ini pelaksanaannya bekerjasama dengan BAPPEDA Provinsi Sulawesi Tenggara, dimana Kepala Bappeda, Drs. H. Nasir Andi Baso, MM. hadir untuk memberikan sambutan pembuka sekaligus membuka kegiatan. Dalam sambutan dan presentasinya, Kepala Bappeda mengutarakan bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara dalam skema pembangunannya telah menetapkan dua komoditas unggulan, yakni kakao dan rumput laut. Penetapan kedua komoditas tersebut didasarkan atas berbagai hasil kajian ilmiah dan penelitian yang menunjukkan bahwa komoditas kakao pada umumnya digerakkan oleh masyarakat di Kabupaten Kolaka sebelum era otonomi daerah dan pula menjadi produk unggulan di sebagian wilayah di Kabupaten Kendari. Di bagian lain, rumput laut merupakan komoditas yang aktif dikembangkan di Kabupaten Buton dan Kabupaten Muna, dan sebagian kecil berlokasi di Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Kendari.
Lebih jauh, Kepala Bappeda memaparkan presentasi “Kerjasama Antar Daerah Kabupaten Dalam Percepatan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Sulawesi Tenggara”. Dalam pemaparannya beberapa isu kerjasama yang menjadi perhatian pemerintah adalah: 1.) pengelolaan bersama Sumber Daya Alam; 2.) Penataan Ruang; 3.) Kerjasama daerah yang berbatasan; dan 4) pengembangan infrastruktur kewilayahan. Lebih jauh lagi, permasalahan kemiskinan masih menjadi beban berat bagi pemerintah untuk ditangani. Perlu adanya solusi yang mumpuni tentang peningkatan Nilai Tukar Petani, yang mana peningkatan daya saing sangat perlu didukung oleh peningkatan Sumber Daya Manusia, inovasi dan teknologi yang tentunya membutuhkan pendanaan yang cukup besar. Beliau memberikan apresiasi yang besar dari pelaksanaan diskusi hari ini yang mengangkat tema strategis untuk pembangunan kedepan dari Provinsi Sulawesi Tenggara. Hasil pelaksanaan diskusi tentu saja akan berpengaruh positif kepada pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara yang selalu membutuhkan masukan dan ide-ide kreatif dari kawan-kawan peneliti terutama dari JiKTI agar tercipta sinergis yang positif antara pemerintah sebagai penyusun kebijakan dan peneliti dan akademisi.
Koordinator Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia dan POKJA Forum KTI Sulawesi Selatan, Bpk. A. Madjid Sallatu memberikan presentasi “Kesiapan Daerah Melalui Daya Saing Komoditas Unggulan Dalam Menyambut Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”. Dalam pemaparannya, beliau menyampaikan bahwa kolaborasi pemerintah daerah dengan peneliti dalam mendorong pergerakan perekonomian di masyarakat dinilai belum di optimal, yang mana menjadi salah satu latar belakang pelaksanaan Diskusi provinsi JiKTI yang bekerjasama dengan Bappeda Sulawesi Tenggara hari ini. Bpk. Abdul Madjid mengatakan kerjasama antara peneliti dan Pemerintah Daerah sangat dibutuhkan, apalagi tahun 2015 yang mana Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah mulai diberlakukan.
Menurut Koordinator JiKTI, sebagian besar praktisi dan pengamat mengatakan bahwa era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan ancaman karena produk luar negeri akan banyak membanjiri Negara ini sehingga produk lokal dan nasional yang dihasilkan masyakarat akan sulit bersaing dengan produk internasional. Menurut Pak Madjid, berdasarkan dokumen aslinya, yang mana beliau membaca kesimpulannya yakni bagaimana setiap negara anggota ASEAN perlu mengukur dirinya sendiri dimana saja ia berada dalam MEA. Lebih jauh lagi, beliau menerangkan ada dua kata kunci yang harus dilihat secara mendalam terkait era Masyarakat Ekonomi ASEAN ini, yakni pasar dan perdaganan. Jika telah melakukan keduanya secara baik, terarah dan terukur, maka langkah selanjutnya untuk ditempuh adalah bagaimana melakukan promosi yang baik pada produk lokal yang akan bersaing dengan produk dari negara manca. Bagian terakhir ini adalah salah satu yang merupakan kelemahan utama di daerah. Menurut Pak Madjid, pelaku ekonomi di Kawasan Timur Indonesia anehnya malah didominasi oleh pelaku ekonomi dari bagian Barat Indonesia, bukannya berorientasi pada komoditi daerah.
Selain dua narasumber tersebut diatas, hadir pula narasumber lainnya yaitu: Kepala Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tenggara, Ir. Bambang dengan judul presentasi “Membangun Daya Saing Berkelanjutan Komoditas Kakao Melalui Penguatan Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejatera di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015”. Presentasi selanjutnya oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Tenggara, yang diwakili oleh Kepala Bagian Ir. Sapoan. Judul presentasi beliau adalah “Rencana Aksi Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) Provinsi Sulawesi Tenggara dalam menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015”. Presentasi terakhir dibawakan oleh Kepala Lembaga Penelitian Universitas Haluoleo, Prof. Dr. Ir. H. LaOde Muhammad Aslan, M.Sc yang membawakan presentasi “Peran Perguruan Tinggi Dalam Pengembangan Komoditas Unggulan Rumput Laut Provinsi Sulawesi Tenggara”.
Ulasan oleh: Rio Abdul Fattah, Program Officer Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JiKTI)
Untuk informasi mengenai kegiatan JiKTI dapat menghubungi infojikti@bakti.or.id
Diskusi Provinsi JiKTI – Provinsi Gorontalo
- Tema: Pelatihan Penyusunan Proposal Penelitian – Meningkatkan Kualitas Pengabdian Ilmiah kepada Masyarakat Untuk Percepatan Pembangunan Provinsi Gorontalo, kerjasama dengan LP2M (Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat) IAIN Sultan Amai Gorontalo
- Hari dan Tanggal pelaksanaan: Rabu & Kamis, 22 & 23 Oktober 2014
- Tempat pelaksanaan: Gedung Aula IAIN Sultan Amai Gorontalo
- Penangguungjawab: Dr. Razak Umar, S. Ag, M.Pd | Anggota JiKTI Gorontalo
- Deskripsi pelaksanaan:
Meretas Kemiskinan Melalui Riset Pengabdian
Salah satu tujuan pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi adalah melakukan kegiatan yang mampu mengentaskan masyarakat tersisih (preferential option for the poor) di semua strata masyarakat (Ditjen Dikti, 2013). Tantangannya adalah, dapatkah penelitian di tingkat perguruan tinggi menjadi solusi atas permasalahan pembangunan / kemiskinan di daerah?
Kemiskinan & Tantangan Riset Perguruan Tinggi
Hasil Diagnosa Pembangunan Sulawesi pada bulan Juni 2014 telah menunjukkan bahwa Pulau Sulawesi sebagai bagian Kawasan Timur Indonesia memiliki pertumbuhan tercepat di Indonesia selama periode satu dekade terakhir, yaitu 2001-2011 dengan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 6.5 persen. Kinerja ini berlanjut pada dua tahun sesudahnya yaitu 2011-2013 hingga mencapai 7.9 persen. Meskipun meningkat, tingkat pertumbuhan yang tinggi ini menyisakan persoalan ketidakmerataan pendapatan yang semakin melebar, yaitu elasitas pertumbuhan terhadap pengurangan kemiskinan di Pulau Sulawesi secara umum masih dibawah angka nasional (World Bank, 2014).
Fakta menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Gorontalo adalah yang tinggi hingga 7.76 persen ternyata belum signifikan mengurangi persoalan kemiskinan di daerah yang sering dijuluki Serambi Madinah ini. Penduduk miskin di Provinsi Gorontalo hingga tahun 2014 tercatat 18,01 persen yang mana terbesar tinggal di pedesaan 91,50 persen, dan sisanya yaitu 8.50 persen tinggal di wilayah perkotaan, pola pertumbuhan ekonomi belum sepenuhnya berpihak kepada masyarakat miskin (pro-poor). Mayoritas petani di pedesaan belum menikmati trend pertumbuhan ekonomi yang dinikmati oleh penduduk di perkotaan. Oleh karena itu, sinergitas percepatan pembangunan di daerah perlu didorong dengan konsisten guna menciptakan kemitraan lintas pemangku kepentingan pembangunan, termasuk Perguruan Tinggi/Universitas Daerah dalam rangka mendorong penyusunan dan publikasi kajian pengembangan penelitian ilmiah berbasis masyarakat. Tujuannya adalah memberi masukan kontributif bagi bidang perencanaan dan penyusunan kebijakan dalam tingkat pemerintahan daerah.
Tantangan kedepan lembaga riset Perguruan Tinggi haruslah sigap menghadapi perubahan masyarakat/komunitas global. Isu-isu lokal tentunya menjadi hal mendasar untuk segera dipetakan dan ditangani serta dikaji secara profesional. Kompetisi peneliti akan makin terbuka dengan berbagai varian isu-isu spesifik dan metodologi terbaru. Tantangan ini sepatutunya menjadi bagian dari rencana strategis / Rencana Induk Pengembangan Perguruan Tinggi, hasil-hasil penelitian Perguruan Tinggi dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.
Membangun Jejaring & Kolaborasi Perguruan Tinggi di Daerah
Perubahan nomenklatur Kementerian Pendidikan dengan menyatunya Perguruan Tinggi dengan Riset dan Teknologi di satu sisi memberi arah positif bagi pengembangan perguruan tinggi berbasis riset, meskipun disadari perubahan ini membutuhkan penyesuaian SDM, anggaran dan waktu yang tidak bisa dibilang singkat. Harapannya adalah bahwa alokasi 30 persen anggaran Penelitian bersumber dari Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) sebagai amanah UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi untuk dapat direalisasikan.
Tantangan bagi perguruan tinggi di daerah adalah masih minimnya anggaran yang tersedia. Di salah satu Perguruan tinggi Negeri di Gorontalo, anggaran penelitian dalam lima tahun terakhir (2009-2013) adalah konsisten dibawah 5 (lima) persen. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan lembaga riset di lingkungan pemerintah daerah. Anggaran penelitian di Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Informasi (Balihristi) Provinsi Gorontalo misalnya, masih sangat terbatas, bahkan cenderung menurun dari tahun ke tahun.
Ditengah keterbatasan tersebut, Perguruan Tinggi dituntut untuk menghasilkan produk-produk penelitian dan pengetahuan yang memberi solusi atas permasalahan di masyarakat yang semakin kompleks. Dalam konteks ini, perlu kiranya mengkonsolidasikan kekuatan Sumber Daya Peneliti di daerah berbasis kepakaran dengan menafikan dikotomi Perguruan Tinggi Negeri versus Swasta atau Senior versus Junior. Jejaring peneliti perguruan tinggi kemudian memiliki peran strategis untuk menemukenali permasalahan pembangunan di daerah yang tentunya lebih dalam dan komprehensif. Meningkatnya jumlah perguruan tinggi (baik dari dosen maupun peneliti) di daerah sepatutnya mengurangi beban kemiskinan yang semakin meluas dan kompleks. Patut kiranya mengapresiasi sejumlah inisiatif beberapa Perguruan Tinggi di Kawasan Timur Indonesia dan sumber daya peneliti melalui Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JiKTI), termasuk kemitraannya yang belum lama ini dilakukan dengan Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat (P2M) IAIN Sultan Amai Gorontalo. Sejumlah peneliti muda di Gorontalo bergerak melalui kesadaran akademiknya untuk mengembangkan kemampuan riset melalui Workshop dan Pelatihan Penyusunan Proposal/Rencana Kerja Penelitian untuk Pengabdian Ilmiah. Sebanyak 40 peserta utusan dari sejumlah Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta di Gorontalo berhasil merumuskan tema-tema penelitian berbasis kemiskinan di Gorontalo. Kegiatan ini merupakan sebuah pengejawantahan peningkatan kapasitas bagi peneliti dan akademisi muda di lingkup Gorontalo.
Barisan muda akademisi ini berupaya menghasilkan riset dan kajian ilmiah Perguruan Tinggi untuk memberikan masukan aktif kepada pemerintah daerah dan pemerhati pembangunan untuk memecahkan persoalan pembangunan dan kemiskinan di daerah. Beberapa hasil kerja kelompok yang diretas selama pelaksanaan workshop yang dibagi menjadi beberapa kelompok adalah:
- Sintesis Energi Berbasis Jejak Ekologi untuk Pengembangan Wisata Berkelanjutan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Olele,
- Substitusi Tepung Ikan Nike dalam Pembuatan Biskuit Bayi sebagai Pengganti ASI dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Kesukaan, Kecukupan Protein dan Kandungan Gizi,
- Upaya Meningkatkan Brand Image Kopi Pinogu di Kancah Nasional dan Internasional Melalui Strategi Marketing Mix, dan
- Manajemen Aset Tanah dalam Masyarakat Gorontalo (Studi Kasus Pengelolaan Makam Tanah Budel).
Harapan dari kegiatan ini adalah bahwa hasil kerja jejaring perguruan tinggi tidak bertepuk sebelah tangan. Karya-karya akademisi yang hendak meretas kemiskinan di daerah sepatutnya menjadi pijakan untuk merumuskan kebijakan pembangunan. Perlu diingat bahwa problem kemiskinan akan mudah dan efektif ditangani dan ditindaklanjuti jika tercipta sebuah harmonisasi yang komprehensif antara pemangku kebijakan pemerintah daerah dan peneliti dan pemerhati pembangunan yang didasarkan atas riset-riset dan hasil kajian ilmiah dan penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Ulasan oleh: Razak Umar dan Rio Abdul Fattah
Penulis dapat dihubungi melalui e-mail di razakumar67@gmail.com
Untuk informasi mengenai JiKTI dan kegiatan terkait JiKTI, dapat menghubungi e-mail JiKTI diinfojikti@bakti.or.id
-
- Log in to post comments
- 132 reads