BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

UN Berbasis Komputer Dinilai Lebih Jamin Kejujuran

DIGITALISASI
UN Berbasis Komputer Dinilai Lebih Jamin Kejujuran
Ikon konten premium Cetak | 8 April 2015 Ikon jumlah hit 9 dibaca Ikon komentar 0 komentar

JAKARTA, KOMPAS — Para pengelola sekolah-sekolah yang akan melaksanakan ujian nasional berbasis komputer optimistis bahwa sistem itu bisa menjamin integritas ujian nasional. Dengan ujian berbasis komputer, sekolah hanya bertindak sebagai penyelenggara. Mereka tidak lagi bersentuhan dengan soal ataupun jawaban ujian.

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada 557 sekolah di 29 provinsi yang akan melaksanakan ujian nasional (UN) berbasis komputer. Jumlah siswa peserta ujian sekitar 170.000 orang.

"Dalam UN daring, hanya ada satu orang dari sekolah yang dipercaya sebagai proctor, yaitu orang yang memegang kata sandi untuk mengakses situs UN. Selain itu, variasi soal juga banyak sehingga tidak ada ruang untuk mencontek," ujar Edy Suprapto, perwakilan bidang kurikulum dari SMAN 78 Jakarta Barat, Selasa (7/4). Di DKI Jakarta, selain SMAN 78, hanya SMAN 70 Jakarta Selatan dan SMAN 30 Jakarta Pusat yang melaksanakan UN berbasis komputer.

Jejak terlacak

Dalam pelaksanaan simulasi UN berbasis komputer, setiap siswa memiliki akses dan kata sandi masing-masing yang harus mereka masukkan setelah proctor mengaktifkan keanggotaan sekolah di situs UN. Setelah itu, siswa baru bisa melihat soal-soal yang harus mereka jawab. Adapun jawaban para siswa langsung diunggah ke sistem daring milik Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Jika terjadi kecurangan, akan terlacak jejaknya karena hanya sedikit orang yang bisa mengakses soal. Semuanya terekam secara digital," ujar Edy.

Pada kesempatan terpisah, Kepala Sekolah SMAN 70 Endang Hidayat menyatakan, sistem daring meringankan beban moral sekolah. "Di samping itu, berdasarkan hasil simulasi, proses UN berbasis komputer jauh lebih praktis daripada UN menggunakan kertas. Sekolah hanya bertanggung jawab memastikan para siswa siap dengan metode ujian serta didukung sarana lengkap," tuturnya.

Simulasi

Sekolah-sekolah yang akan melaksanakan UN daring sudah memulai simulasi minimal sejak satu bulan sebelum UN yang akan jatuh pada 13 April. Di SMAN 78, misalnya, simulasi dilakukan selama dua pekan karena siswa harus mengerjakan soal-soal dari sekolah, dinas pendidikan, suku dinas pendidikan, dan rayon.

Rata-rata, sekolah-sekolah tersebut memiliki 350 hingga 360 siswa yang akan mengikuti UN. Mereka dibagi ke dalam tiga kloter karena jumlah komputer yang tersedia hanya 120-150 unit. Kloter pagi pada pukul 08.00-10.00, siang pukul 11.00-13.00, dan sore pukul 14.00-16.00.

Para siswa yang mendapat kloter siang dan sore diimbau datang ke sekolah 30 menit-1 jam sebelum giliran mereka dimulai. Mereka tidak bertemu dengan siswa kloter pagi. Selain itu, kertas buram yang digunakan siswa untuk menulis rumus ataupun melakukan perhitungan juga harus dikumpulkan kepada pengawas seusai ujian.

Ahli pendidikan Weilin Han mengutarakan, perubahan tersebut merupakan kesempatan baik untuk mengembalikan integritas UN. Selama ini, reputasi UN tercemar akibat perilaku siswa, guru, dan orangtua yang mau bertindak curang demi mendapatkan nilai bagus. (DNE)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/04/08/UN-Berbasis-Komputer-Dinilai-Lebih-Jamin-Kejujuran

Related-Area: