BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Tradisi Lisan Jadi Dasar Kampanye Kerukunan

EBERAGAMAN
Tradisi Lisan Jadi Dasar Kampanye Kerukunan
Ikon konten premium Cetak | 10 Februari 2016 Ikon jumlah hit 0 dibaca Ikon komentar 0 komentar

JAKARTA, KOMPAS — Penelitian Kementerian Agama mengenai nilai-nilai keagamaan dan kerukunan di dalam tradisi lisan ditujukan untuk memperlihatkan bahwa Indonesia memiliki tradisi yang kuat dalam menjaga kerukunan. Hasil penelitian itu diharapkan juga bisa menjadi dasar bagi kampanye kerukunan agama.
Lukman Hakim Saifuddin
WSILukman Hakim Saifuddin

Demikian dikatakan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Selasa (9/2), saat menjelaskan penelitian yang sedang dilakukan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, Kementerian Agama. "Targetnya mengungkap dan memaknai nilai-nilai kerukunan yang ada dalam tradisi. Hal ini merupakan kearifan lokal yang menjadi modal besar dalam merawat keindonesiaan kita," ujarnya.

Sebelumnya diwartakan, Kementerian Agama, Februari 2016, meneliti nilai-nilai keagamaan dan kerukunan dalam tradisi lisan Nusantara. Penelitian difokuskan di tujuh wilayah, yakni Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Kepulauan Riau, Banten, serta Bandung dan Cirebon di Jawa Barat.

Tradisi yang ada di Nusantara ?dan khas di setiap daerah selalu menonjolkan kebersamaan di dalam makna dan pelaksanaannya. Nilai kerukunan itu diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Kompas, 6/2).

Menurut Menteri Agama, hasil penelitian diharapkan menjadi pegangan bagi kampanye kerukunan beragama secara luas dan upaya deradikalisasi kelompok intoleran?. "Dengan tersosialisasikannya hasil penelitian, kontekstualisasinya bisa menjadi pijakan strategis dalam kampanye keberagamaan yang inklusif dan saling bertoleransi," ucap Lukman.

Kepala Balitbang Agama Jakarta Anik Farida mengatakan, penelitian dilakukan dengan membawa sebuah tesis bahwa tradisi lisan yang ada di Nusantara kaya akan nilai-nilai kerukunan dan keagamaan. Tugas peneliti ialah membuktikannya dengan metode yang benar dalam mengolah berbagai instrumen.

"Jadi, bekalnya memang sudah kuat dan kita melakukan dengan cara akademis, dengan penelitian, sehingga bisa dipertanggungjawabkan," ucap Anik.

Menurut Lukman, berbagai penelitian di Kemenag sangat strategis sebagai pijakan untuk menyusun program dan langkah selanjutnya yang juga strategis. Pada 2015, Kemenag melakukan penelitian di enam wilayah di Indonesia mengenai seni tradisional bernuansa keagamaan. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk melestarikan khazanah budaya Indonesia.

Kesenian yang dimaksud meliputi hadrah di Lampung, sarafal anam di Bengkulu, ?syaraf al-anam dan rodat di Palembang, rebana biang di Jakarta, rudat di Banten, serta seni pertunjukan di Cirebon. Hadrah yang kadang-kadang juga disebut musik butabuh menjadi satu seni yang hadir dan muncul bersamaan dengan perkenalan agama Islam. Dalam hal ini, terlihat penyebaran agama dilakukan lewat seni.

Menurut peneliti Balitbang Agama, Agus Iswanto, seni hadrah yang meliputi aspek sastra, tari, dan musik merupakan seni yang terkait dengan ritual sama' dalam tradisi sufi. ?Seperti hadrah, seni sarafal anam masih dipraktikkan oleh masyarakat Bengkulu. Sarafal anam merupakan bentuk kesenian yang dilagukan dengan irama Melayu. Syairnya diambil dari kitab Maulid Syaraf al-Anam.

Menurut Lukman, Kemenag beberapa waktu lalu juga menggelar program dialog pengembangan wawasan multikultural bagi pemuka agama di 33 provinsi. Hasilnya sudah dibukukan dan akan dipublikasikan.

"Kami pada Maret nanti juga akan memulai program dialog lintas guru pendidikan agama.? Dialog guru itu akan dilakukan secara bertahap, dimulai di Nusa Tenggara Timur," ujar Lukman.

?(IVV)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2016/02/10/Tradisi-Lisan-Jadi-Dasar-Kampanye-Kerukunan

Related-Area: