Industri Pangan Olahan
RI Basis Produksi Bahan Tambahan
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia berpotensi menjadi basis produksi dan distribusi bahan tambahan pangan (food ingredients) untuk memasok kebutuhan industri pangan olahan, baik dalam negeri maupun ekspor. Kebijakan pangan Indonesia, terutama terkait masalah produk pangan halal ketat, bisa menjadi ”tiket” ekspor food ingredients ke Asia dan Timur Tengah.
Hal itu diungkapkan Direktur Bisnis UBM Asia Rungphech Rose Chitanuwat selaku penyelenggara pameran Food Ingredients Asia 2014, Rabu (1/10), di Jakarta.
Menurut Rose, dari hasil pertemuan dengan para investor dan pelaku usaha di bidang food ingredients di Asia terungkap bahwa banyak produk food ingredients untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia yang dipasok dari Tiongkok. Padahal, kualitas produk impor ini rendah.
Investor kerap mendiskusikan negara mana yang paling tepat menjadi pusat distribusi dan produksi food ingredients di kawasan Asia, terutama Asia Tenggara. Pilihannya jatuh ke Indonesia.
Indonesia merupakan negara dengan penduduk besar. Permintaan terhadap produk pangan olahan juga besar. Karena itu kebutuhan food ingredients sangat besar. Selain untuk memenuhi kebutuhan industri pangan olahan domestik, juga bisa untuk pasar ekspor.
Dengan kebijakan atau aturan di bidang pangan khususnya produk pangan halal yang ketat di Indonesia dan standar yang tinggi, memungkinkan food ingredients yang diproduksi di Indonesia bisa masuk ke negara-negara kawasan Asia dan Timur Tengah.
Director of South East Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center Purwiyatno Hariyadi mengatakan, pameran Food Ingredients Asia 2014 yang akan berlangsung 15-17 Oktober 2014 diharapkan bisa menginspirasi para pelaku usaha di Indonesia untuk masuk dalam bisnis food ingredients.
Produk bahan pangan yang masuk kategori food ingredients antara lain bahan baku pangan, bahan tambahan pangan, dan zat gizi atau zat penolong dalam produksi pangan.
Untuk memproduksi food ingredients tidak selalu memerlukan teknologi tinggi, tetapi juga bisa dengan teknologi sederhana. Misalnya untuk komoditas cabe atau bawang merah.
Melalui pameran food ingredients, masyarakat bisa mengetahui teknologi untuk menghasilkan bubuk cabe kering begitu sederhana. Produksi cabe di Indonesia besar sehingga penyimpanan diperlukan agar tak rugi akibat merosotnya harga. Banyak pilihan produk food ingredients yang bisa dikembangkan karena Indonesia kaya pilihan komoditas.
Vice President on Program Gabungan Perusahaan makanan dan Minuman Indonesia Lena Prawira mengatakan, berbagai informasi terkait kebijakan baru di bidang pangan olahan juga disampaikan dalam pameran ini. (MAS)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009227977
-
- Log in to post comments
- 97 reads