BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Presiden Jokowi: Bangun Kultur Sesuai Karakter Bangsa

Putuskan Mata Rantai Kekerasan pada Anak
Presiden Jokowi: Bangun Kultur Sesuai Karakter Bangsa
12 Agustus 2015

BOGOR, KOMPAS — Peringatan Hari Anak digelar di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (11/8). Presiden Joko Widodo berpesan agar kita semua membangun kultur yang mencerminkan karakter dan jati diri bangsa Indonesia. Aktivis perlindungan anak berharap pemerintah mau serius membuat gerakan memutus mata rantai kekerasan terhadap anak.

Peringatan Hari Anak yang pertama kali digelar di Istana Negara itu mengusung tema "Wujudkan Lingkungan dan Keluarga Ramah Anak". Tidak banyak yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam peringatan tersebut, selain berpesan agar anak-anak Indonesia cinta lingkungan, rajin belajar, beribadah, dan berolahraga. Selebihnya, tak kurang dari satu jam Presiden menghadirkan keceriaan untuk anak-anak yang hadir dengan "bermain" tebak-tebakan dan membagikan puluhan sepeda.

Saat ditanya wartawan tentang kekerasan yang masih banyak dialami anak, Presiden Jokowi menyatakan, pemerintah, sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat perlu bersama- sama membangun kultur dan nilai yang mencerminkan karakter, kepribadian, dan jati diri bangsa Indonesia. Upaya tersebut membutuhkan waktu jangka panjang.

"Membangun nilai-nilai, membangun kultur itu. Kultur yang santun, penuh tata krama, kultur kerja keras," kata Presiden.

Peringatan Hari Anak Nasional dihadiri Ny Iriana Jokowi, dan Ny Mufidah Jusuf Kalla, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPR Setya Novanto, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Arief Hidayat, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise, serta sejumlah pemimpin lembaga dan menteri lainnya. Tak kurang 2.000 anak dari berbagai daerah mengikuti peringatan itu.

Dalam peringatan tersebut, dibacakan delapan butir Deklarasi Suara Anak Indonesia, hasil Kongres Anak Indonesia 2015. Isi deklarasi itu antara lain komitmen untuk menjauhkan anak dari rokok, minuman keras, dan narkoba; meningkatkan pendidikan karakter anak; memerhatikan pendidikan anak di daerah pelosok; melindungi anak dari kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi; mengawasi makanan anak; memberikan perhatian bagi anak di daerah rawan bencana dan konflik; serta menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada anak.

Putus rantai kekerasan

Seusai mengikuti peringatan di Istana Bogor, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Aris Merdeka Sirait mengajak pemerintah dan seluruh elemen masyarakat memberikan perhatian lebih dan bergerak secara nyata untuk memutus mata rantai kekerasan terhadap anak, terutama kejahatan seksual terhadap anak. Tanpa upaya ini, harapan akan lingkungan ramah bagi tumbuh kembang anak akan sulit terwujud.

"Kongres Anak Indonesia itu melahirkan ajakan konkret, di mana seluruh komponen bangsa perlu bersama-sama memutus mata rantai darurat kejahatan seksual kepada anak, yang faktanya 58 persen pelanggaran-pelanggaran anak tersebut adalah kejahatan seksual. Presiden seharusnya berpesan agar membuat gerakan untuk memutus mata rantai kekerasan itu," katanya.

Peringatan di Istana Negara, lanjut Aris, bisa menjadi momen untuk melaksanakan Instruksi Presiden No 5/2014 tentang gerakan nasional memerangi kejahatan seksual terhadap anak.

Zulkifli Hasan berharap negara hadir melindungi anak dari segala bentuk kekerasan serta memotong rantai kemiskinan, ketertinggalan dan kebodohan yang dialami anak.

Menurut Yohana Yembise, pemerintah dan pemangku kepentingan telah berusaha untuk memenuhi hak tumbuh kembang anak. (WHY/NDY)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/08/12/Putuskan-Mata-Rantai-Kekerasan-pada-Anak

Related-Area: