BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Petani Bulukumba Inspirasi untuk Indonesia

Dari Festival Forum Kawasan Timur Indonesia VII
Petani Bulukumba Inspirasi untuk Indonesia
November 17, 2015

FESTIVAL Forum Kawasan Timur Indonesia ke VII dibuka, hari ini, Selasa (17/11), di Aston Makassar Hotel & Convention Center. Forum yang menyerap berbagai ide dan inovasi dari anak bangsa akan ditampilkan dalam forum yang digelar setiap dua tahun ini.

Reporter: RAHMA AMRI

Salah satu karya anak bangsa yang akan tampil salah satunya berasal dari Kabupaten Bulukumba yakni, petani Salassae Bulukumba Mandiri dengan sistem pertanian alami. Mereka berhasil menciptakan inovasi sehingga berdampak nyata bagi pembangunan bangsa.
Mereka kini terbebas dari jerat penggunaan beragam bahan kimia, mulai dari penyubur tanah, nutrisi tanaman hingga vaksin. Ia kini telah mempraktikkan apa yang disebut pertanian organik atau pertanian alami. Sebagian besar pengetahuan mengidentifikasi dan meramu bahan alami sesuai kebutuhan pertanian dipelajari Kelompok Tani Salassae dari internet, diskusi kelompok, dan coba-coba.
Ancaman utama dalam praktik pertanian yang mengandalkan bahan kimiawi adalah dampak dari penggunaan pestisida. Sebagian besar petani di Indonesia melakukan penyemprotan pestisida tanpa menggunakan masker penutup hidung ataupun kaos tangan untuk melindungi kulit dari bahan kimia. Sebelumnya, di Salassae pertanian menggunakan bahan kimia dilakukan semua orang. Sadar akan bahaya dan risiko penggunaan bahan kimiawi, kelompok tani di Desa Salassae mulai menggunakan pertanian alami. Sejak praktik pertanian alami dilaksanakan pada 2011 silam, sekitar 60 persen petani Salassae beralih menggunakan pertanian alami dan meninggalkan pertanian berbahan kimia.
Selain praktik cerdas dari petani Bulukumba, Festival Forum KTI juga akan menampilkan lima tema lainnya, yakni bank waktu yang dikelola Kelompok Tani Lewo Werang di Honihama Flores Timur, anggaran cerdas yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Kapal Kalabia di Raja Ampat, pengurangan risiko bencana di Sembalun Lombok Timur, dan bank ikan yang dikelola nelayan Tomia, Wakatobi.
Dari Kampung Honihama, Flores Timur, ada Kamilus Tupen, yang berbagi cerita tentang metode unik simpan pinjam tenaga untuk menjadikan berhektar-hektar lahan yang tadinya tidak terurus jadi produktif. Inisiatif Kamilus membentuk kelompok simpan pinjam tenaga ini untuk membangkitkan kembali semangat mengurus kebun dan ladang di kampungnya dengan menggunakan budaya gemohing (gotong royong) agar lahan telantar jadi lebih produktif.
Selain itu, pengalaman pengalokasian anggaran sektor kesehatan akan dibagi dalam kisah sukses dari Sulawesi Utara. Lewat sebuah program yang disebut DAK Like, Sulawesi Utara mengalokasikan anggaran sektor kesehatan dengan lebih masuk akal dan tepat sasaran. Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Siau kini telah meninggalkan pendekatan incremental yang sebelumnya kerap digunakan dalam menyusun anggaran sektor kesehatan. Semua kebutuhan warga terkait sektor kesehatan telah diidentifikasi, termasuk jenis pelayanan kesehatan telah dipilah dan dibuat prakiraan biayanya, serta menghitung daerah yang jangkauannya sulit.
Dari Raja Ampat, Papua Barat, ada kisah tentang Kapal Kalabia, sebuah kapal bermuatan perpustakaan dan kelas yang dibina oleh kelompok anak-anak muda dari Kota Sorong Papua Barat. Bagi Kalabia, laut adalah media yang dilaluinya untuk menghantarkan ilmu pengetahuan bagi anak-anak di Kepulauan Raja Ampat. Bersama Kapal Kalabia, anak-anak disana mengenal ekosistem pantai dan laut beserta berbagai jenis satwa yang ada di perairan sekitar mereka.
Dari Tomia, Wakatobi, La Asiru dan Abas, akan berbagi pengalaman tentang ide menetapkan suatu wilayah di laut Tomia yang disepakati sebagai kawasan bebas penangkapan ikan dan dikenal sebagai bank ikan. Dahulu banyak warga Tomia yang menggunakan bom ikan dan racun demi tangkapan yang lebih banyak. Namun seiring berjalannya waktu, hasil tangkapan yang diperoles semakin sedikit. Terumbu karang di sekitar pulau mereka rusak dan tak sedikit sesama nelayan yang menjadi korban bom ikan. Kedua orang ini mencetuskan ide suatu wilayah laut yang bebas dari penangkapan ikan dan diperuntukkan khusus sebagai tempat ikan berkembang biak. Sejak 15 tahun yang lalu wilayah laut itu dikenal sebagai bank ikan dan hasilnya kini bisa dinikmati warga Tomia, ikan kembali melimpah.
Pengalaman mengurangi risiko bencana di Sembalun Lombok Timur juga akan dipresentasikan dalam FKTI VII. Beberapa kali mengalami bencana alam, mulai dari gempa bumi, gunung meletus, angin puting beliung, banjir, dan longsor, warga Sembalun dan Belanting sadar untuk tidak hanya bisa pasrah dan berpaling dari bencana. Mereka akhirnya memilih mengenal lebih dekat penyebab bencana, mempelajari tindakan yang perlu dilakukan dalam tahap darurat bencana dan memperesiapkan diri dengan mata pencaharian alternatif saat bencana kembali menimpa desanya.
Tujuan Festival Forum KTI adalah berbagi solusi pembangunan, khususnya Praktik Cerdas dan pembelajaran dari berbagai kegiatan dan program pembangunan yang dilaksanakan di berbagai daerah di Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua.(rhm/c)

Sumber: http://beritakotamakassar.com/2015/11/17/dari-festival-forum-kawasan-timur-indonesia-vii/

Related-Area: