TENAGA KESEHATAN
Panggilan Berbakti di Pelosok Negeri
12 Agustus 2015
KOMPAS/FABIO M LOPES COSTADokter Rini Rahman menimbang berat bayi di Balai Desa Kibay, Kecamatan Arso Timur, Kabupaten Keerom, Papua. Rini termasuk salah satu dari delapan dokter PTT yang bertugas di daerah pedalaman di Keerom. Rini turut membawa anaknya, Badranaya (kanan), selama bertugas di Keerom sejak tahun lalu.
Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi Indonesia ialah tingginya angka kematian ibu melahirkan. Tergerak dari rasa penasaran mengapa kematian ibu melahirkan begitu tinggi, Fitriyanti (23) mendaftar Pencerah Nusantara, program yang awalnya digagas Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk Millenium Development Goal.
Kini, Pencerah Nusantara menjadi organisasi nonpemerintah di bawah Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives.
"Dulu saya sempat jadi tenaga sukarela di Padang Pariaman (Sumatera Barat), tetapi tantangannya tak ada. Angka kematian ibunya sudah rendah," ujar lulusan Akademi Kebidanan Pasaman Barat tahun 2012 itu.
Fitriyanti yang jadi anggota tim Pencerah Nusantara 3 ditempatkan di Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, bersama empat rekannya, yakni Dianing Latifah (dokter), Mustafidzh (perawat), Happy Ari Satyani (tenaga kesehatan masyarakat), dan Farahdila Lailatul Qoriah (tenaga kesehatan masyarakat).
Di Pakisjaya yang pada 2014 menjadi penyumbang angka kematian ibu tertinggi di Karawang, Fitriyanti bekerja sama dengan bidan setempat mengisi kelas ibu hamil dan penyuluhan kesehatan ibu dan anak serta kesehatan reproduksi untuk anak sekolah.
Dalam menjalankan tugas di Pakisjaya, tim Pencerah Nusantara 3 harus menjangkau desa paling ujung yang berbatasan dengan Laut Jawa. Aktivitas mereka lebih banyak dihabiskan di luar puskesmas.
Fitriyanti berharap apa yang dilakukan bersama rekan-rekannya selama setahun terakhir di Pakisjaya memberi hasil positif bagi kesehatan warga.
Tantangan lebih
Menjadi bagian dari Pencerah Nusantara juga merupakan keinginan Udin Shaputra Malik (26). Sejak awal, ia ingin mendapat tantangan lebih dari sekadar berkarier sebagai dokter. Anak bungsu dari enam bersaudara itu sejak kuliah aktif dalam kegiatan sosial, termasuk jadi tenaga kesehatan di sejumlah lokasi bencana alam.
Awalnya, niat Udin dipertanyakan orangtuanya yang jadi pengusaha. Orangtua Udin sudah membuatkan klinik di perusahaan mereka. Meski demikian, Udin tetap mendaftar Pencerah Nusantara dan ditempatkan di Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, daerah yang sama sekali tak dikenalnya.
Sebagai mahasiswa lulusan terbaik Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, dengan indeks prestasi kumulatif 4, lokasi tugas baru itu membuatnya kaget. Tak seperti Makassar yang panas, di Tosari, Udin harus beradaptasi dengan udara dingin. Mimisan berkepanjangan dan kulit pecah-pecah dialaminya pada masa awal penempatan.
Di Tosari, kini Udin jadi andalan warga yang ingin berobat setelah salah seorang dokter setempat cuti. Udin dan timnya juga aktif mengunjungi rumah warga untuk mengedukasi mereka tentang pentingnya penanganan kesehatan oleh tenaga kesehatan.
Tim Pencerah Nusantara di Pakisjaya dan Tosari merasakan tak mudah melakukan perubahan di masyarakat. Dokter Pencerah Nusantara di Pakisjaya, Dianing Latifah, mencontohkan, meski rumah warga tampak bagus, tak ada jaminan di dalamnya ada toilet. Masih banyak warga beraktivitas mandi-cuci-kakus di saluran irigasi.
Tenaga kesehatan masyarakat tim Pencerah Nusantara di Pakisjaya, Happy Ari Satyani, mengungkapkan, tak banyak tempat yang bisa mewadahi idealisme tenaga kesehatan yang baru lulus perguruan tinggi. "Di Pencerah Nusantara, kami bisa merancang program kesehatan sendiri, melaksanakan, dan mengevaluasinya," ujarnya.
Selain membantu puskesmas memberikan layanan kesehatan, tim Pencerah Nusantara 3 di Karawang juga melatih kader-kader kesehatan di Pakisjaya. Bahkan, mereka membentuk Bintang Pencerah, kelompok dukungan dan penyuluhan sebaya bagi remaja, yang beranggotakan sekitar 70 siswa sekolah menengah pertama.
Dokter tidak tetap
Pengabdian dan pengorbanan juga dijalani dokter tidak tetap (PTT) di berbagai pelosok negeri. Program PTT untuk tenaga kesehatan ialah program pemerintah demi mengisi kekosongan tenaga kesehatan di daerah.
Rini Rahman, misalnya, menjadi dokter PTT yang bertugas di Puskesmas Pitewi, Desa Kibay, Kabupaten Keerom, Papua. Selama bertugas di sana sejak Mei 2014, ia membawa anaknya yang berusia tiga tahun. Suaminya, Aan Subarkah, adalah pegawai negeri sipil di Surabaya, Jawa Timur. "Saya baru berjumpa dengan suami pada saat liburan Natal dan Idul Fitri," kata perempuan asal Makassar itu.
Rini menyebutkan, dalam memberi layanan kesehatan, ia terkendala tiadanya jaringan komunikasi dan listrik. "Di malam hari, kami hanya memakai lilin saat melakukan operasi persalinan dan menjahit luka robek korban yang kena benda tajam. Positifnya, saya bisa menikmati malam sunyi untuk berefleksi. Ini jarang didapatkan di Surabaya atau Makassar," tuturnya.
Keberadaan para tenaga kesehatan itu turut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Menurut Kepala Puskesmas Pakisjaya Hendra Priyatna Munandar, tim Pencerah Nusantara mendukung pemberian layanan kesehatan, mendorong perbaikan, dan jadi inspirasi.
Sementara bagi tenaga kesehatan, pengalaman bertugas di daerah terpencil menumbuhkan empati dan semangat untuk berkontribusi di bidang kesehatan bagi negeri ini.
(ADH/DIA/FLO)
Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/08/12/Panggilan-Berbakti-di-Pelosok-Negeri
Panggilan Berbakti di Pelosok Negeri
Ikon konten premium Cetak | 12 Agustus 2015 Ikon jumlah hit 216 dibaca Ikon komentar 0 komentar
Kondisi layanan kesehatan di Tanah Air masih timpang. Di berbagai pelosok negeri ini, kehadiran tenaga kesehatan menjadi hal langka. Sejumlah anak muda pun terpanggil untuk memberi layanan kesehatan bagi sesama.
Dokter Rini Rahman menimbang berat bayi di Balai Desa Kibay, Kecamatan Arso Timur, Kabupaten Keerom, Papua. Rini termasuk salah satu dari delapan dokter PTT yang bertugas di daerah pedalaman di Keerom. Rini turut membawa anaknya, Badranaya (kanan), selama bertugas di Keerom sejak tahun lalu.
KOMPAS/FABIO M LOPES COSTADokter Rini Rahman menimbang berat bayi di Balai Desa Kibay, Kecamatan Arso Timur, Kabupaten Keerom, Papua. Rini termasuk salah satu dari delapan dokter PTT yang bertugas di daerah pedalaman di Keerom. Rini turut membawa anaknya, Badranaya (kanan), selama bertugas di Keerom sejak tahun lalu.
Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi Indonesia ialah tingginya angka kematian ibu melahirkan. Tergerak dari rasa penasaran mengapa kematian ibu melahirkan begitu tinggi, Fitriyanti (23) mendaftar Pencerah Nusantara, program yang awalnya digagas Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk Millenium Development Goal.
Kini, Pencerah Nusantara menjadi organisasi nonpemerintah di bawah Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives.
"Dulu saya sempat jadi tenaga sukarela di Padang Pariaman (Sumatera Barat), tetapi tantangannya tak ada. Angka kematian ibunya sudah rendah," ujar lulusan Akademi Kebidanan Pasaman Barat tahun 2012 itu.
Fitriyanti yang jadi anggota tim Pencerah Nusantara 3 ditempatkan di Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, bersama empat rekannya, yakni Dianing Latifah (dokter), Mustafidzh (perawat), Happy Ari Satyani (tenaga kesehatan masyarakat), dan Farahdila Lailatul Qoriah (tenaga kesehatan masyarakat).
Di Pakisjaya yang pada 2014 menjadi penyumbang angka kematian ibu tertinggi di Karawang, Fitriyanti bekerja sama dengan bidan setempat mengisi kelas ibu hamil dan penyuluhan kesehatan ibu dan anak serta kesehatan reproduksi untuk anak sekolah.
Dalam menjalankan tugas di Pakisjaya, tim Pencerah Nusantara 3 harus menjangkau desa paling ujung yang berbatasan dengan Laut Jawa. Aktivitas mereka lebih banyak dihabiskan di luar puskesmas.
Fitriyanti berharap apa yang dilakukan bersama rekan-rekannya selama setahun terakhir di Pakisjaya memberi hasil positif bagi kesehatan warga.
Tantangan lebih
Menjadi bagian dari Pencerah Nusantara juga merupakan keinginan Udin Shaputra Malik (26). Sejak awal, ia ingin mendapat tantangan lebih dari sekadar berkarier sebagai dokter. Anak bungsu dari enam bersaudara itu sejak kuliah aktif dalam kegiatan sosial, termasuk jadi tenaga kesehatan di sejumlah lokasi bencana alam.
Awalnya, niat Udin dipertanyakan orangtuanya yang jadi pengusaha. Orangtua Udin sudah membuatkan klinik di perusahaan mereka. Meski demikian, Udin tetap mendaftar Pencerah Nusantara dan ditempatkan di Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, daerah yang sama sekali tak dikenalnya.
Sebagai mahasiswa lulusan terbaik Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, dengan indeks prestasi kumulatif 4, lokasi tugas baru itu membuatnya kaget. Tak seperti Makassar yang panas, di Tosari, Udin harus beradaptasi dengan udara dingin. Mimisan berkepanjangan dan kulit pecah-pecah dialaminya pada masa awal penempatan.
Di Tosari, kini Udin jadi andalan warga yang ingin berobat setelah salah seorang dokter setempat cuti. Udin dan timnya juga aktif mengunjungi rumah warga untuk mengedukasi mereka tentang pentingnya penanganan kesehatan oleh tenaga kesehatan.
Tim Pencerah Nusantara di Pakisjaya dan Tosari merasakan tak mudah melakukan perubahan di masyarakat. Dokter Pencerah Nusantara di Pakisjaya, Dianing Latifah, mencontohkan, meski rumah warga tampak bagus, tak ada jaminan di dalamnya ada toilet. Masih banyak warga beraktivitas mandi-cuci-kakus di saluran irigasi.
Tenaga kesehatan masyarakat tim Pencerah Nusantara di Pakisjaya, Happy Ari Satyani, mengungkapkan, tak banyak tempat yang bisa mewadahi idealisme tenaga kesehatan yang baru lulus perguruan tinggi. "Di Pencerah Nusantara, kami bisa merancang program kesehatan sendiri, melaksanakan, dan mengevaluasinya," ujarnya.
Selain membantu puskesmas memberikan layanan kesehatan, tim Pencerah Nusantara 3 di Karawang juga melatih kader-kader kesehatan di Pakisjaya. Bahkan, mereka membentuk Bintang Pencerah, kelompok dukungan dan penyuluhan sebaya bagi remaja, yang beranggotakan sekitar 70 siswa sekolah menengah pertama.
Dokter tidak tetap
Pengabdian dan pengorbanan juga dijalani dokter tidak tetap (PTT) di berbagai pelosok negeri. Program PTT untuk tenaga kesehatan ialah program pemerintah demi mengisi kekosongan tenaga kesehatan di daerah.
Rini Rahman, misalnya, menjadi dokter PTT yang bertugas di Puskesmas Pitewi, Desa Kibay, Kabupaten Keerom, Papua. Selama bertugas di sana sejak Mei 2014, ia membawa anaknya yang berusia tiga tahun. Suaminya, Aan Subarkah, adalah pegawai negeri sipil di Surabaya, Jawa Timur. "Saya baru berjumpa dengan suami pada saat liburan Natal dan Idul Fitri," kata perempuan asal Makassar itu.
Rini menyebutkan, dalam memberi layanan kesehatan, ia terkendala tiadanya jaringan komunikasi dan listrik. "Di malam hari, kami hanya memakai lilin saat melakukan operasi persalinan dan menjahit luka robek korban yang kena benda tajam. Positifnya, saya bisa menikmati malam sunyi untuk berefleksi. Ini jarang didapatkan di Surabaya atau Makassar," tuturnya.
Keberadaan para tenaga kesehatan itu turut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Menurut Kepala Puskesmas Pakisjaya Hendra Priyatna Munandar, tim Pencerah Nusantara mendukung pemberian layanan kesehatan, mendorong perbaikan, dan jadi inspirasi.
Sementara bagi tenaga kesehatan, pengalaman bertugas di daerah terpencil menumbuhkan empati dan semangat untuk berkontribusi di bidang kesehatan bagi negeri ini.
(ADH/DIA/FLO)
Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/08/12/Panggilan-Berbakti-di-Pelosok-Negeri
-
- Log in to post comments
- 95 reads