BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Pacu Kebiasaan Menulis di Jurnal Internasional

PENELITIAN
Pacu Kebiasaan Menulis di Jurnal Internasional
Ikon konten premium Cetak | 24 Februari 2016 Ikon jumlah hit 122 dibaca Ikon komentar 1 komentar

JAKARTA, KOMPAS — Menulis makalah ilmiah untuk diterbitkan di dalam jurnal internasional bermutu tinggi belum menjadi budaya bagi akademisi dan peneliti Indonesia. Padahal, selain mengharumkan nama bangsa, penerbitan makalah juga bisa menjadi sumber rujukan ilmiah dalam mencari solusi berbagai persoalan.

Terry Mart, dosen Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, ketika menjadi narasumber pada lokakarya "Penguatan Penelitian dan Publikasi Ilmiah" di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Selasa (23/2), menjelaskan, dari pihak pemerintah dan perguruan tinggi (PT) pada tahun-tahun sebelumnya kurang memberikan insentif kepada para peneliti.

"Kalaupun ada hibah penelitian, pertanggungjawaban yang diminta sekadar penggunaan uang hibah," kata Terry.

Ia mengungkapkan, hasil penelitian PT di Indonesia banyak yang berakhir di ruang penyimpanan, tidak dilanjutkan ke tahap komersialisasi atau diumumkan ke tingkat global. Padahal, jika tidak dimasukkan ke dalam jurnal internasional yang bermutu, mustahil akan diketahui penelitian tersebut sudah memenuhi standar internasional bidang keilmuan yang bersangkutan.

Menurut dia, semestinya pemerintah meminta jaminan bahwa peneliti yang diberi hibah bisa memberikan balasan berupa publikasi internasional, paten, hak kekayaan intelektual, atau komersialisasi hasil penelitian. Dengan demikian, peneliti akan tertantang dan fokus guna menghasilkan sesuatu yang produktif.

Wajib meneliti

Narasumber lain, Direktur Riset dan Program Pengabdian Masyarakat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ocky Karna Radjasa menjelaskan, pemerintah melakukan program hilirisasi dan komersialisasi riset. Dosen diberi hibah penelitian oleh kementerian ataupun PT dan diwajibkan melakukan penelitian. "Jika dalam jangka waktu tertentu dosen tidak melakukan penelitian dan menerbitkannya, posisi dia sebagai pengajar bisa dilepas," ujarnya.

Ocky menuturkan, penelitian bisa dilakukan dalam bentuk pengabdian masyarakat di dalam mencari jalan keluar persoalan yang dihadapi oleh khalayak Indonesia ataupun wilayah tertentu. Peneliti juga bisa memilih untuk memuat hasil penelitian ke dalam jurnal internasional, mematenkannya, mengomersialisasikan, atau menjadikannya dasar bahan kuliah.

Rektor UNJ Djaali menjelaskan, pihaknya menerapkan pola kebijakan, yaitu dosen mengambil porsi 9 satuan kredit semester (SKS) untuk mengajar dan 3 SKS untuk meneliti. (DNE)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2016/02/24/Pacu-Kebiasaan-Menulis-di-Jurnal-Internasional

Related-Area: