BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Lubang Jalan Itu Setinggi Mobil

INFRASTRUKTUR
Lubang Jalan Itu Setinggi Mobil
Ikon konten premium Cetak | 13 Agustus 2015 Ikon jumlah hit 114 dibaca Ikon komentar 0 komentar

KOMPAS/FRANS SARONGJaringan jalan provinsi Pa'an Leleng-Wukir (45 kilometer) di Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa (4/8), hancur di banyak lokasi, di antaranya di Panang, Desa Pa'an Waru, Kecamatan Elar Selatan. Badan jalan mirip alur sungai dengan sisi dinding hampir setinggi mobil.

Akibatnya, perkampungan sekitarnya terisolasi. Kendaraan yang berani melintas hanya jenis mobil bergardan ganda atau truk sebagai angkutan penumpang sekaligus angkutan barang. Ketika musim hujan, akses jalan praktis terputus total karena di banyak tempat berubah menjadi genangan berlumpur dan sangat licin. Padahal, jaringan jalan itu sejatinya adalah nadi perekonomian masyarakat sekitarnya.

Kisol adalah titik awal persimpangan menuju Wukir setelah lepas dari jalan negara Lintas Flores yang beraspal mulus. Kisol yang juga terkenal karena keberadaan lembaga pendidikan unggulan SMP dan SMA Seminari (sekolah bagi calon pastor) berada sekitar 10 kilometer sebelah timur Borong, kota Kabupaten Manggarai Timur. Adapun Wukir ialah kota Kecamatan Elar Selatan.

Jaringan jalan itu sebagian berstatus jalan kabupaten, yakni dari Kisol hingga Pa'an Leleng (sekitar 35 kilometer). Selanjutnya, dari Pa'an Leleng hingga Wukir (45 kilometer) merupakan jalan provinsi. Kondisi amat parah justru sepanjang jalan penggalan terakhir itu.

Sebagaimana dialami Kompas pada 5 Agustus lalu, perjalanan dengan mobil bergardan ganda untuk jarak 80 kilometer itu membutuhkan waktu sekitar 15 jam. Waktu terbanyak atau sekitar 12 jam dihabiskan untuk pelintasan Pa'an Leleng-Wukir.

"Melintasi jalan Kisol-Wukir, terutama dari Pa'an Leleng, tidak cukup hanya dengan kendaraan bergardan ganda. Ban mobil juga harus masih bergerigi utuh dan berukuran setidaknya bermal 18," ujar pengemudi Arifintus Foni.

Kondisi jaringan jalan itu rata-rata hancur. Kondisi amat parah di antaranya ruas Golo Kok-Bebot di Kecamatan Kotakomba. Lainnya, jaringan jalan melintas Desa Pa'an Waru, Linde, Paling, dan Simpang Lima-Wukir di Elar Selatan. Badan jalan mirip alur sungai.

Warga Desa Langgasai yang juga tokoh masyarakat Elar Selatan, Gregorius Watu (59), mengatakan, sudah belasan tahun masyarakat sulit menjual berbagai hasil kebun ke Borong atau Ruteng (kota Kabupaten Manggarai) akibat buruknya jaringan jalan. "Beras dari ladang atau sawah petani di Elar Selatan hanya dihargai Rp 6.000 per kilogram. Padahal, kalau di Borong atau Ruteng, beras kami laku dengan Rp 10.000 per kilogram karena dipastikan masih bebas dari kontaminasi penggunaan pupuk kimia," ujar mantan kepala desa dua periode itu, di Langgasai. Contoh lainnya, kopi di Elar Selatan laku seharga Rp 18.000 per kilogram. Sementara di Borong, komoditas sejenis kini Rp 26.000 per kilogram.

Kantong ekonomi

Meliputi 13 desa, Elar Selatan merupakan salah satu kantong ekonomi Manggarai Timur. Lahan yang subur rata-rata ditanami kopi. Kebun kopi bahkan merambah hingga puncak Tuwit, bukit yang diyakini sebagai peninggalan leluhur mereka bernama Ndiwal.

Kawasan itu juga kaya dengan lahan sawah, dengan areal efektif sekitar 2.000 hektar, terutama membentang di hamparan Gising, Sisar, dan Pu-u Pelus. "Kami punya potensi ekonomi menjanjikan. Namun hasilnya sulit mendapatkan harga baik akibat hambatan transportasi untuk menjualnya ke Borong atau Ruteng," ujar Mickael Limbu (70), tetua Kampung Pau'a, Desa Mosi Ngaran, tetangga Langgasai.

Keterisolasian Elar Selatan juga menjadi penyebab tingginya harga berbagai kebutuhan pokok yang harus didatangkan dari luar wilayah. Sebagai contoh, bensin atau solar di perkampungan Langgasai dan sekitarnya dijual seharga Rp 25.000-Rp 30.000 per liter.

Biaya transportasi pun menjadi mahal. Bepergian dengan truk penumpang dari Wukir ke Borong atau sebaliknya ongkosnya Rp 200.000 untuk perjalanan pergi pulang di luar muatan lainnya.

Anggota DPRD Manggarai Timur, Vinsen Reamur, mengatakan, pihaknya sudah amat sering mendesak pemerintah kabupaten dan provinsi agar jaringan jalan Kisol-Wukir segera diperbaiki. Alasan utamanya karena menghubungkan kantong ekonomi di kawasan itu. Menurut dia, jaringan jalan yang sejak lama hancur adalah salah bentuk kelalaian bahkan contoh tanpa kehadiran pemerintah di kawasan itu.

"Pembenahan jalan yang menjadi nadi perekonomian masyarakat seharusnya menjadi prioritas," ujar anggota Fraksi Partai Golkar itu.

Sejumlah warga di Elar Selatan mengakui sudah amat sering mengeluhkan buruknya kondisi jalan Kisol-Wukir terutama jaringan jalan provinsi Pa'an Leleng-Wukir. Namun, keluhan itu tidak pernah direspons pemerintah, sementara kondisi jalan bertambah rusak.

Didorong rasa kecewa yang memuncak atas kondisi itu, para tetuanya berencana menyampaikan proposal khusus kepada Gubernur Frans Lebu Raya di Kupang. Isinya, memohon pengadaan dedak sekadar membalut jalan licin dan berlubang dalam agar kendaraan bisa melintas.

"Kalau pihak Provinsi NTT tetap tidak mampu memperbaiki jalan Pa'an Leleng-Wukir dengan pengaspalan, kami meminta Gubernur Frans Lebu Raya menggantinya dengan dedak saja. Kebetulan sejak lama dedak selalu diandalkan sekadar mengatasi jalan licin dan berlumpur hingga kendaraan bisa melintas meski secara darurat," kata Stanis Rande (50), salah seorang tokoh masyarakat.

Fidelis Rondong (71), tetua desa, mengisahkan, kawasan Elar Selatan pernah terbebas dari keterisolasian ketika kepemimpinan Gaspar Ehok sebagai Bupati Manggarai selama 10 tahun (1990-an). Saat itu perjalanan Ruteng-Wukir (130 kilometer) dengan truk penumpang atau jenis kendaraan lainnya membutuhkan waktu hanya sekitar 6 jam. Begitu juga Borong-Wukir (90 kilometer) hanya sekitar 4 jam.

"Saat ini Ruteng-Wukir sekitar 20 jam, sementara kalau dari Borong sekitar 15 jam," ujar Gregorius Watu, tetua desa.

Bupati Manggarai Timur Yosef Tote, di Borong, Sabtu (8/8), berjanji akan mengusahakan alokasi dana untuk perbaikan jalan Kisol-Pa'an Leleng tahun depan. (frans sarong)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/08/13/Lubang-Jalan-Itu-Setinggi-Mobil

Related-Area: