Indonesia Tangguh
Listrik untuk Pulau Terluar
10 Agustus 2015
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menargetkan 34.178 pelanggan di 47 tempat di pulau-pulau terluar Indonesia akan mendapat aliran listrik pada bulan ini. Program itu merupakan janji pemerintah. Namun, pemerintah diminta berhati-hati dalam proyek yang pelaksanaannya terbilang singkat itu.
Menurut rencana, wilayah di pulau-pulau terluar Indonesia itu akan dialiri listrik seiring Ulang Tahun Ke-70 Kemerdekaan RI.
Dalam diskusi mengenai ketenagalistrikan di Jakarta, Minggu (9/8), hal-hal tersebut mengemuka. Diskusi menghadirkan Direktur Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jarman, Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa, dan Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya Widya Yudha sebagai pembicara.
Jarman mengatakan, saat ini pemasangan transmisi dan ketersediaan mesin pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) di 43 wilayah sudah selesai. Dalam beberapa hari mendatang, 4 tempat yang tersisa juga segera dituntaskan. Dengan demikian, semua tempat itu teraliri listrik pada 20 Agustus 2015. Sebanyak 47 tempat terluar itu membentang dari Aceh, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, hingga Papua.
Untuk sementara, lanjut Jarman, tenaga listrik didapat dari PLTD untuk mengaliri rumah pelanggan. Adapun kapasitas mesin pembangkit yang dipakai bervariasi, sesuai kebutuhan di setiap lokasi, yang berkisar 100 kilowatt-1.000 kilowatt. Tahun depan, pemerintah akan memanfaatkan tenaga dari energi baru terbarukan, seperti tenaga bayu, hidro, dan panas matahari.
"Jadi, nanti sumber energi listriknya akan digabung antara PLTD dan pembangkit dari tenaga bayu, hidro, atau tenaga matahari, tergantung ketersediaan jenis energi di setiap wilayah," kata Jarman.
content
Satya Widya Yudha mengingatkan agar proyek ini tak bergantung pada pemakaian diesel sebagai tenaga pembangkit. Sebab, diesel-yang menggunakan solar-membutuhkan ongkos lebih mahal dan kemungkinan besar tak dapat menerangi wilayah-wilayah itu selama 24 jam.
"Sebaiknya pemerintah terus mengembangkan pembangkit listrik dari energi baru terbarukan agar tidak bergantung pada bahan bakar minyak yang ongkosnya lebih mahal," kata Satya.
Berhati-hati
Fabby Tumiwa mengingatkan pemerintah untuk tetap teliti dan berhati-hati dalam proyek ini. Fabby menyebut proyek ini dikerjakan secara kilat. Padahal, proyek yang terkesan kilat umumnya kurang memperhatikan mutu dan keandalan operasi peralatan yang dipakai.
Fabby khawatir setelah proyek ini diresmikan, peralatan yang dibeli tidak terawat dan cepat rusak sehingga masyarakat kembali tidak dapat menikmati aliran listrik.
"Selain itu, perlu diantisipasi pula bahwa apabila listrik sudah mengalir, produktivitas masyarakat atau aktivitas ekonomi akan meningkat, sampai dua kali lipat. Akibatnya, pemakaian listrik akan melonjak dan bisa berujung pada defisit listrik. Hal ini harus diperhatikan pemerintah," kata Fabby. (APO)
Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/08/10/Listrik-untuk-Pulau-Terluar
-
- Log in to post comments
- 115 reads