PERFILMAN
Kembangkan Film sebagai Produk Budaya
Ikon konten premium Cetak | 2 April 2015 Ikon jumlah hit 98 dibaca Ikon komentar 0 komentar
JAKARTA, KOMPAS — Pembentukan Pusat Pengembangan Film di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah disetujui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Lembaga ini akan lebih fokus untuk mengembangkan perfilman sebagai produk budaya, tanpa menghindari nilai ekonominya.
"Melalui pembentukan Pusat Pengembangan Perfilman di bawah Kemdikbud ini, pemerintah serius membawa film sebagai produk budaya," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbud Kacung Marijan, di Jakarta, Rabu (1/4).
Tolok ukur keberhasilan produk film selama ini masih berorientasi pasar. Mengembangkan perfilman sebagai produk budaya diharapkan tidak sekadar demi kepentingan ekonomi, tetapi juga mengarahkan film sebagai produk budaya. Jadi, kepentingannya tidak semata didasari untung-rugi pasar, tetapi lebih mengutamakan budaya.
"Warisan sejarah dan kebudayaan kita masih sangat banyak yang belum disentuh untuk pengembangan perfilman kita," kata Kacung.
Peta baru Indonesia
Sutradara film senior Garin Nugroho sebelum pemutaran karya film terbarunya, Guru Bangsa Tjokroaminoto, di Jakarta, Selasa lalu, juga menyampaikan bahwa kepentingan pasar bukanlah yang paling utama pada perfilman. Menurut dia, meledaknya sebuah film sehingga menyedot banyak penonton bukanlah satu-satunya tujuan. "Melalui film ini, setidaknya kita memberikan peta baru tentang Indonesia yang akan bermanfaat selamanya," katanya.
Film Guru Bangsa Tjokroaminoto yang berdurasi 2 jam 40 menit diputar serentak pada 9 April nanti. Menurut Garin, film itu memberikan pemikiran keindonesiaan sejak jauh sebelum kemerdekaan 1945, tetapi tetap relevan hingga sekarang.
"Seperti mempertanyakan, siapa penduduk asli untuk pemerintahan yang akan didirikan sendiri pada masa itu hingga sekarang. Itu juga tidak pernah bisa terjawab," kata Garin.
Hal tersebut diungkap tokoh Stella, anak blasteran dengan bapak dari Belanda dan ibu dari Bali yang menjadi budak dalam film Tjokroaminoto. Di bagian akhir film, tokoh ini mempertanyakan, siapa penduduk asli yang dimaksudkan Tjokroaminoto dalam artikel koran yang diterbitkan organisasi Sarekat Islam yang dipimpin Tjokroaminoto.
Bangsa Indonesia memperingati Hari Film Nasional pada 30 Maret 2015. Kemdikbud menggiatkan kampanye "Ayo Nonton Film Indonesia", dengan mengarahkan bioskop di seluruh Indonesia untuk memutar film lokal. Gerakan itu juga dicanangkan Presiden Joko Widodo di Istana Negara. (NAW)
Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/04/02/Kembangkan-Film-sebagai-Produk-Budaya
-
- Log in to post comments
- 358 reads