Singapura Minati Buah Lokal
Indonesia Usulkan Pembukaan Akses untuk Produk Olahan Unggas
Ikon konten premium Cetak | 13 Agustus 2015 Ikon jumlah hit 141 dibaca Ikon komentar 0 komentar
MAKASSAR, KOMPAS — Sejumlah komoditas sayuran dan buah-buahan lokal Indonesia berpeluang besar menjadi komoditas ekspor di pasar Singapura. Terbukti secara rutin importir dari Singapura terus meminta beberapa produk buah lokal, seperti markisa, jeruk pamello, dan durian sulawesi, untuk diekspor ke "Negeri Singa".
Potensi ekspor buah lokal ke pasar Singapura ini mengemuka dalam The 11th Indonesia-Singapore Agribusiness Working Group di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (12/8).
Dalam pertemuan itu, delegasi Indonesia dipimpin Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian Yusni Emilia Harahap. Sementara delegasi dari Singapura dipimpin Chief Executive Officer Agri-food and Veterinary Authority Tan Poh Hong.
"Singapura adalah pasar yang cukup bagus. Selain dekat, mereka juga sangat bergantung pada impor untuk komoditas buah dan sayuran, termasuk perikanan. Selama ini, produk buah dan sayuran lokal Indonesia secara rutin dikirim ke sana. Sarana transportasi yang menunjang ekspor juga cukup memadai," kata Yusni.
Bahkan, saat ini, sejumlah komoditas baru, seperti markisa asal Malino, Sulawesi Selatan; durian berdaging warna kuning asal Sulawesi, terutama asal Luwu dan Palopo; serta jeruk pamello asal Kabupaten Pangkep; sangat diminati.
"Kami juga memperkenalkan bawang merah dan olahannya berupa bawang goreng dan pasta. Itu pun mereka berminat," katanya.
Selama ini, komoditas yang rutin diekspor adalah manggis, semangka, melon, mangga, avokad, salak, jambu, nanas, pepaya, pisang, kubis, kentang, selada, tomat, jahe, dan banyak komoditas lain.
"Karena itu, kami berharap ini bisa menjadi perhatian pemerintah untuk memperbaiki kualitas dan meningkatkan produktivitas agar peluang pasar ini bisa terus dikuasai secara berkesinambungan," ujar Yusni.
Tiga negara
Kebutuhan akan impor buah dan sayur itu dibenarkan Tan Poh Hong. "Selama ini, komoditas pertanian, seperti sayur, buah-buahan, dan perikanan, untuk keperluan di negara kami umumnya didatangkan dari luar. Ada tiga negara yang memiliki peluang mengisi pasokan tersebut, yakni Indonesia, Tiongkok, dan Vietnam. Ketiga negara ini berkompetisi mengisi kebutuhan pasokan sayur, buah, dan perikanan di Singapura," paparnya.
Sejak implementasi Indonesia-Singapore Agribusiness Working Group dimulai, kinerja ekspor Indonesia mengalami fluktuasi. Sepanjang Januari-Juni 2015, misalnya, volume ekspor sayuran ke Singapura baru mencapai 11.764 ton. Jumlah ini sebenarnya sudah meningkat 16 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2014. Adapun ekspor buah periode Januari-Juni tahun ini mencapai 943 ton. Volume impor ini meningkat 35 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dalam forum ini, Indonesia mengusulkan pembukaan akses pasar produk olahan unggas mengingat tingginya permintaan produk olahan daging, misalnya nugget, sosis, dan karaage.
Saat ini sudah ada satu perusahaan dari Indonesia yang bergerak dalam produksi dan ekspor telur asin yang tercatat sebagai eksportir terakreditasi dan terdaftar. Sementara empat perusahaan lain sudah siap untuk melakukan ekspor ke Singapura, bahkan sudah memenuhi syarat biosekuritas untuk ekspor produk olahan unggas ke Jepang.
Terkait kerja sama ekspor ini, pelaku bisnis di Singapura menginginkan misi bisnis di Indonesia dilakukan ke daerah-daerah berbeda. Dengan demikian, para petani memiliki potensi untuk melakukan ekspor ke Singapura. Selain itu, para eksportir dapat pula bertemu di Singapura.
Untuk distribusi barang ekspor, sejauh ini transportasi yang digunakan juga cukup memadai. Singapura memiliki maskapai penerbangan yang dapat digunakan sebagai sarana distribusi. Maskapai itu di antaranya Singapore Airlines, Silk Air, dan Jetstar. Sementara Indonesia punya Garuda Indonesia, Lion Air, dan Indonesia Air Asia.
Kebutuhan cukup
Sementara itu, di Jember, Jawa Timur, sebenarnya produksi cabai nasional cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan industri makanan dalam negeri. Akan tetapi, karena distribusi produksi yang tidak merata dan fluktuasi harga, harga komoditas ini menjadi tinggi.
Dugaan para petani, kekacauan soal cabai yang memicu lonjakan harga tersebut disebabkan tidak ada informasi akurat mengenai jadwal tanam. Dengan demikian, tidak terjadi pemerataan tanaman cabai antardaerah.
"Kami ingin petani untung yang sebenarnya, yakni di atas biaya produksi," kata Abdul Hamid, Sekretaris Jenderal Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) di aula Bank Indonesia Jember, Jawa Timur, Rabu.
Oleh sebab itu, AACI Jawa Timur menggelar rapat kerja di Jember untuk menyamakan persepsi dan informasi mengenai produksi cabai yang akurat. Kebutuhan cabai nasional sebesar 1,2 juta ton masih bisa terpenuhi oleh petani cabai di sejumlah daerah.
"Agar petani menikmati untung, perlu pendistribusian tanaman biar merata. Saat ini, sekitar 60 persen produksi cabai nasional dari Jawa Timur. Dari jumlah itu, sekitar 60 persen produksi cabai Jawa Timur dihasilkan dari Jember dan Banyuwangi," kata Abdul Hamid.
(REN/SIR)
Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/08/13/Singapura-Minati-Buah-Lokal
-
- Log in to post comments
- 110 reads