Forum Perdamaian Dunia
Indonesia Berbagi Pengalaman
JAKARTA, KOMPAS — Bangsa Indonesia pernah menghadapi sejumlah konflik, tetapi berhasil menyelesaikannya dengan membangun kehidupan yang damai dan saling menghargai di tengah kemajemukan. Hal itu merupakan pengalaman yang berharga dan dapat dibagikan kepada masyarakat dunia.
”Kita semua harus bekerja sama mendorong resolusi konflik. Untuk itu, Indonesia bisa berbagi kisah sukses dalam membangun perdamaian, seperti di Aceh dan Maluku,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah M Din Syamsuddin dalam pembukaan World Peace Forum (WPF) V di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Kamis (20/11). Acara ini sekaligus merupakan rangkaian peringatan Milad Ke-102 Muhammadiyah.
WPF dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla. Hadir memberikan sambutan, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI Zulkifli Hasan dan pendiri sekaligus pemimpin Cheng Ho Multiculture Education Trust Tan Sri Lee Kim Yew. Acara ini diikuti sekitar 100 peserta dari 38 negara, yang terdiri dari tokoh agama, tokoh politik, pemimpin lembaga perdamaian, dan perwakilan media massa. Mereka berkumpul dan berdialog di Jakarta selama tiga hari, 21-23 November 2014, dengan tema ”Quest for Peace: Sharing Lessons from Conflict Resolution”.
Saat membuka WPF, Jusuf Kalla mengatakan, perdamaian tidak bisa diselesaikan hanya dengan diskusi. ”Konferensi semacam ini harus membawa langkah amaliah untuk perbaikan keadilan, kemakmuran, kehidupan masyarakat yang harmonis. Tidak hanya (membicarakan) bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana mencegah konflik,” katanya.
Sejak merdeka pada tahun 1945, menurut Kalla, bangsa Indonesia pernah menghadapi sekitar 15 konflik besar yang memakan korban lebih dari 1.000 orang. Sekitar 10 konflik terjadi akibat ketidakadilan ekonomi, sosial, dan politik. Hanya lima kasus yang berlatar belakang ideologi dan separatisme. ”Apabila ingin kedamaian, kita harus menjaga persatuan, kemakmuran, dan keadilan,” tuturnya.
Sementara itu, Tan Sri Lee Kim Yew menghargai Muhammadiyah yang bekerja sama untuk menggelar WPF sampai penyelenggaraan ke-5 ini. Dia memuji Indonesia sebagai negara modern dengan penduduk Muslim terbesar di dunia.
Tan Sri Lee mengajak semua pemimpin agama untuk terus mengampanyekan nilai-nilai kebaikan dan kedamaian dalam setiap ajaran agama. Nilai-nilai itu hendaknya menjadi landasan moral masyarakat dalam kehidupan di tengah keberagaman.
Adapun Zulkifli menekankan pentingnya membangun perdamaian. Seluruh warga dunia harus berkomitmen menciptakan tatanan dunia yang damai. Konflik cenderung memiliki aspek yang kompleks, dan umumnya akibat ketidakadilan dan kegagalan mengelola kemajemukan.
”Dalam kemajemukan, perlu prinsip universal yang diterima seluruh masyarakat. Dalam diri manusia harus tumbuh rasa saling menghargai perbedaan,” kata Zulkifli. (IAM)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010214758
-
- Log in to post comments
- 315 reads