JAKARTA, KOMPAS — Penurunan harga komoditas berkontribusi terhadap melambatnya pertumbuhan penyaluran kredit industri perbankan, terutama sektor perkebunan dan pertambangan.
Namun, saat penyaluran kredit turun, kredit macet justru naik.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah menjelaskan, perlambatan pertumbuhan kredit untuk sektor perkebunan dan pertambangan serta kredit macet (NPL) untuk sepanjang 2014 masih diteliti.
”Sementara ini, daerah penghasil komoditas yang penyaluran kredit dari perbankan sudah menunjukkan indikasi melambat adalah Kalimantan Timur dan beberapa daerah di Sumatera. Kredit macet umumnya dari perusahaan-perusahaan kecil,” kata Halim, di Jakarta, akhir pekan lalu.
Kredit dari industri perbankan umum kepada debitor sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan (yang di dalamnya termasuk perkebunan) pada Oktober 2014 sebesar Rp 201,8 triliun, tumbuh 20,62 persen dalam setahun. Padahal, pada Oktober 2013, kredit ke sektor itu masih tumbuh 25,47 persen.
Kredit macet justru meningkat dari 1,64 persen pada Oktober 2013 menjadi 2 persen pada Oktober 2014.
Kredit ke sektor pertambangan dan penggalian pada Oktober 2014 hanya tumbuh 14,4 persen selama setahun dari Rp 109,79 triliun menjadi Rp 125,6 triliun. Pada Oktober 2013, penyaluran kredit masih tumbuh 16,1 persen dalam setahun. NPL juga naik, dari 1,85 persen menjadi 3,34 persen.
Masih tertekan
Satu hal yang patut diperhatikan investor dan pemangku kepentingan di sektor itu adalah masih akan tertekannya harga komoditas. Para analis memperkirakan, kondisi ini akan berlangsung setidaknya hingga akhir triwulan kedua tahun ini.
”Selama minyak mentah turun (harganya), komoditas pun akan turun,” kata Direktur Indopremier Investment Management Ernawan Salimsyah.
Menurut Ernawan, suplai menyak mentah tidak berkurang, sementara permintaan cenderung turun. Hal ini seiring konstraksi ekonomi di Jepang, zona Eropa, Rusia, dan Tiongkok.
Ekonom Standard Chartered Bank Eric Sugandi memperkirakan, akan ada peluang naiknya harga komoditas pada triwulan II-2015. Namun, komoditas minyak sawit akan cenderung tertekan pada tahun ini.
Data perdagangan yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik menunjukkan, nilai ekspor sejumlah komoditas terus turun. Ekspor bahan bakar mineral pada Januari-November 2014 hanya 19,4 miliar dollar AS, turun 14,3 persen dari periode yang sama tahun 2013. (AHA/BEN)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000011349059
-
- Log in to post comments
- 80 reads