Deteksi Dini Gejala DBD Sebelum Terlambat
J Galuh Bimantara
Siang | 30 Januari 2016 15:10 WIB Ikon jumlah hit 173 dibaca Ikon komentar 0 komentar
JAKARTA, KOMPAS — Jika demam tinggi muncul mendadak, disertai nyeri kepala, ulu hati, atau belakang bola mata, selain itu timbul bintik-bintik merah pada kulit, Anda perlu segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat. Gejala itu merupakan gejala umum demam dengue yang bisa berlanjut ke demam berdarah dengue (DBD).
Petugas melakukan pengasapan di permukiman padat di Kelurahan Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Rabu (27/1/2016). Pengasapan oleh puskesmas setempat merupakan upaya mencegah penyebaran demam berdarah dengue (DBD) yang kembali marak karena perubahan cuaca. Namun, cara yang paling efektif adalah melakukan upaya 3M, yakni menutup dan rutin menguras tempat penampungan air serta mengubur atau mendaur ulang sampah agar tidak menampung genangan air.
KOMPAS/PRIYOMBODOPetugas melakukan pengasapan di permukiman padat di Kelurahan Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Rabu (27/1/2016). Pengasapan oleh puskesmas setempat merupakan upaya mencegah penyebaran demam berdarah dengue (DBD) yang kembali marak karena perubahan cuaca. Namun, cara yang paling efektif adalah melakukan upaya 3M, yakni menutup dan rutin menguras tempat penampungan air serta mengubur atau mendaur ulang sampah agar tidak menampung genangan air.
Gejala harus cepat direspons agar mendapat evaluasi diagnostik dan tata laksana segera. "Jika tidak, bisa berlanjut ke stadium yang lebih berat," kata Adityo Susilo, dokter spesialis penyakit dalam pada Divisi Penyakit Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, saat dihubungi, Sabtu (30/1/2016) di Jakarta.
Adityo menuturkan, tingkat keparahan infeksi virus dengue terbagi dalam empat stadium. Stadium 3 dan 4 tergolong berat dan masuk tahap sindrom syok tinggi. Dalam tahap tersebut bisa terjadi perdarahan di berbagai bagian tubuh serta mengakibatkan organ-organ terganggu. Jika sampai terlambat, risiko terhadap keselamatan penderita sangat besar.
Tenaga medis akan selalu memantau kondisi penderita selama menjalani pengobatan di rumah sakit, yakni dengan pemeriksaan darah rutin. Salah satu indikasi adalah kadar trombosit. Jika kadar di bawah 150.000 per milimeter kubik, pasien belum aman alias masih dalam masa kritis.
Menurut Adityo, obat dan vaksin untuk menangkal virus dengue belum ditemukan. Berbagai lembaga masih berupaya untuk mengembangkannya. Kabar baiknya, virus itu adalah akan hilang seiring menguatnya kekebalan tubuh manusia. Walaupun tanpa ditangani dengan obat khusus guna menekan virus dengue, intervensi medis untuk meningkatkan kekebalan tubuh pasien DBD efektif menyembuhkan. "Dokter berusaha sebaik mungkin memproteksi pasien melewati masa infeksi. Setelah virus hilang, pasien masuk masa pemulihan, kemudian sehat seperti sedia kala," ujarnya.
Senantiasa waspada
Virus dengue penyebab DBD ditransmisikan oleh nyamuk betina, kebanyakan dari spesies Aedes aegypti, seperti yang terjadi di Indonesia. Penyakit itu tersebar luas di wilayah tropis, dengan variasi kerentanan penularan dipengaruhi jumlah curah hujan, suhu udara, serta urbanisasi cepat yang tanpa perencanaan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), satu estimasi menunjukkan, 390 juta kasus infeksi dengue terjadi per tahun dengan 96 juta kasus termanifestasi secara klinis (dengan berbagai tingkatan kesakitan). Studi lain terkait prevalensi infeksi dengue menyebutkan, 3.900 juta orang di 128 negara berisiko terserang virus tersebut.
Di Indonesia, data terkini Kementerian Kesehatan menunjukkan, saat ini kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD) terjadi di tujuh kabupaten dan dua kota yang berada di lima provinsi. Salah satu kasus DBD terbanyak terdapat di Kota Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, yakni 108 orang. Sementara itu, di Kaimana, Papua Barat, terdapat 25 kasus DBD, di Kota Bekasi, Jawa Barat, kasus DBD sebanyak 159 orang, dan di Jakarta Barat 52 kasus (Kompas, 30/1/2016).
Adityo mengatakan, warga di daerah yang sudah ada kasus DBD harus mewaspadai penularan penyakit ini. Selain itu, warga juga perlu lebih waspada ketika memasuki pergantian musim, baik dari musim hujan ke kemarau maupun sebaliknya. Jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti tumbuh dan berkembang dengan baik hanya di air bersih, dan pada air genangan yang tenang.
Jika hujan lebat masih berlangsung selama musim hujan, perkembangan jentik kemungkinan terhambat karena jentik terbawa aliran air yang deras. Pada peralihan musim, turunnya hujan tidak seintensif musim hujan sehingga lebih potensial meninggalkan genangan air. Namun, musim hujan saat ini yang terdampak El Nino membuat turunnya hujan tidak intens di sejumlah daerah sehingga juga memperbesar risiko walaupun belum masuk pancaroba.
Prinsipnya, kata Adityo, siklus hidup nyamuk Aedes aegypti berlangsung sepanjang tahun sehingga kewaspadaan harus senantiasa ada walau sedang tidak dalam peningkatan risiko penularan dengue.
Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Oscar Primadi mengimbau masyarakat untuk membiasakan hidup bersih dan sehat guna menangkal DBD. Salah satu kuncinya, pemberantasan sarang nyamuk. Bentuk kegiatan antara lain menutup dan rutin menguras tempat penampungan air, mengubur atau mendaur ulang sampah, serta tidak menggantung pakaian pada tembok atau pintu kamar.
Sumber: http://print.kompas.com/baca/2016/01/30/Deteksi-Dini-Gejala-DBD-Sebelum-Terlambat
- Log in to post comments
- 74 reads