BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Bangga Anak Muda, Bangga Indonesia

Indonesia Tangguh
Bangga Anak Muda, Bangga Indonesia
Ikon konten premium Cetak | 10 Agustus 2015

Para desainer muda Indonesia ini berjaya di berbagai ajang kompetisi nasional maupun internasional. Mereka kaya dengan gagasan dan kreativitas yang digali dari tradisi Indonesia.

Mari melongok karya yang penuh imajinasi dari Abie Abdillah (28), lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung. Ia memamerkan rancangan bangku bertajuk ”Pretzel”, yang dibuat dari rotan dengan bentuk yang kontemporer, meliuk indah, mirip roti lilit. Bangku panjang yang bisa digunakan untuk duduk saling berpunggungan itu sudah meraih sejumlah penghargaan, di antaranya Honourable Mention Winner di Singapore Furniture Design Award dan Most Inspiring Furniture Design of The Year oleh majalah Skala+.

Abie tekun menggali produk yang berkarakter Indonesia dan memanfaatkan material asli Indonesia. ”Saya fokus pada rotan karena 80 persen kebutuhan rotan dunia dipasok dari Indonesia,” kata Abie yang ditemui di pameran tren interior dan arsitektur Casa Bravacasa 2015, di Jakarta, Juli lalu.

Rotan dipilihnya karena memiliki keunikan, yaitu lentur dan bisa dibentuk. ”Kita harus memahami karakternya. Rotan tidak sekuat besi, tetapi ia lentur. Untuk jadi kokoh, butuh banyak siku dan penopang,” urai Abie.

Bangku Pretzel sudah diekspor ke Singapura, Korea Selatan, dan Selandia Baru untuk kebutuhan hotel, restoran, dan rumah.

Tradisi kuliner Indonesia juga menginspirasi desainer interior Sugeng Untung (27), yang hampir setiap tahun mengikutsertakan produknya dalam kompetisi dan selalu meraih penghargaan. ”Putu Chair”, rancangan yang terinspirasi kue putu, misalnya, membawanya meraih penghargaan kompetisi nasional Reka Baru Desain Indonesia dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2014.

”Saya selalu mengangkat tema dari tradisi asli Indonesia, demikian juga materialnya saya gali dari kekayaan Indonesia,” kata Sugeng, lulusan Institut Kesenian Jakarta.

Putu Chair dudukannya dibuat dari bambu, yang di dalamnya diisi dengan hard foam dan rotan sehingga ketika diduduki ada efek pegas. Kursi ini unik bentuknya. Tatakan duduknya memang mirip deretan kueputu. Rancangan ini sudah direproduksi untuk kebutuhan rumah tangga dan restoran di Jakarta.

Kendala

Baik Abie maupun Sugeng dipaksa tumbuh sebagai wiraswasta mandiri, yang harus memikirkan dan mencari jalan keluar sendiri untuk semua persoalan yang dihadapi dari hulu hingga hilir. Mulai dari membuat prototipe, mencari bahan baku, sampai mencari peluang promosi dan distribusi. Jika ada satu mata rantai yang kena kendala, semua akan terimbas.

Abie, misalnya, sampai saat ini tidak memiliki fasilitas kerja. Dia bekerja dengan sejumlah industri rotan di Cirebon, Sukoharjo, dan Jepara. Keberlangsungan industri di hulu sangat penting bagi usahanya. Bahan baku rotan sangat bergantung pada kesehatan hutan. Sementara saat ini banyak hutan yang beralih fungsi menjadi hutan sawit sehingga kontur tanah menjadi kering dan rusak karena sawit banyak menyerap air.

”Sebuah desain tidak hanya menghasilkan produk estetik, tetapi juga memperhatikan daur produknya. Agar sebuah bisnis sustainable, saya juga harus memikirkan bahan baku dan pelaku industrinya. Termasuk pemberdayaan pekerja di sektor hulu,” papar Abie.

Kendala promosi juga menjadi tantangan. Sejauh ini, Abie dan Sugeng harus aktif mengikuti pameran di Indonesia atau di luar negeri dengan biaya sendiri karena itu peluang yang paling mungkin untuk memperkenalkan produk mereka. Namun, itu saja tidak cukup.

”Saya mencoba membangun karier di Indonesia, tetapi terkendala dengan harga jual. Mindset pasar kebanyakan menyandingkan produk kami dengan produk Tiongkokyang sangat murah,” kata Sugeng.

Alhasil, setiap tahun dia harus putar otak untuk menciptakan inovasi desain yang tidak hanya harus unik, tetapi juga kompetitif dari sisi harga.

Virtual

Sebuah gerakan datang dari sejumlah desainer untuk berhimpun dalam sebuah toko virtual. Jalur virtual yang beralamatkan www.designdonesia.com (DeDo) dan diluncurkan 5 Agustus lalu, di Jakarta itu, menyediakan beragam produk interior dan dekorasi rumah yang diproduksi dan didesain oleh seniman, desainer, dan perajin Indonesia.

”Kami bercita-cita agar DeDo menjadi platform untuk mendukung berkembangnya bakat baru di dunia seni dan desain Indonesia serta menunjangkemajuan ekonomi perajin lokal. Ini jalur cepat untukmemperkenalkan desain Indonesia ke seluruh dunia,” tutur Vivi Yip, salah satu penggagas DeDo.

Pemasaran melalui daring ini setidaknya memangkas sejumlah persoalan yang dihadapi para desainer di lapangan, seperti promosi, pemasaran, termasuk bagaimana mendapatkan perajin yang dapat secara konsisten mempertahankan kualitas produk.

”Kami yang akan mengurus semua persoalan di lapangan. Desainer tahu beres. Kami yang menghubungi para perajin, mem-brief mereka sesuai dengan prototipe yang diinginkan, menjaga kualitas produk, dan memasarkannya. Semuanya made to order sehingga kita tidak perlu sewa gudang agar harga ke pembeli tidak mahal,” papar Vivi.

Sejumlah desainer muda dan senior dari beragam disiplin berkolaborasi di sini. Mereka, antara lain, adalah Aedi, Agam Riadi, Francis Surjaseputra, Joshua Simanjutak, Yuni Djie, Yolanda Kosim, Ahadiat Joedawinata, Theresia Sitompul, Chairin Hayati, juga Arkiv Vilmansa, Badruzzaman, Kandura, dan Artes Indonesia.

Industri kreatif Indonesiaseharusnya menjadi prioritas pemerintah. Pada 2013,industri kreatif—termasuk desain—menyumbang sekitar Rp 641,8 triliun atau sekitar 7,05 persen terhadap produk domestik bruto (sumber: Litbang Kompas).

Artinya, modal dan potensi sebenarnya sudah kita miliki: keunggulan intelektual, keempuan (craftsmanship), semangat, dan kebanggaan terhadap Indonesia. Sudah sepantasnya Indonesia berada di depan.

”Saya berharap desain dan produk rotan Indonesiadapat menjadi raja di dunia. Karena soal bahan baku dan keahlian kerja, Indonesialah yang terbaik,” kata Abie. (Myrna Ratna)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/08/10/Bangga-Anak-Muda%2c-Bangga-Indonesia

Related-Area: