PERTAMBANGAN
Anak Negeri Menyusuri Perut Bumi
18 Agustus 2015
Sepertinya tak habis kita berupaya menjadi bangsa maju. Langkah kecil pekerja tambang di Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, menjadi bukti mereka bisa melakukan pekerjaan yang rumit. Mereka mandiri dan belajar perlahan hingga mampu membuat dan mulai mengelola pertambangan bawah tanah.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin memimpin Peringatan 70 Tahun Kemerdekaan RI di Tambang Bawah Tanah DMLZ PT Freeport Indonesia di kedalaman sekitar 1.600 meter dari permukaan tanah, Senin (17/8), di Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua.
KOMPAS/ANDREAS MARYOTOPresiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin memimpin Peringatan 70 Tahun Kemerdekaan RI di Tambang Bawah Tanah DMLZ PT Freeport Indonesia di kedalaman sekitar 1.600 meter dari permukaan tanah, Senin (17/8), di Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua.
"Mungkin karena 80 persen dari kami waktu itu adalah sarjana baru, kami berani melakukan proyek tambang bawah tanah ini. Saat itu bertepatan dengan PT Freeport Indonesia yang mulai melakukan otomatisasi. Terowongan ini murni karya kami putra-putri Indonesia," kata Vice President Underground Mine Operations PT Freeport Indonesia Hengky Rumbino, Senin (17/8).
Pemuda asal Papua ini tengah mengerjakan proyek pertambangan bawah tanah Deep Mill Level Zone (DMLZ).
Proyek yang dimulai 2008 ini mendekati selesai. Pada pertengahan September 2015, akan dimulai eksploitasi tambang dengan panjang terowongan sekitar 100 kilometer (km) dan kedalaman 1.600 meter dari permukaan tanah. Boleh dibilang, DMLZ adalah proyek yang seluruhnya ditangani pekerja dari Indonesia. Sebelumnya sudah ada tiga tambang bawah tanah yang beroperasi di PT Freeport Indonesia.
Pengamat manajemen Rhenald Kasali yang mendengarkan kisah mereka dan ikut masuk ke dalam terowongan mengaku kagum dengan karya mereka. Beberapa kali ia bertanya kepada para pekerja tambang mengenai cara-cara mendapatkan ilmu membuat terowongan tambang. Beberapa teknologi yang dikuasai adalah pembuatan terowongan, desain terowongan, pembuatan penyangga, dan pelapisan terowongan.
"Kami mendapat ilmu membangun tambang ini sekitar 30 persen dari kampus. Sisanya merupakan kombinasi rekayasa dan pengalaman senior-senior kami sebelumnya. Intinya, rekayasa untuk memastikan desain membangun tambang sudah benar dan sesuai, seperti metode penyanggaan terowongan," kata Anton Priyatna, Mine Engineering Manager DLMZ
Pengalaman senior itu ditularkan dan menjadi ilmu yang melekat, kemudian dicatat dalam bentuk buku. Pada akhirnya, mereka percaya diri membangun tambang bawah tanah.
Hengky mengatakan, jika tidak aral melintang, dalam tahap awal beroperasinya tambang bawah tanah itu akan berproduksi 10.000 ton bijih campuran tembaga, perak, dan emas. Setelah itu, pada 2022 hingga tiga tahun berikutnya, tambang ini akan memproduksi 80.000 ton bijih.
PT Freeport Indonesia telah berinvestasi hingga lebih dari 4 miliar dollar AS untuk membuat tambang bawah tanah ini sejak mulai membangun proyek DMLZ. Hengky mengaku bangga dengan proyek ini karena seluruhnya dibangun dan dikelola putra-putri Indonesia. Jika kelak beroperasi, eksploitasi akan menggunakan sistem otomatis sehingga pergerakan alat berat untuk menambang tidak lagi menggunakan tenaga manusia, tetapi sudah menggunakan kendali jarak jauh dari ruang pengendali.
Keselamatan dan keamanan kerja merupakan syarat mutlak di proyek tambang bawah tanah yang penuh risiko.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin yang menemui mereka dalam perayaan 70 tahun Indonesia Merdeka mengakui kerja keras para pekerja itu. Hal ini membuktikan, putra-putri Indonesia menguasai teknologi tambang bahwa tanah. (MAR)
Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/08/18/Anak-Negeri-Menyusuri-Perut-Bumi
-
- Log in to post comments
- 232 reads