KESEJAHTERAAN SOSIAL
20.000 Keluarga Dikepalai Perempuan
Ikon konten premium Cetak | 2 April 2015 Ikon jumlah hit 111 dibaca Ikon komentar 0 komentar
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah perempuan yang mengepalai keluarga masih cukup tinggi, yaitu 20.000 keluarga. Kondisi ini memaksa perempuan bekerja lebih keras di tengah keterbatasan. Tanpa dibarengi pemberdayaan perempuan, kualitas kehidupan keluarga itu rentan menurun.
"Sebagian perempuan yang mengepalai keluarga ternyata mampu menafkahi keluarganya walaupun harus bekerja keras. Namun, mereka belum mendapat haknya, seperti tunjangan keluarga," kata komisioner Komnas Perempuan, Yuniyanti Chuzaifah, di Jakarta, Rabu (1/4).
Sebelumnya, penelitian Lembaga Penelitian Smeru dan Sekretariat Nasional Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Seknas Pekka) mencatat, jumlah perempuan yang mengepalai keluarga mencapai 20.000 atau 23 persen dari 89.960 keluarga di Indonesia. Pendataan itu dilakukan pada 2011-2012 di 17 provinsi di Indonesia di wilayah kerja Pekka, di antaranya Aceh, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, dan Bali. Perempuan bisa menjadi kepala keluarga karena ditinggal mati suami, ditinggal cerai, suami merantau, atau ditinggal tanpa kabar.
Menurut Yuniyanti, para perempuan janda korban konflik di Aceh ternyata mampu bangkit dari keterpurukan dan menghidupi keluarga. Begitu juga ribuan tenaga kerja wanita di luar negeri yang menjadi pencari nafkah utama bagi keluarganya di Indonesia.
Namun, perempuan kepala keluarga belum mendapatkan haknya secara penuh. Buruh perempuan di pabrik, misalnya, tidak diberikan tunjangan keluarga karena perempuan dianggap hanya membantu keluarga yang dikepalai laki-laki. "Padahal, faktanya mereka (perempuan) yang menjadi kepala keluarga,"" kata Yuniyanti.
Hastuti, peneliti dari Smeru, mengatakan, hasil pencatatan Smeru dan Pekka berbasis keluarga, bukan rumah tangga. "Di Indonesia, dalam satu rumah bisa tinggal sampai tiga keluarga," ujar Hastuti pada acara temu peneliti di Jakarta, Selasa lalu.
Lebih miskin
Menurut penelusuran Smeru dan Seknas Pekka, keluarga yang dikepalai perempuan relatif lebih miskin dibandingkan dengan keluarga yang dikepalai laki-laki. Sebanyak 50 persen kepala keluarga perempuan bekerja di sektor pertanian. Adapun 68 persen dari mereka hanya berpendidikan sekolah dasar. Sebanyak 57 persen kepala keluarga perempuan bahkan tidak bisa baca tulis.
Peneliti dari Smeru dan Pekka, Niken, mengatakan, perempuan kepala keluarga dipaksa untuk mencari sumber ekonomi, sementara sumber daya perempuan umumnya rendah. Apalagi, mereka juga tidak punya akses terhadap program sosial pemerintah. (B04)
Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/04/02/20-000-Keluarga-Dikepalai-Perempuan
-
- Log in to post comments
- 504 reads