BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

19 Tantangan untuk Menurunkan Kematian Ibu

19 Tantangan untuk Menurunkan Kematian Ibu
J Galuh Bimantara
Siang | 28 Januari 2016 18:15 WIB Ikon jumlah hit 227 dibaca Ikon komentar 0 komentar

JAKARTA, KOMPAS — Centre for Strategic and International Studies (CSIS) bekerja sama dengan Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan (Mampu) meneliti kebijakan di daerah terkait penurunan angka kematian ibu. Hasil riset menunjukkan, setidaknya 19 faktor bisa memengaruhi upaya menurunkan angka kematian ibu di daerah-daerah.
Wakil Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Medelina K Hendytio, mantan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, peneliti CSIS Arya Fernandes, dan peneliti senior CSIS Vidhyandika D Perkasa (dari kiri ke kanan) berbicara dalam Seminar Nasional
Wakil Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Medelina K Hendytio, mantan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, peneliti CSIS Arya Fernandes, dan peneliti senior CSIS Vidhyandika D Perkasa (dari kiri ke kanan) berbicara dalam Seminar Nasional "Memetakan Kebijakan dan Program AKI di Indonesia: Sebuah Observasi melalui Kerangka Analisis Kebijakan dan Perencanaan", Kamis (28/1/2016), di Jakarta.

Berdasarkan paparan Vidhyandika D Perkasa, peneliti senior CSIS, dalam Seminar Nasional "Memetakan Kebijakan dan Program AKI di Indonesia: Sebuah Observasi melalui Kerangka Analisis Kebijakan dan Perencanaan", Kamis (28/1), di Jakarta, ada faktor-faktor di luar faktor medis yang memengaruhi angka kematian ibu.

Faktor yang ditemukan tim peneliti adalah kelemahan rencana strategis daerah, mutasi dan rotasi, nomenklatur dan kelembagaan, kewenangan daerah dan pengelolaan tenaga kesehatan, koordinasi lintas sektor, sinergi pusat-daerah, patriarki, pengetahuan masyarakat yang minim.

Selain itu, ada juga faktor keterisolasian wilayah, komitmen kepala daerah, kompleksitas bidan, harmonisasi legislatif, dan eksekutif, anggaran, peran badan perencanaan pembangunan daerah, efektivitas, dan keberlanjutan program, partisipasi masyarakat, sarana dan prasarana, asuransi kesehatan, serta pernikahan dini.

Tanggung jawab semua

Dari kondisi tersebut, Direktur Kesehatan Keluarga Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Eni Agustina menekankan kembali, urusan kesehatan, termasuk menurunkan angka kematian ibu, bukan semata-mata tanggung jawab Kemenkes mengingat masalah di sektor lain juga berpengaruh. Pihak yang juga berperan penting adalah lembaga swadaya masyarakat maupun lembaga-lembaga penelitian untuk membantu target penurunan.

Mantan Menkes Nafsiah Mboi menambahkan, angka kematian ibu sampai saat ini terus diperdebatkan karena dinilai tidak pasti. Hal itu juga dipengaruhi faktor non-kesehatan, yaitu pencatatan penduduk. "Jika pencatatan di seluruh dinas catatan sipil berjalan baik, angka kematian ibu bisa lebih pasti," katanya.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian ibu masih 359 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi 32 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu kebanyakan yaitu perdarahan (37 persen), infeksi (22 persen), dan hipertensi (14 persen).

Eni mengatakan, di tingkat pusat, Kemenkes membuat Program Keluarga Sehat sejak September lalu. Program tersebut terdiri atas 12 indikator. "Kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas pertama dalam indikator keluarga sehat," ujarnya.

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2016/01/28/19-Tantangan-untuk-Menurunkan-Kematian-Ibu

Related-Area: