“Pohon jambu, sedikit akar, melempar Nuri dengan kerikil.

Bila kamu rajin belajar, tentulah nanti akan berhasil.”

“Burung kutilang burung lepas, kakak tua memakan roti.

Jadi orang janganlah malas, di hari tua menyesal nanti”

Begitulah beberapa coretan sederhana yang dibuat oleh murid yang ditempel bersama catatan lainnya di sebuah kertas karton biru yang terpampang di jendela kelas yang dijadikan media belajar oleh sekolah.

----

Mengajar di sekolah di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), bukan berarti menjadi sebuah alasan untuk tidak bisa berimprovisasi dalam membuat metode dan media yang kreatif dan konstruktif untuk siswa. Seperti yang dilakukan oleh salah satu guru di sekolah dampingan Program Rintisan Kinerja dan Akuntabilitas Guru (KIAT Guru) di Desa Temoyok Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak.

"Menciptakan sebuah media dan metode belajar haruslah reflektif dan inspiratif," ujar Kresna,  seorang guru kelas di SDN 04 Temoyok, saat menjelaskan tujuan utama penciptaan sebuah media belajar yang diberi nama "Majalah Ilmu".  “Media belajar ini dibuat agar siswa tidak mudah lupa terhadap pelajaran yang sudah diberikan oleh guru,” cerita Kresna.

Menurut Kresna, teknisnya sederhana,  siswa diajak untuk menuliskan sebuah ilmu pengetahuan yang dimiliki dan dipahami setiap hari apapun itu, di sebuah kertas yang dibentuk semenarik mungkin, kemudian kertas tersebut dikumpulkan di sebuah "kotak ilmu" setiap harinya. Kemudian seminggu sekali kotak tersebut dibuka dan dilihat satu persatu isinya yang selanjutnya ditempel di "majalah ilmu" untuk dibaca oleh siswa yang berada di kelas lain,  agar menjadi inspirasi ilmu bersama.

Di sini kita melihat sebuah pembelajaran yang utuh dan menyeluruh mulai dari sisi akademis maupun praktis, hingga sisi intelektual maupun sosial. Kedepan semoga apa yang di cita-citakan agar siswa menjadi agen perubahan yang lebih baik oleh guru di pedalaman ini menjadi kenyataan.