“Berawal dari Test Cepat kemampuan Dasar, pada saat itu kami telah menyiapkan perwakilan murid dari setiap kelas sebagai peserta test cepat, yang kemampuannya bagus menurut kami, namun saat pelaksanaan test cepat, peserta dipilih oleh Fasilitator, akhirnya hasil test cepat di luar prediksi kami, banyak anak yang tidak sesuai kemampuan kelasnya.“ papar Elfrida Jerahi, Kepala Sekolah SDI Bea Nanga.
Sejak September, setiap hari Jumat, minggu kedua dan minggu keempat, SD Inpres Bea Nanga di kecamatan Lambaleda, Kabupaten Manggarai Timur melaksanakan pola pembelajaran “belajar sambil bermain dan berolahraga sambil belajar”. Pembelajaran ini diterapkan di sekolah tersebut berdasarkan refleksi para guru dan kepala sekolah setelah melihat hasil kemampuan dasar murid pada bidang studi Bahasa Indonesia dan Matematika saat dilaksanakan test cepat kemampuan dasar murid pada tanggal 20 Juni 2017 lalu.
Setelah dilaksanakan test cepat oleh fasilitator dan anggota KPL SDI Bea Nanga pada Desa Lamba Keli, dilakukan perekapan hasil dan dipaparkan tentang capaian kemampuan murid SDI Bea Nanga. Dari data rekapitulasi dapat dibaca dalam bidang studi bahasa Indonesia hanya 17 persen siswa yang berada di kemampuan kelas 1, dan pada bidang studi Matematika 50 persen murid kelas satu tidak berada di kemampuan kelasnya, bahkan di kelas 5 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia hanya 17 persen siswa berada di kemampuan kelasnya.
Siswa yang belum mencapai kemampuan dasar di kelas satu pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masih di angka 83 persen dan pada mata pelajaran matematika pada angka 33 persen dan bahkan 17 persen siswa kelas satu belum mengenal angka dengan baik.
Kepala Sekolah, ibu Elfrida Jerahi kemudian berinisiatif agar test cepat dilakukan juga kepada siswa di luar sampel. Keesokan harinya, tanggal 21 Juni 2017 dilakukan test cepat oleh guru – guru di SDI Bea Nanga terhadap siswa - siswi di luar sampel.
Menurut guru – guru, kemampuan siswa di luar sampel lebih baik dari kemampuan siswa dalam sampel, sehingga guru – guru yakin bahwa kemampuan siswa – siswi di luar sampel akan lebih baik dari siswa - siswi yang berada dalam sampel. Seperti hari sebelumnya, setelah test dilakukan perekapan hasil test cepat, hasilnya pun tidak berbeda jauh dengan hasil test cepat siswa dalam sampel, belum semua murid berada dalam kemampuan kelasnya masing – masing.
Para guru pun mulai merefleksikan hasil test yang telah dilakukan, kemudian setiap guru diberi kesempatan oleh Kepala sekolah untuk bercerita tentang pengalaman saat melakukan test cepat. Guru – guru pun bercerita tantangan saat melakukan test cepat terhadap anak. Setelah merefleksikannya, guru – guru pun membuat draft janji layanan yang akan diusulkan saat pertemuan amandemen kesepakatan layanan.
Saat pertemuan amandemen yang bersamaan dengan sosialisasi hasil SLA, setiap guru mempunyai janji layanan yang berbeda-beda sesuai kelasnya. Ada janji layanan guru kelas 1, janji layanan guru kelas 2 dan 3, ada janji layanan guru kelas 4 sampai 6, ada janji layanan guru agama, ada janji layanan guru olah raga, janji kepala sekolah dan janji layanan masyarakat.
Dalam pertemuan tersebut lahirlah janji layanan yang sangat spesifik seperti Guru kelas 1 melaksanakan kegiatan tambahan yakni merangkai huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat, mengenal alfabet A sampai Z dalam bentuk permainan (bermain sambil belajar). Guru kelas 1 melaksanakan kegiatan tambahan merangkai atau menyusun huruf menjadi kata dengan menggunakan kartu huruf dan kartu angka selama 30 menit setelah jam pelajaran setiap minggu
Ada juga janji layanan konsep pembelajaran yang aktif , kreatif, inovatif dan menarik dalam janji layanan guru-guru. Saat pertemuan juga diusulkan agar kepala sekolah membuat program Jumat Sehat yang kemudian menjadi salah satu janji layanan kepala sekolah.
Ada juga janji layanan program peningkatan mutu, melalui perlombaan Calistung atau lomba baca, tulis dan hitung untuk kelas 1, 2 dan 3, dan lomba cerdas cermat untuk kelas 4, 5, dan 6 serta gerakan membaca di perpustakaan bagi guru dan siswa setiap bulan yang masuk dalam janji layanan kepala sekolah.
Uniknya, gerakan membaca bukan saja untuk siswa-siswi tapi juga untuk guru-guru. Menurut Kepala SDI Bea Nanga, guru perlu membaca lebih banyak agar menambah wawasan guru-guru sehingga saat mengajar guru tidak hanya berpatokan pada materi di buku pelajaran, tapi guru harus inovatif, harus kreatif sehingga murid tidak bosan mengikuti pelajaran di kelas.
Semoga dengan pola "belajar sambil bermain dan berolahraga sambil belajar" dapat meningkatkan prestasi belajar siswa-siswi di SD Inpres Bea Nanga.
-----
Tes Cepat Kemampuan Dasar Murid merupakan salah satu kegiatan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan dasar murid di bidang Bahasa Indonesia dan Matematika. Kegiatan yang diinisiasi oleh Program KIAT Guru (Kinerja dan Akuntabilitas Guru) kerjasama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) meningkatkan kualitas layanan pendidikan di daerah terpencil.