Hari itu hujan amat deras menerpa kampung Linggam. Belasan motor sudah bersiap mengantar anak-anak SD Negeri 24 Linggam menuju Desa terdekat untuk mengikuti Ujian Sekolah. Beberapa orangtua yang akan mengantar langsung anak-anaknya tampak cemas sebab perjalanan penuh tantangan akan ditemui kembali seperti tahun-tahun sebelumnya. Jalan tanah yang menjadi akses menuju lokasi dipastikan licin dan berlumpur. Bila berkendara sendiri saja begitu sulit, apatah lagi membonceng anak dan setumpuk perlengkapan menginap. Menyewa mobilpun bukan pilihan murah.
Sementara kaum Bapak menyiapkan kendaraan, kaum Ibu tak kalah repotnya. Seraya menyiapkan bekal, mereka memberi pengarahan dan peringatan kepada anak-anaknya bagaimana perilaku selama di tempat menginap, memperhatikan perlengkapan mereka, dan sungguh-sungguh menyiapkan diri untuk belajar. Begitulah keriuhan saat masa Ujian Sekolah tiba di Desa Linggam. Demi masa depan pendidikan anak-anak mereka, para orang tua itu rela mengorbankan waktunya antar jemput bahkan ada yang ikut menginap, dan menyiapkan uang ratusan ribu untuk bekal anak-anak mereka selama ujian.
“Saya punya 3 orang anak yang pernah sekolah di SDN 24 Linggam. Setiap masa ujian tiba, saya bingung memikirkannya, terutama urusan transportasi. Untungnya saya punya motor jadi lebih enteng, tapi bagi orang tua yang tidak memiliki, maka mereka mesti meminjam atau menyewa motor dari warga lainnya, tentu tambah lagi biayanya,” cerita Stefanus, salah seorang orangtua murid yang sering menjadi Panitia yang mengurusi kebutuhan anak-anak yang mau ujian, mulai dari urusan pemberangkatan, penyiapan penginapan dan konsumsi, hingga memastikan anak-anak pulang kembali ke kampungnya dengan selamat.
Stefanus, orangtua murid dan seorang Kader Desa
Bertahun-bertahun kondisi itu dilakoni. Hingga suatu waktu, di suatu rapat Komite Sekolah, muncullah gagasan dari orang tua murid, kiranya Kepala Sekolah memperjuangkan pemindahan lokasi ujian ke desa mereka sendiri. “Kita ini sekolah negeri, jumlah murid yang akan ujian melebihi 20 orang, sudah sesuai standar. Kenapa kita tidak bisa melaksanakan ujian sendiri?” ujar Pak Anang, Kepala Sekolah SD 24 Linggam menirukan ucapan warga pada waktu pertemuan komite. Atas dukungan orang tua murid itulah, Pak Anang kemudian menguatkan diri berkoordinasi dengan pihak Dinas Pendidikan. Berbagai alasan pendukung yang memperkuat alasan pemindahan disampaikan. Warga juga demikian, di setiap kesempatan berjumpa Pejabat di Kecamatan atau Kabupaten, turut menyuarakan aspirasi sekolah.
Akhirnya pada tahun 2017, Dinas Pendidikan memberikan persetujuan penyelenggaraan Ujian Sekolah. Para orang tua murid menyambut gembira kabar baik itu. “Mereka (orang tua) tak perlu repot-repot lagi mengantar jemput anak-anak mereka ke desa tetangga. Biaya untuk bekal tinggal anak-anak bisa dihemat. Selain itu, para orang tua bisa lebih memberi perhatian pada persiapan ujian anak,” ujarnya.
Anang, Kepala Sekolah SDN 24 Linggam
Pada tahun ini, SDN 24 Linggam berhasil menyelenggarakan Ujian Sekolah. Dinas Pendidikan Kabupaten Sintang menilai pelaksanaan Ujian berlangsung lancar dan sukses. Akhirnya ditetapkanlah SDN 24 Linggam sebagai penyelenggara tetap Ujian Sekolah untuk tahun-tahun berikutnya.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan kabupaten Sintang, Ibu Maghdalena Ukis mengungkapkan bahwa pelaksanaan Ujian Sekolah Berstandar Nasional merujuk pada Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (red : No. 08/D/HK/2017 tentang Prosedur Operasional Standar Ujian Sekolah Berstandar Nasional). “Dengan keterbatasan SDM dan Dana, kami harus menyatukan beberapa sekolah dasar terdekat di salah satu tempat. Selain untuk memudahkan pemantauan, juga untuk menghemat biaya pendistribusian soal-soal ujian,” ungkapnya saat ditemui di ruang kerjanya di kantor Dinas Pendidikan Sintang, (10/8). “Bagi sekolah yang memenuhi syarat dan berkomitmen menyiapkan segala persyaratan teknis, seperti di Sintang, kami pasti akan dukung,” tegasnya.
Maghdalena, Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Sintang
“Saya rasa ini adalah buah kerjasama kami dengan orang tua murid,” ungkap Anang dengan rasa bangga. Sungguh impian yang sederhana “sekolahnya bisa melaksanakan sendiri ujian”. KIATGuru memang hadir untuk membantu memfasilitasi terwujudnya harapan bersama antara Pemerintah, Masyarakat dan Sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan.