POTENSI PARIWISATA
Desa Wisata di Lereng Rinjani
Ikon konten premium Cetak | 27 Januari 2016 Ikon jumlah hit 31 dibaca Ikon komentar 0 komentar
MATARAM, KOMPAS — Masyarakat lereng Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat, semakin fokus mengembangkan konsep desa wisata sebagai wisata alternatif selain pendakian gunung. Kekayaan alam, tradisi, dan kearifan lokal di Kecamatan Sembalun dan Bayan jadi potensi wisata bernilai tinggi yang mampu meningkatkan perekonomian warga setempat secara lebih merata.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWOWisatawan menyusuri persawahan di bawah kaki Gunung Rinjani, Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Selasa (26/1). Selain pendakian ke Gunung Rinjani, banyak pesona alam dan budaya di kawasan sekitar menjadi daya tarik wisatawan.
Pantauan Kompas di Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Selasa (26/1), banyak bermunculan hunian singgah (homestay) sebagai alternatif penginapan bagi wisatawan pendakian ataupun minat khusus. Warga menjalin kerja sama dengan sejumlah operator wisata untuk menarik minat turis domestik dan mancanegara.
Amir Riis, salah satu operator wisata di Desa Sembalun Lawang, mengatakan, setahun terakhir, warga semakin bergairah dengan konsep desa wisata yang dinilai paling tepat dalam pengembangan kepariwisataan lereng Rinjani. "Jika hanya mengandalkan wisata pendakian, kepariwisataan Rinjani tidak akan berkembang. Padahal, kawasan lereng gunung ini menyimpan banyak daya tarik, mulai dari alam hingga budaya," katanya.
Kini, sedikitnya sudah ada 20 homestay di Desa Sembalun Lawang dan Sembalun yang berada paling dekat dengan pintu jalur pendakian Gunung Rinjani. Daya tarik utama desa wisata dengan ketinggian 1.156 meter ini adalah eksotisme alam kaki Gunung Rinjani berupa bukit-bukit hijau di antaranya Bukit Anak Dara, Pergasingan, dan Sela Dara.
Menurut Amir, operator-operator wisata lokal, yang terdiri atas pemuda-pemuda desa, setahun terakhir mulai mengemas paket wisata pendakian ringan (soft trekking) menjelajahi bukit tersebut. "Keindahan alam Lembah Sembalun menarik bagi wisatawan yang tak punya fisik kuat untuk melakukan pendakian ke puncak gunung. Tetapi, mereka biasanya tinggal lebih lama karena betah berinteraksi langsung dengan warga," ucapnya.
Sebagai daerah bekas letusan gunung berapi, pertanian hortikultura di Desa Sembalun juga tumbuh subur. Dalam paket yang ditawarkan, para wisatawan diajak ikut kegiatan bertani. Saat masa panen, wisatawan bisa memetik aneka hasil bumi, seperti kentang, tomat, dan buah, di antaranya stroberi dan avokad.
Sembalun juga memiliki kekayaan tradisi, seperti rumah tradisional masyarakat suku Sasak di Desa Adat Belek. Warga juga kembali menggiatkan produksi kain tenun tradisional.
Sumatim (49), pemilik homestay di Desa Senaru, Kecamatan Bayan, mengatakan, beberapa tahun terakhir, mulai banyak wisatawan ke lereng Rinjani sekadar menyaksikan keindahan alam dan tradisinya.
"Senaru punya banyak tradisi. Tetapi, sebagian besar sebatas ritual adat. Padahal, jika dikemas menarik, akan jadi daya tarik yang luar biasa, terutama bagi turis asing yang ingin menikmati pengalaman selain mendaki gunung," katanya.
Direktur Sembalun Community Development Centre Royal Sembahulun menilai peningkatan sumber daya manusia tetap jadi kunci utama keberhasilan pengembangan desa wisata. Untuk itu, dilakukan pelatihan bagi warga agar mampu berkomunikasi dengan ramah terhadap setiap wisatawan.
Ketua Lembaga Adat Desa Sembalun Lawang Martawi mengatakan, dengan konsep homestay dan desa wisata, masyarakat lebih merasakan dampak ekonominya. (GRE)
Sumber: http://print.kompas.com/baca/2016/01/27/Desa-Wisata-di-Lereng-Rinjani
- Log in to post comments
- 137 reads